Bela Riyadh, Turki Sebut AS Menindas Arab Saudi soal Minyak

Sabtu, 22 Oktober 2022 - 02:35 WIB
"Saya pikir kita perlu mencabut pengecualian yang telah kita berikan kepada kartel OPEC+ ini dari kewajiban penetapan harga AS. Saya pikir kita perlu melihat kehadiran pasukan kita di Timur Tengah dan Arab Saudi," imbuh dia.

Turki menilai tindakan Amerika tidak bisa dibenarkan.

“Kami melihat ada negara yang mengancam Arab Saudi, terutama baru-baru ini. Penindasan ini tidak benar,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada konferensi pers di Turki selatan pada hari Jumat, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (22/10/2022).

“Kami pikir tidak tepat bagi AS untuk menggunakannya sebagai elemen tekanan terhadap Arab Saudi atau negara lain dengan cara ini," lanjut diplomat top Turki tersebut.

AS, yang terus menekan Arab Saudi untuk membatalkan keputusan OPEC+ dan meningkatkan produksi minyak, menuduh Riyadh memihak pada Rusia. Alasannya langkah OPEC+ akan semakin menguntungkan Moskow yang sedang membiayai perangnya di Ukraina.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan keputusan OPEC+ murni ekonomi dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggotanya.

Kerajaan Arab Saudi juga membantah tuduhan Amerika bahwa Riyadh memihak Rusia atas invasinya ke Ukraina yang didukung Barat.

Kerajaan bersikeras bahwa mereka telah mempertahankan “posisi berprinsip” dalam mendukung hukum internasional.

Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman baru-baru ini mengatakan dia “terkejut” dengan tuduhan bahwa kerajaan berpihak pada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.

Ancaman AS juga membuat pangeran Arab Saudi lainnya,Saud al-Shaalan, geram. Melalui video, dia balas mengancam Barat dengan "proyek jihad dan mati syahid".
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More