Satu Per Satu, Kaki Tangan Putin Jadi Target Serangan Bom Mobil
Minggu, 28 Agustus 2022 - 01:33 WIB
MOSKOW - Setidaknya empat anggota lingkaran dalam Presiden Rusia Vladimir Putin telah terbunuh oleh serangan bom mobil dalam beberapa pekan terakhir. Sekarang perhatian beralih ke siapa yang berikutnya dalam daftar target serangan berdarah.
1. Darya Dugina
Akhir pekan lalu, Darya Dugina (29), putri "pembimbing spiritual" Putin; Alexander Dugin, tewas dalam serangan bom mobil di pinggiran Moskow. Banyak pihak meyakini, target serangan yang sebenarnya adalah sang ayah yang dijuluki sebagai "otak Putin".
Beberapa hari setelah kematian Dugina—seorang jurnalis muda—, Putin secara terbuka menyatakan serangan bom mobil itu sebagai “kejahatan keji dan kejam” terhadap seorang “patriot Rusia”.
Tak lama kemudian, desas-desus mulai beredar bahwa Ukraina telah mengatur ledakan itu—sebuah klaim yang ditolak mentah-mentah oleh Kiev.
2. Ivan Sushko
Beberapa hari setelah kematian Dugina, seorang pejabat tinggi pro-Putin tewas dalam bom mobil lain. Ivan Sushko (40), ayah satu anak yang menjadi pejabat di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, tewas setelah ledakan menghancurkan mobilnya.
Sushko adalah kepala Mykhailivka—administrasi militer-sipil Rusia—di daerah tersebut, yang menampung pembangkit nuklir terbesar di Eropa.
Kematiannya dikonfirmasi oleh sesama pejabat senior; Vladimir Rogov, yang mengungkapkan bahwa Sushko dibunuh oleh “penyabotase”, di mana penyelidikan sedang berlangsung.
"Sebuah alat peledak telah ditempatkan di bawah kursi mobilnya," katanya, menunjuk jari ke Ukraina.
Hanya satu hari sebelum kematian Sushko, seorang pejabat Rusia lainnya nyaris selamat dari upaya yang hampir identik dengan yang dialami Sushko. Nama pejabat itu belum diketahui.
3. Igor Telegin
Pada hari Senin, wakil kepala kebijakan domestik untuk Kherson—wilayah Ukraina yang diduduki Rusia—, Igor Telegin, dilarikan ke rumah sakit setelah mobilnya menjadi sasaran bom pinggir jalan yang dikendalikan radio. Dia dilaporkan pulih meskipun
mengalami luka parah.
4. Dmitry Savluchenko
Jauh hari sebelumnya, setidaknya dua pejabat Rusia lainnya tewas di Ukraina, termasuk Vitaly Gura yang ditembak mati pada 6 Agustus, dan Dmitry Savluchenko, yang tewas setelah sebuah bom mobil pada akhir Juni.
Serangkaian pembunuhan dilaporkan telah mengguncang elite Rusia, yang percaya bahwa mereka dan orang yang mereka cintai akan aman saat perang Ukraina berkecamuk.
Namun, meskipun kematian menjadi berita utama global, misteri siapa yang berada di balik serangan itu belum terpecahkan.
Tetapi setelah kematian Dugina, Ilya Ponomarev—mantan anggota Parlemen Rusia yang diusir karena kegiatan anti-Kremlin—telah maju untuk mengeklaim bahwa kelompok bawah tanah yang dikenal sebagai Tentara Republik Nasional (NRA) mungkin sebenarnya bertanggung jawab.
Menurut Ponomarev, partisan Rusia beroperasi di dalam negeri dan sedang dalam misi untuk menggulingkan Putin—dan para pendukungnya.
Tampil di saluran televisi berbahasa Rusia, sehari setelah pembunuhan Dugina, Ponomarev membaca bagian dari manifesto NRA, mengeklaim itu membuktikan kelompok itu merencanakan lebih banyak serangan terhadap "kaki tangan" Putin.
“Kami menyatakan Presiden Putin sebagai perampas kekuasaan dan penjahat perang yang mengamandemen Konstitusi, melancarkan perang saudara antara orang-orang Slavic dan mengirim tentara Rusia ke kematian yang pasti dan tidak masuk akal,” bunyi manifesto itu, seperti dikutip darinews.com.au,Minggu (28/8/2022).
“Kemiskinan dan peti mati bagi sebagian orang, istana bagi sebagian lainnya—inti dari kebijakannya. Kami percaya bahwa orang yang kehilangan haknya memiliki hak untuk memberontak melawan tiran."
“Putin akan digulingkan dan dihancurkan oleh kami...Mereka yang tidak mengundurkan diri dari kekuasaan mereka akan dihancurkan oleh kami," lanjut manifesto tersebut.
1. Darya Dugina
Akhir pekan lalu, Darya Dugina (29), putri "pembimbing spiritual" Putin; Alexander Dugin, tewas dalam serangan bom mobil di pinggiran Moskow. Banyak pihak meyakini, target serangan yang sebenarnya adalah sang ayah yang dijuluki sebagai "otak Putin".
Beberapa hari setelah kematian Dugina—seorang jurnalis muda—, Putin secara terbuka menyatakan serangan bom mobil itu sebagai “kejahatan keji dan kejam” terhadap seorang “patriot Rusia”.
Tak lama kemudian, desas-desus mulai beredar bahwa Ukraina telah mengatur ledakan itu—sebuah klaim yang ditolak mentah-mentah oleh Kiev.
2. Ivan Sushko
Beberapa hari setelah kematian Dugina, seorang pejabat tinggi pro-Putin tewas dalam bom mobil lain. Ivan Sushko (40), ayah satu anak yang menjadi pejabat di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, tewas setelah ledakan menghancurkan mobilnya.
Sushko adalah kepala Mykhailivka—administrasi militer-sipil Rusia—di daerah tersebut, yang menampung pembangkit nuklir terbesar di Eropa.
Kematiannya dikonfirmasi oleh sesama pejabat senior; Vladimir Rogov, yang mengungkapkan bahwa Sushko dibunuh oleh “penyabotase”, di mana penyelidikan sedang berlangsung.
"Sebuah alat peledak telah ditempatkan di bawah kursi mobilnya," katanya, menunjuk jari ke Ukraina.
Hanya satu hari sebelum kematian Sushko, seorang pejabat Rusia lainnya nyaris selamat dari upaya yang hampir identik dengan yang dialami Sushko. Nama pejabat itu belum diketahui.
3. Igor Telegin
Pada hari Senin, wakil kepala kebijakan domestik untuk Kherson—wilayah Ukraina yang diduduki Rusia—, Igor Telegin, dilarikan ke rumah sakit setelah mobilnya menjadi sasaran bom pinggir jalan yang dikendalikan radio. Dia dilaporkan pulih meskipun
mengalami luka parah.
4. Dmitry Savluchenko
Jauh hari sebelumnya, setidaknya dua pejabat Rusia lainnya tewas di Ukraina, termasuk Vitaly Gura yang ditembak mati pada 6 Agustus, dan Dmitry Savluchenko, yang tewas setelah sebuah bom mobil pada akhir Juni.
Serangkaian pembunuhan dilaporkan telah mengguncang elite Rusia, yang percaya bahwa mereka dan orang yang mereka cintai akan aman saat perang Ukraina berkecamuk.
Namun, meskipun kematian menjadi berita utama global, misteri siapa yang berada di balik serangan itu belum terpecahkan.
Tetapi setelah kematian Dugina, Ilya Ponomarev—mantan anggota Parlemen Rusia yang diusir karena kegiatan anti-Kremlin—telah maju untuk mengeklaim bahwa kelompok bawah tanah yang dikenal sebagai Tentara Republik Nasional (NRA) mungkin sebenarnya bertanggung jawab.
Menurut Ponomarev, partisan Rusia beroperasi di dalam negeri dan sedang dalam misi untuk menggulingkan Putin—dan para pendukungnya.
Tampil di saluran televisi berbahasa Rusia, sehari setelah pembunuhan Dugina, Ponomarev membaca bagian dari manifesto NRA, mengeklaim itu membuktikan kelompok itu merencanakan lebih banyak serangan terhadap "kaki tangan" Putin.
“Kami menyatakan Presiden Putin sebagai perampas kekuasaan dan penjahat perang yang mengamandemen Konstitusi, melancarkan perang saudara antara orang-orang Slavic dan mengirim tentara Rusia ke kematian yang pasti dan tidak masuk akal,” bunyi manifesto itu, seperti dikutip darinews.com.au,Minggu (28/8/2022).
“Kemiskinan dan peti mati bagi sebagian orang, istana bagi sebagian lainnya—inti dari kebijakannya. Kami percaya bahwa orang yang kehilangan haknya memiliki hak untuk memberontak melawan tiran."
“Putin akan digulingkan dan dihancurkan oleh kami...Mereka yang tidak mengundurkan diri dari kekuasaan mereka akan dihancurkan oleh kami," lanjut manifesto tersebut.
(min)
tulis komentar anda