Putin Didesak Lengser setelah Tentara Rusia Dipermalukan Pasukan Ukraina
Rabu, 14 September 2022 - 02:55 WIB
MOSKOW - Puluhan deputi atau anggota parlemen kota dari Moskow dan St Petersburg telah mendesak Presiden Vladimir Putin untuk mengundurkan diri dalam sebuah petisi yang diterbitkan Senin. Desakan lengser ini muncul setelah tentara Moskow dipecundangi pasukan Ukraina di Kharkiv.
Selain itu, desakan tersebut juga muncul di tengah klaim kecurangan suara dalam pemilu lokal dan regional akhir pekan lalu.
Para penandatangan petisi itu menempatkan diri mereka pada risiko hukuman di bawah undang-undang yang disahkan tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina—yang melarang hampir semua perbedaan pendapat anti-perang.
“Tindakan Presiden Putin merugikan masa depan Rusia dan warganya,” bunyi petisi yang dibagikan di Twitter oleh Ksenia Torstrem, seorang deputi distrik Semyonovsky di St Petersburg.
“Kami menuntut pengunduran diri Vladimir Putin dari posisi Presiden Federasi Rusia,” lanjut petisi tersebut, yang awalnya ditandatangani oleh 19 deputi.
Menurut Torstrem, 84 orang lainnya telah menandatangani petisi itu pada hari Senin.
“84 tanda tangan lainnya telah diterima, sekarang kami akan memeriksanya,” tulis Torstrem, seperti dikutip The Moscow Times, Selasa (13/9/2022).
Pengawas pemilu independen Golos melaporkan lusinan kasus pengisian surat suara, intimidasi, pembelian suara, dan kesalahan pencatatan suara setelah kandidat pro-Kremlin memenangkan pemilu lokal dan regional Rusia.
Sementara itu, serangan balasan Ukraina di wilayah timur laut Kharkiv membuat pasukan Kiev merebut kembali sekitar 3.000 kilometer persegi tanah yang sebelumnya diduduki oleh tentara Moskow.
Seruan dari para deputi agar Putin mundur awalnya muncul minggu lalu setelah Dmitry Palyuga, seorang deputi dari distrik Smolninskoye, St Petersburg, meminta Duma Negara atau Parlemen untuk memecat dan mengadili presiden dengan tuduhan pengkhianatan atas invasinya ke Ukraina. Ada 6 pejabat lain yang menyerukan hal serupa.
Palyuga dipanggil ke kantor polisi dengan tuduhan "mendiskreditkan" tentara Rusia, tetapi kemudian dibebaskan.
Selain itu, desakan tersebut juga muncul di tengah klaim kecurangan suara dalam pemilu lokal dan regional akhir pekan lalu.
Para penandatangan petisi itu menempatkan diri mereka pada risiko hukuman di bawah undang-undang yang disahkan tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina—yang melarang hampir semua perbedaan pendapat anti-perang.
“Tindakan Presiden Putin merugikan masa depan Rusia dan warganya,” bunyi petisi yang dibagikan di Twitter oleh Ksenia Torstrem, seorang deputi distrik Semyonovsky di St Petersburg.
“Kami menuntut pengunduran diri Vladimir Putin dari posisi Presiden Federasi Rusia,” lanjut petisi tersebut, yang awalnya ditandatangani oleh 19 deputi.
Menurut Torstrem, 84 orang lainnya telah menandatangani petisi itu pada hari Senin.
“84 tanda tangan lainnya telah diterima, sekarang kami akan memeriksanya,” tulis Torstrem, seperti dikutip The Moscow Times, Selasa (13/9/2022).
Pengawas pemilu independen Golos melaporkan lusinan kasus pengisian surat suara, intimidasi, pembelian suara, dan kesalahan pencatatan suara setelah kandidat pro-Kremlin memenangkan pemilu lokal dan regional Rusia.
Sementara itu, serangan balasan Ukraina di wilayah timur laut Kharkiv membuat pasukan Kiev merebut kembali sekitar 3.000 kilometer persegi tanah yang sebelumnya diduduki oleh tentara Moskow.
Seruan dari para deputi agar Putin mundur awalnya muncul minggu lalu setelah Dmitry Palyuga, seorang deputi dari distrik Smolninskoye, St Petersburg, meminta Duma Negara atau Parlemen untuk memecat dan mengadili presiden dengan tuduhan pengkhianatan atas invasinya ke Ukraina. Ada 6 pejabat lain yang menyerukan hal serupa.
Palyuga dipanggil ke kantor polisi dengan tuduhan "mendiskreditkan" tentara Rusia, tetapi kemudian dibebaskan.
(min)
tulis komentar anda