Gelar Aksi Anti-Prancis, Demonstran Burkina Faso Kibarkan Bendera Rusia
Rabu, 05 Oktober 2022 - 04:56 WIB
OUAGADOUGOU - Pengunjuk rasa anti-Prancis yang mengibarkan bendera Rusia dan meneriakkan slogan menentang blok ECOWAS Afrika Barat berunjuk rasa di ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou. Aksi dilakukan ketika delegasi ECOWAS tiba dalam misi pencarian fakta menyusul kudeta militer kedua negara itu tahun ini.
Mengacungkan bendera Rusia untuk menunjukkan dukungan bagi Moskow, para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang mengkritik blok regional Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) dan Prancis, bekas kekuatan kolonial di Burkina Faso.
Negara bagian Sahel yang miskin itu terjerumus ke dalam kekacauan pada hari Jumat, ketika Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, yang baru merebut kekuasaan pada Januari, digulingkan oleh pesaingnya yang baru muncul, Kapten Ibrahim Traore yang berusia 34 tahun.
Melaporkan dari distrik kelas atas Ouaga 2000 di ibukota, tempat istana kepresidenan Burkina Faso berada, Sophie Lamotte dari FRANCE 24 mengatakan ada beberapa pesan yang dipajang dalam aksi demonstrasi tersebut.
"Awalnya, ada beberapa lusin orang yang menyatakan dukungan mereka untuk pemimpin baru," lapor Lamotte.
“Mereka dengan cepat bertemu dengan ratusan sepeda motor, dengan orang-orang yang mengibarkan bendera Rusia berteriak, 'Cukup dengan blok ECOWAS, cukup dengan Prancis' dan menyatakan dukungan mereka untuk Rusia. Secara keseluruhan itu adalah pesan yang cukup membingungkan dan tidak jelas," sambungnya seperti dikutip dari kantor berita Prancis itu, Rabu (5/10/2022).
Setelah akhir pekan yang mengkhawatirkan yang juga menyaksikan protes keras di kedutaan dan pusat budaya Prancis menyusul desas-desus - yang ternyata tidak akurat - bahwa Prancis melindungi Damiba, mantan penguasa militer itu setuju untuk mundur pada hari Minggu.
Pemerintah Togo pada hari Senin mengkonfirmasi bahwa Damiba berada di Togo setelah pihak berwenang menerima pemimpin yang digulingkan itu untuk mendukung "perdamaian di sub-wilayah".
Mengacungkan bendera Rusia untuk menunjukkan dukungan bagi Moskow, para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang mengkritik blok regional Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) dan Prancis, bekas kekuatan kolonial di Burkina Faso.
Negara bagian Sahel yang miskin itu terjerumus ke dalam kekacauan pada hari Jumat, ketika Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, yang baru merebut kekuasaan pada Januari, digulingkan oleh pesaingnya yang baru muncul, Kapten Ibrahim Traore yang berusia 34 tahun.
Melaporkan dari distrik kelas atas Ouaga 2000 di ibukota, tempat istana kepresidenan Burkina Faso berada, Sophie Lamotte dari FRANCE 24 mengatakan ada beberapa pesan yang dipajang dalam aksi demonstrasi tersebut.
"Awalnya, ada beberapa lusin orang yang menyatakan dukungan mereka untuk pemimpin baru," lapor Lamotte.
“Mereka dengan cepat bertemu dengan ratusan sepeda motor, dengan orang-orang yang mengibarkan bendera Rusia berteriak, 'Cukup dengan blok ECOWAS, cukup dengan Prancis' dan menyatakan dukungan mereka untuk Rusia. Secara keseluruhan itu adalah pesan yang cukup membingungkan dan tidak jelas," sambungnya seperti dikutip dari kantor berita Prancis itu, Rabu (5/10/2022).
Setelah akhir pekan yang mengkhawatirkan yang juga menyaksikan protes keras di kedutaan dan pusat budaya Prancis menyusul desas-desus - yang ternyata tidak akurat - bahwa Prancis melindungi Damiba, mantan penguasa militer itu setuju untuk mundur pada hari Minggu.
Pemerintah Togo pada hari Senin mengkonfirmasi bahwa Damiba berada di Togo setelah pihak berwenang menerima pemimpin yang digulingkan itu untuk mendukung "perdamaian di sub-wilayah".
Lihat Juga :
tulis komentar anda