Negara-negara Eropa yang Dihasut Amerika Serikat untuk Boikot Gas Rusia

Kamis, 08 September 2022 - 15:39 WIB
Pegawai berjalan melewati pipa gas Power Of Siberia milik Gazprom di stasiun kompresor Atamanskaya, Svobodny, Rusia, 29 November 2019. Foto/REUTERS/Maxim Shemetov
ROMA - Invasi Rusia ke Ukraina memunculkan tantangan ekonomi yang serius. Terjadi gangguan pasokan energi global karena Rusia merupakan pemasok energi untuk berbagai negara, terutama Eropa.

Bahkan untuk sumber energi gas, ketergantungan negara-negara Eropa terhadap Rusia mencapai 40%.

Menanggapi hal tersebut, aktivis perlindungan iklim dari 50 negara di dunia justru mendorong beberapa negara di dunia untuk melakukan boikot terhadap sumber daya energi Rusia dan meminta mengurangi kecanduan akan bahan bakar fosil secara global.



Tanggapan atas situasi ini juga dilakukan Presiden Amerika Serikat Biden bersama dengan pemimpin beberapa negara Eropa lainnya.

Dalam pertemuannya dengan Pemimpin G7 dan Uni Eropa, Maret lalu, Presiden Biden membahas serta mengemukakan tindakan ekonomi baru.

Tindakan ini bertujuan meminta pertanggungjawaban Putin atas serangan terhadap Ukraina. Salah satu keputusan sanksi yang diberikan kepada Rusia adalah melarang investasi baru Amerika Serikat untuk sektor energi Rusia.

Amerika Serikat juga mendesak beberapa negara Eropa lainnya melakukan boikot dengan menghentikan impor batu bara, gas, serta minyak dari Rusia.

Hal ini merupakan bentuk dari upaya Barat mendorong perusahaan energi Rusia keluar dari pasar global.

Beberapa negara Eropa memilih mengikuti langkah Amerika Serikat. Berikut ini adalah negara-negara di Eropa yang juga melakukan boikot atas sumber energi gas Rusia.

1. Italia

Melansir Euronews.com, Italia sudah mengurangi penggunaan gas dari Rusia sebagai bentuk boikot atas invasi Rusia ke Ukraina.

Sebagai gantinya, Italia kini beralih ke Afrika untuk membantu menghentikan penggunaan gas Rusia.

Diketahui, Italia telah membuat kesepakatan dengan Angola, Aljazair, dan Republik Kongo dengan tujuan menghilangkan impor gas Rusia dalam 18 bulan ke depan, terhitung dari bulan April 2022.

Saat ini, Italia hanya menerima 38% gas alam dari Rusia sedangkan sisanya sedang diusahakan dicarikan penggantinya melalui kesepakatan-kesepakatan dengan negara lainnya.

Pada bulan April, Italia melalui Perdana Menteri Mario Draghi mendapatkan kesepakatan untuk lebih banyak impor gas alam dari Aljazair.

Aljazair menyediakan sekitar 21 miliar meter kubik gas ke Italia melalui pipa Trans-Mediterania. Lalu perusahaan ENI juga menandatangani kesepakatan serupa dengan Republik Kongo.

Selain beralih pada gas Afrika, invasi Rusia ke Ukraina juga mewajibkan Italia mendiversifikasi sumber energinya.

Hal ini berkaitan dengan adanya kemungkinan Rusia akan menghentikan total aliran energinya kepada negara-negara di Eropa.

Kesepakatan dengan Angola menyerukan proyek Liquefied Natural Gas (LNG) baru yang diharapkan diluncurkan tahun depan dengan kapasitas hingga 4,5 miliar meter kubik per tahun, setelah beroperasi penuh.

Terlebih lagi, pemerintah ibu kota Italia dikabarkan akan mencoba mendiversifikasi sumber gas lebih jauh dengan membuat kesepakatan baru dengan Qatar, Azerbaijan dan Mozambik.

2. Inggris

Inggris menyatakan tengah mempercepat transisi menjauhi energi Rusia. Pemerintah Inggris sepertinya bertekad melarang impor gas Rusia.

Berbeda dengan Italia, Inggris akan lebih mengintensifkan kemandirian mereka dalam urusan energi.

Mereka akan lebih berupaya memaksimalkan energi nuklir dan jenis energi terbarukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka.

Hal ini mengingat bahwa tingkat ketergantungan Inggris akan Rusia tidak terlalu besar. Meskipun ketergantungan gas negara Eropa ke Rusia mencapai angka 40%, Inggris hanya bergantung kepada Rusia sebesar 5%.

3. Polandia

Melansir dari laman Politico.eu, invasi Rusia terhadap Ukraina dianggap Polandia sebagai suatu momen yang penting untuk mengeluarkan Rusia dari pasokan energi Eropa.

Negara-negara Uni Eropa diketahui sudah sejak 2009 berjanji untuk mengakhiri ketergantungan mereka.

Janji ini mereka buat setelah mengalami krisis pasokan di musim dingin pada tahun 2009 dan krisis akibat invasi Rusia ke Krimea tahun 2014.

Melalui Mateusz Morawiecki, Perdana Menteri Polandia, Polandia akan memberlakukan embargo terhadap batu bara, minyak, dan gas.

Mereka akan memasukkan energi-energi tersebut ke dalam daftar impor terlarang dari Rusia.

Persiapan Polandia dalam mengatasi kondisi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Mereka telah meminimalkan ketergantungannya pada pasokan Rusia selama bertahun-tahun.

Pada 2023, kontrak Polandia dengan Gazprom (perusahaan energi multinasional milik Rusia) akan habis dan gas akan mulai mengalir dari Norwegia melalui Pipa Baltik yang baru.

Ini juga memperluas terminal gas alamnya di Swinoujscie dan menandatangani kontrak baru dengan lebih banyak pemasok dari negara-negara seperti AS dan Qatar.

Saat ini, 55% impor gas Polandia berasal dari Rusia. Pipa Baltik akan memungkinkan Polandia untuk mengimpor gas dalam jumlah yang sama seperti yang sekarang dibeli dari Gazprom.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More