Jepang Ingin Kerahkan Drone Kamikaze untuk Cegah Invasi
Senin, 17 Oktober 2022 - 14:35 WIB
TOKYO - Militer Jepang menyusun rencana menggunakan drone kamikaze untuk menyerang pasukan pendaratan dan kapal musuh jika ada invasi ke wilayah terpencil negara itu, seperti Kepulauan Nansei.
Rencana itu diungkap dalam laporan media lokal. “Awalnya, militer ingin mengerahkan sejumlah terbatas jenis amunisi Amerika Serikat (AS) dan amunisi buatan asing lainnya yang tidak ditentukan, sampai industri pertahanan Jepang menemukan alternatif domestik yang layak,” ungkap laporan Japan Times pada Minggu.
Kantor berita Jepang Jiji menulis bahwa pada 2025, militer berharap mengerahkan “beberapa ratus” senjata semacam itu untuk meningkatkan pertahanan Kepulauan Nansei dan daerah terpencil lainnya.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Jepang memasukkan kemampuan serangan drone dalam permintaan anggaran 2023, yang terbesar dalam sejarah negara itu.
Meski demikian, berapa banyak uang yang sebenarnya akan dialokasikan belum diputuskan.
Langkah baru itu tampaknya ditujukan ke Beijing, karena laporan media Jepang secara khusus mencatat bahwa China telah mengembangkan dan menempatkan drone serang untuk "penggunaan praktis," sambil "memperluas kegiatannya" di sekitar pulau-pulau barat daya Jepang.
Berbagai jenis amunisi berkeliaran, umumnya dikenal sebagai drone “kamikaze” atau “bunuh diri” telah banyak digunakan dalam konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
Washington telah memberi Ukraina ratusan drone kamikaze taktis Switchblade, serta model Phoenix Ghost, yang dapat dikembangkan sesuai spesifikasi Kiev dalam waktu singkat.
Pasukan Rusia juga telah menggunakan beberapa jenis drone kamikaze, terutama dalam serangan besar-besaran di situs infrastruktur utama pekan lalu.
Pada akhir Agustus, Kementerian Pertahanan Jepang meminta pemerintah menyetujui rekor anggaran 5,59 triliun yen (USD37,6 miliar) untuk tahun fiskal berikutnya.
Anggaran pertahanan itu terkait kekhawatiran tentang dugaan ancaman yang ditimbulkan China dan Korea Utara.
Jepang juga mengklaim bahwa Beijing “terus mengancam untuk menggunakan kekuatan untuk secara sepihak mengubah status quo dan memperdalam aliansinya dengan Rusia.”
“Peningkatan anggaran akan digunakan untuk produksi massal rudal jelajah yang diluncurkan di darat, serta meningkatkan jangkauan rudal Tipe 12,” papar Kemhan Jepang.
Kemhan Jepang menambahkan mereka juga akan berusaha mengembangkan proyektil hipersonik.
Meskipun para pejabat tidak menawarkan spesifikasi yang direncanakan untuk senjata baru itu, mereka mengatakan kemungkinan akan mencapai daratan China jika ditempatkan di rantai pulau Okinawa Jepang.
Rencana itu diungkap dalam laporan media lokal. “Awalnya, militer ingin mengerahkan sejumlah terbatas jenis amunisi Amerika Serikat (AS) dan amunisi buatan asing lainnya yang tidak ditentukan, sampai industri pertahanan Jepang menemukan alternatif domestik yang layak,” ungkap laporan Japan Times pada Minggu.
Kantor berita Jepang Jiji menulis bahwa pada 2025, militer berharap mengerahkan “beberapa ratus” senjata semacam itu untuk meningkatkan pertahanan Kepulauan Nansei dan daerah terpencil lainnya.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Jepang memasukkan kemampuan serangan drone dalam permintaan anggaran 2023, yang terbesar dalam sejarah negara itu.
Meski demikian, berapa banyak uang yang sebenarnya akan dialokasikan belum diputuskan.
Langkah baru itu tampaknya ditujukan ke Beijing, karena laporan media Jepang secara khusus mencatat bahwa China telah mengembangkan dan menempatkan drone serang untuk "penggunaan praktis," sambil "memperluas kegiatannya" di sekitar pulau-pulau barat daya Jepang.
Berbagai jenis amunisi berkeliaran, umumnya dikenal sebagai drone “kamikaze” atau “bunuh diri” telah banyak digunakan dalam konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
Washington telah memberi Ukraina ratusan drone kamikaze taktis Switchblade, serta model Phoenix Ghost, yang dapat dikembangkan sesuai spesifikasi Kiev dalam waktu singkat.
Pasukan Rusia juga telah menggunakan beberapa jenis drone kamikaze, terutama dalam serangan besar-besaran di situs infrastruktur utama pekan lalu.
Pada akhir Agustus, Kementerian Pertahanan Jepang meminta pemerintah menyetujui rekor anggaran 5,59 triliun yen (USD37,6 miliar) untuk tahun fiskal berikutnya.
Anggaran pertahanan itu terkait kekhawatiran tentang dugaan ancaman yang ditimbulkan China dan Korea Utara.
Jepang juga mengklaim bahwa Beijing “terus mengancam untuk menggunakan kekuatan untuk secara sepihak mengubah status quo dan memperdalam aliansinya dengan Rusia.”
“Peningkatan anggaran akan digunakan untuk produksi massal rudal jelajah yang diluncurkan di darat, serta meningkatkan jangkauan rudal Tipe 12,” papar Kemhan Jepang.
Kemhan Jepang menambahkan mereka juga akan berusaha mengembangkan proyektil hipersonik.
Meskipun para pejabat tidak menawarkan spesifikasi yang direncanakan untuk senjata baru itu, mereka mengatakan kemungkinan akan mencapai daratan China jika ditempatkan di rantai pulau Okinawa Jepang.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda