Ukraina Patut Waspada, Sistem Rudal Korut Ini Bisa Jadi Tandingan HIMARS
Rabu, 07 September 2022 - 04:30 WIB
WASHINGTON - Rusia dilaporkan telah beralih ke Korea Utara untuk mendapatkan suplai persenjataan saat Moskow menghadapai tantangan dalam perang di Ukraina. Hal itu dikarenakan sanksi yang dijatuhkan oleh Barat telah memutuskan Rusia dari rantai pasokan global.
Dalam lebih dari enam bulan pertempuran sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, banyak negara Barat telah mengeluarkan sanksi terhadap Moskow dalam upaya untuk melemahkan kemampuannya untuk menyerang Ukraina sambil memberikan Ukraina bantuan militer untuk memperkuat upaya pertahanannya dan kemanusiaan.
Menurut laporan intelijen Amerika Serikat (AS) yang tidak diklasifikasikan yang dilaporkan The New York Times, efektivitas sanksi yang diberikan Barat dapat dilihat dari terhambatya invasi Rusia ketika Ukraina meluncurkan serangan balasan di kota utama Kherson.
Di medan perang, keberadaan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS) milik Amerika Serikat yang diberikan kepada Ukraina menjadi momok tersendiri bagi Rusia.
Seperti diketahui, AS mulai memasok HIMARS ke Ukraina selama musim panas, dan Ukraina telah berhasil menggunakan sistem roket itu dalam upaya memperkuat pertahanannya. Dilaporkan bahwa sistem rudal itu membantu Ukraina dalam menghancurkan target utara milik Rusia, termasuk depot amunisi dan pos komando.
Terkait hal ini, kesepakatan senjata terbaru Moskow-Pyongyang, membuat Korea Utara dapat memberikan Rusia sistem rudal yang mampu bertahan menghadapi HIMARS AS saat pasukannya menghadapi tantangan dalam perang.
Dalam gudang senjatanya, Korea Utara memiliki sistem roket KN-25 sebagai salah satu sistem rudal yang paling kuat. Belum dikonfirmasi apakah sistem rudal ini telah diberikan kepada Rusia dalam kesepakatan suplai senjata terbaru kedua negara. Sistem rudal ini pun dapat dibandingkan dengan HIMARS buatan AS.
Dikutip dari Newsweek, Rabu (7/9/2022), satu area di mana KN-25 lebih baik dari HIMARS adalah jangkauan. Jangkauan HIMARS, yang lebih panjang dari senjata yang digunakan Ukraina pada bulan-bulan awal pertahanannya, telah memungkinkan militer Ukraina untuk mendorong pasukan Rusia lebih jauh ke belakang.
Menurut Lockheed Martin, HIMARS memiliki jangkauan hingga 300 km. Namun, pabrikan senjata itu juga mengatakan sedang mengembangkan amunisi untuk memperluas jangkauannya hingga 499 km.
Sedanglan KN-25, sat ini mampu melakukan tembakan lebih jauh dari HIMARS. Senjata Korea Utara ini memiliki jangkauan sekitar 380 km. Rudal itu akan memungkinkan Rusia untuk meluncurkan serangan terhadap sebagian besar wilayah Ukraina.
Meski begitu, menurut Military Today, HIMARS buatan AS memiliki kelebihan dari segi kecepatan. HIMARS memiliki kemampuan kecepatan lebih tinggi dari KN-25. HIMARS memiliki kecepatan maksimum 85 km/jam, sedangkan KN-25 memiliki kecepatan maksimum sekitar 80 km/jam.
Banyak spesifikasi tentang KN-25, termasuk berat maksimum yang dapat dibawanya, tidak diketahui, sehingga sulit untuk menentukan perbandingan yang tepat antara keduanya. Sistem rudal Korea Utara ini pertama kali diuji coba pada tahun 2019, ketika mencapai ketinggian maksimum 97 km, menurut Missile Threat.
Dalam lebih dari enam bulan pertempuran sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, banyak negara Barat telah mengeluarkan sanksi terhadap Moskow dalam upaya untuk melemahkan kemampuannya untuk menyerang Ukraina sambil memberikan Ukraina bantuan militer untuk memperkuat upaya pertahanannya dan kemanusiaan.
Menurut laporan intelijen Amerika Serikat (AS) yang tidak diklasifikasikan yang dilaporkan The New York Times, efektivitas sanksi yang diberikan Barat dapat dilihat dari terhambatya invasi Rusia ketika Ukraina meluncurkan serangan balasan di kota utama Kherson.
Di medan perang, keberadaan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS) milik Amerika Serikat yang diberikan kepada Ukraina menjadi momok tersendiri bagi Rusia.
Seperti diketahui, AS mulai memasok HIMARS ke Ukraina selama musim panas, dan Ukraina telah berhasil menggunakan sistem roket itu dalam upaya memperkuat pertahanannya. Dilaporkan bahwa sistem rudal itu membantu Ukraina dalam menghancurkan target utara milik Rusia, termasuk depot amunisi dan pos komando.
Terkait hal ini, kesepakatan senjata terbaru Moskow-Pyongyang, membuat Korea Utara dapat memberikan Rusia sistem rudal yang mampu bertahan menghadapi HIMARS AS saat pasukannya menghadapi tantangan dalam perang.
Dalam gudang senjatanya, Korea Utara memiliki sistem roket KN-25 sebagai salah satu sistem rudal yang paling kuat. Belum dikonfirmasi apakah sistem rudal ini telah diberikan kepada Rusia dalam kesepakatan suplai senjata terbaru kedua negara. Sistem rudal ini pun dapat dibandingkan dengan HIMARS buatan AS.
Dikutip dari Newsweek, Rabu (7/9/2022), satu area di mana KN-25 lebih baik dari HIMARS adalah jangkauan. Jangkauan HIMARS, yang lebih panjang dari senjata yang digunakan Ukraina pada bulan-bulan awal pertahanannya, telah memungkinkan militer Ukraina untuk mendorong pasukan Rusia lebih jauh ke belakang.
Menurut Lockheed Martin, HIMARS memiliki jangkauan hingga 300 km. Namun, pabrikan senjata itu juga mengatakan sedang mengembangkan amunisi untuk memperluas jangkauannya hingga 499 km.
Sedanglan KN-25, sat ini mampu melakukan tembakan lebih jauh dari HIMARS. Senjata Korea Utara ini memiliki jangkauan sekitar 380 km. Rudal itu akan memungkinkan Rusia untuk meluncurkan serangan terhadap sebagian besar wilayah Ukraina.
Meski begitu, menurut Military Today, HIMARS buatan AS memiliki kelebihan dari segi kecepatan. HIMARS memiliki kemampuan kecepatan lebih tinggi dari KN-25. HIMARS memiliki kecepatan maksimum 85 km/jam, sedangkan KN-25 memiliki kecepatan maksimum sekitar 80 km/jam.
Banyak spesifikasi tentang KN-25, termasuk berat maksimum yang dapat dibawanya, tidak diketahui, sehingga sulit untuk menentukan perbandingan yang tepat antara keduanya. Sistem rudal Korea Utara ini pertama kali diuji coba pada tahun 2019, ketika mencapai ketinggian maksimum 97 km, menurut Missile Threat.
(ian)
tulis komentar anda