Kemampuan Rudal Balistik Korut Bikin Ngeri Pejabat Korsel
Kamis, 01 September 2022 - 21:22 WIB
SEOUL - Kemampuan rudal balistik jarak pendek milik Korea Utara (Korut) mendapat pengakuan dari seorang pejabat Korea Selatan (Korsel). Menurutnya, kemampuan rudal jarak pendek Korut jauh lebih mengancam ketimbang pengembangan rudal hipersonik dan jelajahnya.
Wakil Menteri Pertahanan Korsel, Shin Beomchul, mengatakan pihaknya belum menilai bahwa Korut telah memperoleh teknologi masuk kembali untuk rudal balistik antar benuanya (ICBM), yang diperlukan untuk mengembalikan hulu ledak nuklir ke atmosfer dari luar angkasa sehingga dapat mencapai target yang diinginkan di daratan Amerika Serikat (AS).
Korut sebelumnya mengklaim bahwa mereka memiliki rudal ICBM yang mampu menghantam wilayah AS.
“Negara-negara nuklir dan negara-negara yang dianggap sebagai negara nuklir di dunia telah berulang kali menekankan bahwa mereka tidak akan menggunakan senjata nuklir mereka. Tapi Korea Utara mengisyaratkan penggunaan senjata nuklirnya,” ujar Shin.
“Itu mengungkapkan dengan baik niat Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir untuk tujuan strategis menekan Korea Selatan dan masyarakat internasional,” imbuhnya seperti dikutip dari The Associated Press, Kamis (1/8/2022).
Terkait hal tersebut, Shin mengatakan Korsel mendorong untuk meningkatkan pertahanan rudalnya sendiri, serangan pre-emptive dan kemampuan pembalasan besar-besaran dalam menanggapi ancaman nuklir Korut.
Dia mengatakan Korsel dan AS pada pertengahan September akan menghidupkan kembali pembicaraan tentang pencegahan yang diperpanjang, sebuah istilah yang mengacu pada komitmen AS untuk membela sekutunya itu dengan berbagai kemampuan militer termasuk nuklir.
Korut sejauh ini telah melakukan 20 tes senjata yang memecahkan rekor tahun ini dan terus meluncurkan rudal. Terakhir negara itu menembakkan dua rudal jelajah dari kota pantai barat Onchon pada Rabu (17/8/2022) pagi.
Peluncuran itu dilakukan sehari setelah Seoul dan Washington memulai empat hari awal latihan bersama sebagai persiapan untuk pelatihan lapangan langsung Ulchi Freedom Shield yang telah lama ditangguhkan, yang berlangsung dari 22 Agustus hingga 1 September.
Sementara Korea Utara belum melakukan uji coba rudal selama dua bulan, negara tertutup itu telah berjuang melawan wabah Covid-19 selama berbulan-bulan sebelum menyatakan kemenangan atas virus tersebut pada awal Agustus lalu.
Wakil Menteri Pertahanan Korsel, Shin Beomchul, mengatakan pihaknya belum menilai bahwa Korut telah memperoleh teknologi masuk kembali untuk rudal balistik antar benuanya (ICBM), yang diperlukan untuk mengembalikan hulu ledak nuklir ke atmosfer dari luar angkasa sehingga dapat mencapai target yang diinginkan di daratan Amerika Serikat (AS).
Korut sebelumnya mengklaim bahwa mereka memiliki rudal ICBM yang mampu menghantam wilayah AS.
“Negara-negara nuklir dan negara-negara yang dianggap sebagai negara nuklir di dunia telah berulang kali menekankan bahwa mereka tidak akan menggunakan senjata nuklir mereka. Tapi Korea Utara mengisyaratkan penggunaan senjata nuklirnya,” ujar Shin.
“Itu mengungkapkan dengan baik niat Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir untuk tujuan strategis menekan Korea Selatan dan masyarakat internasional,” imbuhnya seperti dikutip dari The Associated Press, Kamis (1/8/2022).
Terkait hal tersebut, Shin mengatakan Korsel mendorong untuk meningkatkan pertahanan rudalnya sendiri, serangan pre-emptive dan kemampuan pembalasan besar-besaran dalam menanggapi ancaman nuklir Korut.
Dia mengatakan Korsel dan AS pada pertengahan September akan menghidupkan kembali pembicaraan tentang pencegahan yang diperpanjang, sebuah istilah yang mengacu pada komitmen AS untuk membela sekutunya itu dengan berbagai kemampuan militer termasuk nuklir.
Korut sejauh ini telah melakukan 20 tes senjata yang memecahkan rekor tahun ini dan terus meluncurkan rudal. Terakhir negara itu menembakkan dua rudal jelajah dari kota pantai barat Onchon pada Rabu (17/8/2022) pagi.
Peluncuran itu dilakukan sehari setelah Seoul dan Washington memulai empat hari awal latihan bersama sebagai persiapan untuk pelatihan lapangan langsung Ulchi Freedom Shield yang telah lama ditangguhkan, yang berlangsung dari 22 Agustus hingga 1 September.
Sementara Korea Utara belum melakukan uji coba rudal selama dua bulan, negara tertutup itu telah berjuang melawan wabah Covid-19 selama berbulan-bulan sebelum menyatakan kemenangan atas virus tersebut pada awal Agustus lalu.
(ian)
tulis komentar anda