Sikap China-India pada Rusia Mulai Berubah, Serukan Akhiri Perang
Minggu, 25 September 2022 - 17:10 WIB
NEW YORK - China dan India pada Sabtu (24/9/2022) menyerukan di PBB untuk melakukan negosiasi guna mengakhiri perang Ukraina . Sikap ini menghentikan dukungan kuat untuk sekutu tradisional mereka, Rusia.
Setelah seminggu tekanan di Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Rusia naik ke mimbar Majelis Umum PBB untuk menyampaikan teguran berapi-api kepada negara-negara Barat atas apa yang disebutnya sebagai kampanye “aneh” terhadap Rusia.
Tetapi, tidak ada negara besar yang bersatu di belakang Rusia, termasuk China, yang hanya beberapa hari sebelum invasi Februari ke Ukraina telah berjanji akan menjalin ikatan yang "tidak dapat dipatahkan" dengan Presiden Vladimir Putin.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi meminta Rusia dan Ukraina untuk “menjaga agar krisis tidak meluas” dan mempengaruhi negara-negara berkembang.
“China mendukung semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian damai krisis Ukraina. Prioritas mendesak adalah memfasilitasi pembicaraan untuk perdamaian,” kata Wang, seperti dikutip dari AFP.
“Solusi mendasar adalah untuk mengatasi masalah keamanan yang sah dari semua pihak dan membangun arsitektur keamanan yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Selama kunjungannya ke PBB, Wang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba. Ini merupakan pembicaraan pertama mereka sejak perang dimulai. Awal bulan ini, Putin mengakui “kekhawatiran” China tentang Ukraina selama pertemuan dengan rekannya Xi Jinping.
Para pejabat Amerika Serikat (AS) telah berbesar hati dengan apa yang mereka lihat sebagai kurangnya dukungan nyata China untuk perang dan mengatakan bahwa Beijing telah menolak permintaan untuk mengirim peralatan militer ke Rusia. Hal ini memaksa Rusia untuk bergantung pada Korea Utara dan Iran untuk mendapatkan suplai militer.
Sementara India, tidak seperti China, memiliki hubungan yang hangat dengan AS, tetapi juga memiliki hubungan bersejarah dengan Rusia, pemasok pertahanan tradisionalnya.
“Ketika konflik Ukraina terus berkecamuk, kami sering ditanya di pihak siapa kami berada,” kata Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar.
"Jawaban kami, setiap saat, lurus dan jujur - India berada di pihak perdamaian dan akan tetap teguh di sana," katanya. “Kami berada di pihak yang menyerukan dialog dan diplomasi sebagai satu-satunya jalan keluar,” lanjutnya.
Setelah seminggu tekanan di Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Rusia naik ke mimbar Majelis Umum PBB untuk menyampaikan teguran berapi-api kepada negara-negara Barat atas apa yang disebutnya sebagai kampanye “aneh” terhadap Rusia.
Tetapi, tidak ada negara besar yang bersatu di belakang Rusia, termasuk China, yang hanya beberapa hari sebelum invasi Februari ke Ukraina telah berjanji akan menjalin ikatan yang "tidak dapat dipatahkan" dengan Presiden Vladimir Putin.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi meminta Rusia dan Ukraina untuk “menjaga agar krisis tidak meluas” dan mempengaruhi negara-negara berkembang.
“China mendukung semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian damai krisis Ukraina. Prioritas mendesak adalah memfasilitasi pembicaraan untuk perdamaian,” kata Wang, seperti dikutip dari AFP.
“Solusi mendasar adalah untuk mengatasi masalah keamanan yang sah dari semua pihak dan membangun arsitektur keamanan yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Selama kunjungannya ke PBB, Wang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba. Ini merupakan pembicaraan pertama mereka sejak perang dimulai. Awal bulan ini, Putin mengakui “kekhawatiran” China tentang Ukraina selama pertemuan dengan rekannya Xi Jinping.
Para pejabat Amerika Serikat (AS) telah berbesar hati dengan apa yang mereka lihat sebagai kurangnya dukungan nyata China untuk perang dan mengatakan bahwa Beijing telah menolak permintaan untuk mengirim peralatan militer ke Rusia. Hal ini memaksa Rusia untuk bergantung pada Korea Utara dan Iran untuk mendapatkan suplai militer.
Sementara India, tidak seperti China, memiliki hubungan yang hangat dengan AS, tetapi juga memiliki hubungan bersejarah dengan Rusia, pemasok pertahanan tradisionalnya.
“Ketika konflik Ukraina terus berkecamuk, kami sering ditanya di pihak siapa kami berada,” kata Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar.
"Jawaban kami, setiap saat, lurus dan jujur - India berada di pihak perdamaian dan akan tetap teguh di sana," katanya. “Kami berada di pihak yang menyerukan dialog dan diplomasi sebagai satu-satunya jalan keluar,” lanjutnya.
(esn)
tulis komentar anda