Haiti Minta Bantuan Militer Internasional Padamkan Kekacauan

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 15:42 WIB
Haiti minta bantuan militer internasional untuk memadamkan kekacauan. Foto/AP
PORT-AU-PRINCE - Pemerintah Haiti telah setuju meminta bantuan angkatan bersenjata internasional ketika geng dan pengunjuk rasa melumpuhkan negara itu dan persediaan dasar termasuk bahan bakar dan air berkurang. Hal itu terungkap dalam sebuah dokumen yang dirilis pada Jumat waktu setempat.

Dokumen tersebut, yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Ariel Henry dan 18 pejabat tinggi, menyatakan bahwa mereka khawatir dengan "risiko krisis kemanusiaan besar" yang mengancam kehidupan banyak orang.

Dokumen ini memberi wewenang kepada Henry untuk meminta dari mitra internasional "pengerahan segera angkatan bersenjata khusus, dalam jumlah yang cukup," untuk menghentikan krisis di seluruh negeri yang sebagian disebabkan oleh "tindakan kriminal geng-geng bersenjata."



“Sangat penting untuk memulai kembali kegiatan untuk menghindari sesak napas total ekonomi nasional,” bunyi dokumen itu seperti dikutip dari Associated Press, Sabtu (8/10/2022).

Tidak jelas apakah permintaan itu telah diajukan secara resmi, kepada siapa akan diajukan dan apakah itu berarti aktivasi pasukan penjaga perdamaian PBB, yang misinya berakhir lima tahun lalu setelah 11 tahun bermasalah di Haiti.

Ketika pemerintahan Henry menyetujui permintaan pasukan asing, kantornya mengeluarkan pernyataan yang mengatakan perdana menteri tidak mengundurkan diri, menolak apa yang disebutnya laporan palsu yang beredar di media sosial yang mendorong ratusan warga Haiti di seluruh negeri untuk merayakan di jalan-jalan pada Kamis malam.

“Ini murni dan sederhana strategi fabrikasi, keracunan, diatur oleh individu yang bermaksud buruk, yang bertujuan untuk menabur lebih banyak masalah dan kebingungan,” bunyi pernyataan kantor perdana menteri Haiti.

Henry telah menekankan bahwa dia tidak tertarik untuk mempertahankan kekuasaan dan berencana untuk menyelenggarakan pemilihan umum segera setelah kekerasan mereda.



Dokumen yang ditandatangani oleh Henry dan pejabat lainnya menyatakan bahwa tindakan tersebut memiliki "konsekuensi bencana."

Petisi itu muncul setelah Luis Almagro, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Amerika, bertemu dengan para pejabat termasuk Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Haiti Jean Victor Geneus pada Kamis lalu untuk membicarakan situasi negara yang memburuk.

"Haiti harus meminta bantuan mendesak dari komunitas internasional untuk membantu menyelesaikan krisis keamanan, menentukan karakteristik pasukan keamanan internasional," Almagro mentweet pada Kamis malam.

Namun banyak warga Haiti yang menolak gagasan ini, mencatat bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB dituduh melakukan serangan seksual dan memicu epidemi kolera pada lebih dari satu dekade lalu yang menewaskan hampir 10 ribu orang.

“Saya tidak berpikir Haiti membutuhkan intervensi lain,” kata Mathias Pierre, mantan menteri Haiti.

"Kami telah melalui begitu banyak masalah, dan tidak ada yang diselesaikan. Jika kita tidak melakukannya sebagai orang Haiti, 10 tahun ke depan, kita akan berada dalam situasi yang sama lagi," imbuhnya.

Sebaliknya, dia meminta pemerintah AS untuk membantu mengurangi jumlah amunisi dan senjata yang mengalir ke Haiti dan juga untuk melengkapi petugas polisi sehingga mereka memiliki lebih banyak senjata dan kemampuan untuk menjalankan intelijen di geng kriminal.

Dia juga khawatir tentang situasi yang akan dihadapi pasukan keamanan internasional.



"Ini bukan tentara yang mereka hadapi," ujarnya.

“Mereka menghadapi geng yang terletak di daerah miskin dan menggunakan penduduk sebagai tameng untuk melindungi diri mereka sendiri,” ungkapnya

Polisi Nasional Haiti telah berjuang untuk mengendalikan geng dengan sumber daya yang terbatas dan kekurangan staf yang kronis, dengan hanya sekitar 12.800 petugas aktif untuk negara berpenduduk lebih dari 11 juta orang.

Geng-geng itu semakin kuat sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli 2021.

Para pengunjuk rasa dan geng-geng yang semakin kuat telah membantu menjerumuskan Haiti ke dalam tingkat kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan negara itu lumpuh selama hampir sebulan setelah geng-geng mengepung terminal bahan bakar besar di ibu kota Port-au-Prince, menolak untuk mengalah sampai Henry mundur.

Akibatnya, kru tidak dapat mendistribusikan sekitar 10 juta galon solar dan bensin dan lebih dari 800.000 galon minyak tanah yang disimpan di lokasi.

Para pengunjuk rasa juga telah memblokir jalan sejak Henry mengumumkan bahwa pemerintahannya tidak mampu lagi mensubsidi bahan bakar pada awal September. Pengumuman ini menyebabkan kenaikan tajam harga bensin, solar dan minyak tanah.

SPBU ditutup, rumah sakit telah mengurangi layanan penting dan bisnis termasuk bank dan toko kelontong telah membatasi jam kerja mereka.



Pada hari Rabu, Kantor Koordinator Kemanusiaan dan Kependudukan PBB di Haiti mengusulkan "koridor kemanusiaan" untuk memungkinkan bahan bakar dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Disebutkan bahwa negara itu juga menghadapi wabah kolera baru, dengan beberapa kematian dilaporkan dan puluhan pasien dirawat.

“Orang-orang yang paling rentan adalah yang pertama menderita dari penyumbatan,” kata PBB.
(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More