Polisi Iran Sangkal Pukuli Mahsa Amini: Dia Berjilbab Tak Pantas
Selasa, 20 September 2022 - 07:24 WIB
TEHERAN - Mahsa Amini (22), wanita Iran jatuh koma dan meninggal setelah ditahan oleh polisi moral Teheran pekan lalu. Polisi menyangkal tuduhan telah memukuli Amini hingga akhirnya koma dan meninggal.
Komandan Polisi Greater Teheran Hossein Rahimi bersikeras bahwa wanita muda itu ditangkap karena berjilbab tidak pantas di ibu kota. Rahimi mengatakan tuduhan bahwa polisi memukuli Amini adalah "tuduhan pengecut".
Berbicara pada konferensi pers, Rahimi mengatakan Amini dihentikan oleh polisi moral, yang dikenal sebagai “Gasht-e Irsyad", saat berjalan di taman karena jilbabnya tidak pantas.
“Tidak ada kelalaian dari pihak polisi, bahkan tidak ada kesalahan kecil; semua kata yang dipublikasikan di dunia maya tentang penyebab kematian adalah kebohongan murni," katanya, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (20/9/2022).
Rahimi mengatakan tidak ada argumen atau perlawanan selama penahanan Amini, mengeklaim bahwa Amini bahkan bercanda saat berada di dalam mobil polisi moral.
Sementara itu, saluran berita satelit yang berbasis di London, Iran International, pada Senin mengeklaim telah memperoleh CT scan tengkorak Amini, dengan mengatakan itu menunjukkan patah tulang yang disebabkan oleh trauma parah pada tengkorak.
Amini, seorang wanita Kurdi Iran, mengalami koma tak lama setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral pada 13 September dan dinyatakan meninggal pada hari Jumat pekan lalu. Kematiannya memicu protes di media sosial dan di jalan-jalan Iran.
Polisi Teheran mengatakan Amini tiba-tiba mengalami masalah jantung saat dalam tahanan, dan media yang dikelola negara memuat cerita yang mengeklaim dia menderita berbagai kondisi kesehatan sebelum penangkapannya.
Namun orang tua Amini mengatakan bahwa putri mereka tidak memiliki kondisi kesehatan apapun sebelum ditahan.
Para aktivis mengatakan Amini dipukuli saat ditahan, menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya.
Amjad Amini, ayah Mahsa Amini, bersikeras bahwa putrinya tidak memiliki riwayat penyakit dan dalam kesehatan yang sempurna.
Jilbab, yang diwajibkan bagi wanita di Iran tak lama setelah revolusi 1979 di negara itu, dianggap sebagai garis merah bagi para penguasa teokratis Iran.
Wanita yang melanggar aturan berpakaian berisiko dilecehkan dan ditangkap oleh polisi moral Iran.
Berdasarkan aturan berpakaian, wanita diwajibkan untuk menutupi rambut mereka sepenuhnya di depan umum dan mengenakan pakaian yang panjang dan longgar.
Komandan Polisi Greater Teheran Hossein Rahimi bersikeras bahwa wanita muda itu ditangkap karena berjilbab tidak pantas di ibu kota. Rahimi mengatakan tuduhan bahwa polisi memukuli Amini adalah "tuduhan pengecut".
Berbicara pada konferensi pers, Rahimi mengatakan Amini dihentikan oleh polisi moral, yang dikenal sebagai “Gasht-e Irsyad", saat berjalan di taman karena jilbabnya tidak pantas.
“Tidak ada kelalaian dari pihak polisi, bahkan tidak ada kesalahan kecil; semua kata yang dipublikasikan di dunia maya tentang penyebab kematian adalah kebohongan murni," katanya, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (20/9/2022).
Rahimi mengatakan tidak ada argumen atau perlawanan selama penahanan Amini, mengeklaim bahwa Amini bahkan bercanda saat berada di dalam mobil polisi moral.
Sementara itu, saluran berita satelit yang berbasis di London, Iran International, pada Senin mengeklaim telah memperoleh CT scan tengkorak Amini, dengan mengatakan itu menunjukkan patah tulang yang disebabkan oleh trauma parah pada tengkorak.
Amini, seorang wanita Kurdi Iran, mengalami koma tak lama setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral pada 13 September dan dinyatakan meninggal pada hari Jumat pekan lalu. Kematiannya memicu protes di media sosial dan di jalan-jalan Iran.
Polisi Teheran mengatakan Amini tiba-tiba mengalami masalah jantung saat dalam tahanan, dan media yang dikelola negara memuat cerita yang mengeklaim dia menderita berbagai kondisi kesehatan sebelum penangkapannya.
Namun orang tua Amini mengatakan bahwa putri mereka tidak memiliki kondisi kesehatan apapun sebelum ditahan.
Para aktivis mengatakan Amini dipukuli saat ditahan, menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya.
Amjad Amini, ayah Mahsa Amini, bersikeras bahwa putrinya tidak memiliki riwayat penyakit dan dalam kesehatan yang sempurna.
Jilbab, yang diwajibkan bagi wanita di Iran tak lama setelah revolusi 1979 di negara itu, dianggap sebagai garis merah bagi para penguasa teokratis Iran.
Wanita yang melanggar aturan berpakaian berisiko dilecehkan dan ditangkap oleh polisi moral Iran.
Berdasarkan aturan berpakaian, wanita diwajibkan untuk menutupi rambut mereka sepenuhnya di depan umum dan mengenakan pakaian yang panjang dan longgar.
(min)
tulis komentar anda