Eks Jenderal: NATO Tidak Siap Perang Langsung dengan Rusia
Kamis, 15 September 2022 - 16:33 WIB
LONDON - Mantanjenderal NATO memperingatkan bahwa aliansi keamanan itu tidak siap untuk terlibat dalam perang dengan Rusia jika invasinya ke Ukraina berubah menjadi skenario "kasus terburuk".
Jenderal Sir Richard Shirreff, yang menjabat sebagai wakil komandan sekutu tertinggi Eropa antara 2011 dan 2014, mengatakan keberhasilan serangan balik Ukraina adalah "pembenaran" dukungan militer untuk Kiev, terutama dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Pria Inggris itu mengatakan bahwa hal itu dapat mengirim pesan yang kuat kepada negara-negara dalam aliansi yang goyah tentang mendukung Kiev, terutama Jerman ia sebut benar-benar menyedihkan.
Kritik Shirreff terhadap Jerman ini menyusul tuduhan Ukraina bahwa Berlin mengabaikan permintaan Kiev untuk senjata seperti tank dan kendaraan tempur infanteri, meskipun telah menjanjikan bantuan militer lebih lanjut.
Namun dalam seruannya kepada anggota NATO untuk "melepaskan sarung tangan" dan meningkatkan pasokan persenjataan ke Kiev, Shirreff khawatir aliansi itu tidak dalam posisi untuk bertindak jika perang meluas ke luar perbatasan Ukraina.
"Cara mengelola risiko eskalasi adalah agar NATO bersiap untuk kasus terburuk dan itu masih belum terjadi," katanya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (15/9/2022).
"Ketika maksud saya kasus terburuk, kasus terburuk adalah NATO berperang dengan Rusia," jelasnya.
Sejak dimulainya invasi skala penuh Vladimir Putin pada 24 Februari, AS dan sekutu NATO-nya telah mencoba menapaki garis tipis antara memberikan bantuan militer kepada Kiev tanpa meningkatkan konflik.
Jenderal Sir Richard Shirreff, yang menjabat sebagai wakil komandan sekutu tertinggi Eropa antara 2011 dan 2014, mengatakan keberhasilan serangan balik Ukraina adalah "pembenaran" dukungan militer untuk Kiev, terutama dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Pria Inggris itu mengatakan bahwa hal itu dapat mengirim pesan yang kuat kepada negara-negara dalam aliansi yang goyah tentang mendukung Kiev, terutama Jerman ia sebut benar-benar menyedihkan.
Kritik Shirreff terhadap Jerman ini menyusul tuduhan Ukraina bahwa Berlin mengabaikan permintaan Kiev untuk senjata seperti tank dan kendaraan tempur infanteri, meskipun telah menjanjikan bantuan militer lebih lanjut.
Namun dalam seruannya kepada anggota NATO untuk "melepaskan sarung tangan" dan meningkatkan pasokan persenjataan ke Kiev, Shirreff khawatir aliansi itu tidak dalam posisi untuk bertindak jika perang meluas ke luar perbatasan Ukraina.
"Cara mengelola risiko eskalasi adalah agar NATO bersiap untuk kasus terburuk dan itu masih belum terjadi," katanya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (15/9/2022).
"Ketika maksud saya kasus terburuk, kasus terburuk adalah NATO berperang dengan Rusia," jelasnya.
Sejak dimulainya invasi skala penuh Vladimir Putin pada 24 Februari, AS dan sekutu NATO-nya telah mencoba menapaki garis tipis antara memberikan bantuan militer kepada Kiev tanpa meningkatkan konflik.
tulis komentar anda