Dua Kapal Induk AS di Laut China Selatan Target Empuk Rudal China
Senin, 06 Juli 2020 - 07:21 WIB
BEIJING - Media pemerintah China menyatakan pengerahan dua kapal induk Amerika Serikat (AS) ke Laut China Selatan telah menyenangkan Beijing. Keduanya dianggap sebagai target tempuk rudal anti-kapal kapan saja.
Dalam sebuah tweet, media pemerintah The Global Times mengeluarkan peringatan yang berbunyi; "China memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk pembawa pesawat terbang seperti rudal pembunuh kapal induk DF-21D dan DF-26."
Seperti diberitakan sebelumnya, dua kapal induk AS; USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, melakukan latihan militer di kawasan Laut China Selatan yang disengketakan pada hari Sabtu. Pengerahan dua kapal perang raksasa Amerika itu terjadi ketika Beijing sedang melakukan latihan perang di kawasan yang sama, yang telah dikritik oleh Pentagon dan negara-negara Asia Tenggara. (Baca: China Tak Terima Latihan Militer Laut China Selatan Dikritik AS )
Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan mengatakan USS Nimitz dan USS Ronald Reagan melakukan operasi dan latihan di Laut China Selatan untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Tidak disebutkan secara persis di mana latihan kedua kapal itu dilakukan di Laut China Selatan, yang luasnya sekitar 900 mil dan 90 persen di antaranya diklaim oleh China meskipun ada protes dari negara-negara tetangganya.
"Tujuannya adalah untuk menunjukkan sinyal yang jelas kepada mitra dan sekutu kami bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional," kata Laksamana Muda George M Wikoff, komandan kelompok tempur USS Ronald Reagen seperti dikutip oleh Wall Street Journal.
The Global Times mengatakan para analis mencatat ancaman mengerikan Beijing yang dapat menghancurkan kapal induk musuh kapan saja dengan rudalnya.
"Laut Cina Selatan sepenuhnya berada dalam genggaman Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, dan setiap pergerakan kapal induk AS di kawasan itu semata-mata menyenangkan PLA, yang memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk seperti rudal pembunuh kapal DF-21D dan DF-26," kata pakar Angkatan Laut yang berbasis di Beijing, Li Jie, yang dikutip media pemerintah China. (Baca juga: AS Kirim Dua Kapal Induk dan Kapal Perang ke Laut China Selatan )
Song Zhongping, seorang pakar militer China mengatakan kepada The Global Times pada hari Minggu (5/7/2020) bahwa langkah AS yang bertujuan untuk meningkatkan kehadiran militernya di Pasifik Barat dirancang untuk memamerkan hegemoni di wilayah tersebut tidak tergoyahkan dan meningkatkan kepercayaan diri untuk sekutu regionalnya.
"AS juga berusaha menghalangi gerakan PLA di Laut China Selatan dan pada pertanyaan Taiwan," kata Song yang juga dilansir Mail Online.
Menurut para analis tersebut, AS telah memainkan kartu Hong Kong-nya untuk menahan perkembangan China selama beberapa tahun terakhir, tetapi setelah undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong mulai berlaku pada hari Selasa pekan lalu, sangat disadari bahwa Amerika telah kehilangan kartu tersebut, sehingga Amerika telah mengalihkan fokusnya ke Laut China Selatan dan Taiwan, di mana militer mungkin memainkan peran penting.
Dalam sebuah tweet, media pemerintah The Global Times mengeluarkan peringatan yang berbunyi; "China memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk pembawa pesawat terbang seperti rudal pembunuh kapal induk DF-21D dan DF-26."
Seperti diberitakan sebelumnya, dua kapal induk AS; USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, melakukan latihan militer di kawasan Laut China Selatan yang disengketakan pada hari Sabtu. Pengerahan dua kapal perang raksasa Amerika itu terjadi ketika Beijing sedang melakukan latihan perang di kawasan yang sama, yang telah dikritik oleh Pentagon dan negara-negara Asia Tenggara. (Baca: China Tak Terima Latihan Militer Laut China Selatan Dikritik AS )
Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan mengatakan USS Nimitz dan USS Ronald Reagan melakukan operasi dan latihan di Laut China Selatan untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Tidak disebutkan secara persis di mana latihan kedua kapal itu dilakukan di Laut China Selatan, yang luasnya sekitar 900 mil dan 90 persen di antaranya diklaim oleh China meskipun ada protes dari negara-negara tetangganya.
"Tujuannya adalah untuk menunjukkan sinyal yang jelas kepada mitra dan sekutu kami bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional," kata Laksamana Muda George M Wikoff, komandan kelompok tempur USS Ronald Reagen seperti dikutip oleh Wall Street Journal.
The Global Times mengatakan para analis mencatat ancaman mengerikan Beijing yang dapat menghancurkan kapal induk musuh kapan saja dengan rudalnya.
"Laut Cina Selatan sepenuhnya berada dalam genggaman Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, dan setiap pergerakan kapal induk AS di kawasan itu semata-mata menyenangkan PLA, yang memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk seperti rudal pembunuh kapal DF-21D dan DF-26," kata pakar Angkatan Laut yang berbasis di Beijing, Li Jie, yang dikutip media pemerintah China. (Baca juga: AS Kirim Dua Kapal Induk dan Kapal Perang ke Laut China Selatan )
Song Zhongping, seorang pakar militer China mengatakan kepada The Global Times pada hari Minggu (5/7/2020) bahwa langkah AS yang bertujuan untuk meningkatkan kehadiran militernya di Pasifik Barat dirancang untuk memamerkan hegemoni di wilayah tersebut tidak tergoyahkan dan meningkatkan kepercayaan diri untuk sekutu regionalnya.
"AS juga berusaha menghalangi gerakan PLA di Laut China Selatan dan pada pertanyaan Taiwan," kata Song yang juga dilansir Mail Online.
Menurut para analis tersebut, AS telah memainkan kartu Hong Kong-nya untuk menahan perkembangan China selama beberapa tahun terakhir, tetapi setelah undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong mulai berlaku pada hari Selasa pekan lalu, sangat disadari bahwa Amerika telah kehilangan kartu tersebut, sehingga Amerika telah mengalihkan fokusnya ke Laut China Selatan dan Taiwan, di mana militer mungkin memainkan peran penting.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda