Ukraina Buat Keputusan tentang Mobilisasi Pasukan Tambahan Terkait Referendum Donbass
Selasa, 27 September 2022 - 06:35 WIB
KIEV - Ukraina tidak akan mengumumkan mobilisasi tambahan sebagai tanggapan atas referendum bergabung dengan Rusia yang saat ini sedang berlangsung di bagian timur negara itu.
Keputusan mengenai mobilisasi pasukan cadangan itu diumumkan Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhail Podolyak, kepada program TV Jerman Tagesschau, Senin (26/9/2022).
“Kami telah membuat cadangan melalui sistem pertahanan teritorial dan akan secara aktif menggunakan cadangan ini. Kami seharusnya tidak mengumumkan mobilisasi tambahan hari ini,” ujar dia kepada televisi itu.
Dia menambahkan, “Kami memiliki segalanya, dan kami siap untuk lebih banyak pasukan Rusia.”
Podolyak bersikeras Ukraina kehilangan tentara jauh lebih sedikit daripada Rusia, menggemakan kata-kata Zelensky, yang mengatakan pekan lalu pasukannya menderita setidaknya 50 korban setiap hari tetapi kerugian Rusia mengerdilkan angka itu dengan faktor lima.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengumumkan hanya beberapa hari sebelumnya bahwa, sementara Rusia kehilangan 6.000 tentara sejak awal serangan pada Februari, Ukraina kehilangan sekitar 61.000 prajurit.
Menurut pihak Ukraina, sekitar 55.000 tentara Rusia telah tewas. Menurut CIA, pada akhir Juli Rusia kehilangan lebih dari 15.000 tentara di Ukraina.
Intelijen Inggris melaporkan 20.000 kematian tentara Rusia pada bulan Juni.
Penasihat kepresidenan Ukraina juga mengklaim Rusia menggunakan 90% dari daya tembaknya untuk menghancurkan infrastruktur kritis dan sipil serta warga sipil yang membutuhkannya.
Dia menyalahkan militernya karena memusnahkan 1.200 permukiman di daerah yang telah dibombardir Kiev selama delapan tahun.
Amnesty International sebelumnya mengkritik Ukraina karena menempatkan tentaranya di dalam bangunan tempat tinggal, sekolah dan rumah sakit, mencela penggunaan warga sipil sebagai tameng manusia sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional.
“Sementara Ukraina mungkin belum membutuhkan tenaga tambahan, kemenangan militer akan membutuhkan tank, dan bukan jenis Soviet yang berbiaya rendah. Hanya mesin bergaya Barat seperti Leopard 2 yang akan melakukannya,” ujar Podolyak kepada audiens Jermannya.
Ukraina dan Jerman telah bersitegang atas penolakan Berlin memasok tank Leopard.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menyatakan awal bulan ini, negaranya telah mencapai batasnya untuk memasok bantuan militer, dan tidak dapat memberikan lebih banyak senjata tanpa membahayakan keamanannya sendiri.
Jerman telah mengirimkan sistem rudal anti-pesawat Singer, tank senjata anti-pesawat Gerard, dan howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000 ke Ukraina.
Meski demikian, Kiev dan bahkan beberapa pejabat Jerman tidak puas dengan apa pun yang tak termasuk Leopard.
Referendum untuk bergabung dengan Rusia sedang berlangsung di wilayah timur Kherson dan Zaporozhye yang dikuasai Rusia serta republik Donbass independen Donetsk dan Lugansk. Moskow mengumumkan mobilisasi parsial pekan lalu.
Keputusan mengenai mobilisasi pasukan cadangan itu diumumkan Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhail Podolyak, kepada program TV Jerman Tagesschau, Senin (26/9/2022).
“Kami telah membuat cadangan melalui sistem pertahanan teritorial dan akan secara aktif menggunakan cadangan ini. Kami seharusnya tidak mengumumkan mobilisasi tambahan hari ini,” ujar dia kepada televisi itu.
Dia menambahkan, “Kami memiliki segalanya, dan kami siap untuk lebih banyak pasukan Rusia.”
Podolyak bersikeras Ukraina kehilangan tentara jauh lebih sedikit daripada Rusia, menggemakan kata-kata Zelensky, yang mengatakan pekan lalu pasukannya menderita setidaknya 50 korban setiap hari tetapi kerugian Rusia mengerdilkan angka itu dengan faktor lima.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengumumkan hanya beberapa hari sebelumnya bahwa, sementara Rusia kehilangan 6.000 tentara sejak awal serangan pada Februari, Ukraina kehilangan sekitar 61.000 prajurit.
Menurut pihak Ukraina, sekitar 55.000 tentara Rusia telah tewas. Menurut CIA, pada akhir Juli Rusia kehilangan lebih dari 15.000 tentara di Ukraina.
Intelijen Inggris melaporkan 20.000 kematian tentara Rusia pada bulan Juni.
Penasihat kepresidenan Ukraina juga mengklaim Rusia menggunakan 90% dari daya tembaknya untuk menghancurkan infrastruktur kritis dan sipil serta warga sipil yang membutuhkannya.
Dia menyalahkan militernya karena memusnahkan 1.200 permukiman di daerah yang telah dibombardir Kiev selama delapan tahun.
Amnesty International sebelumnya mengkritik Ukraina karena menempatkan tentaranya di dalam bangunan tempat tinggal, sekolah dan rumah sakit, mencela penggunaan warga sipil sebagai tameng manusia sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional.
“Sementara Ukraina mungkin belum membutuhkan tenaga tambahan, kemenangan militer akan membutuhkan tank, dan bukan jenis Soviet yang berbiaya rendah. Hanya mesin bergaya Barat seperti Leopard 2 yang akan melakukannya,” ujar Podolyak kepada audiens Jermannya.
Ukraina dan Jerman telah bersitegang atas penolakan Berlin memasok tank Leopard.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menyatakan awal bulan ini, negaranya telah mencapai batasnya untuk memasok bantuan militer, dan tidak dapat memberikan lebih banyak senjata tanpa membahayakan keamanannya sendiri.
Jerman telah mengirimkan sistem rudal anti-pesawat Singer, tank senjata anti-pesawat Gerard, dan howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000 ke Ukraina.
Meski demikian, Kiev dan bahkan beberapa pejabat Jerman tidak puas dengan apa pun yang tak termasuk Leopard.
Referendum untuk bergabung dengan Rusia sedang berlangsung di wilayah timur Kherson dan Zaporozhye yang dikuasai Rusia serta republik Donbass independen Donetsk dan Lugansk. Moskow mengumumkan mobilisasi parsial pekan lalu.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda