PBB: Negara Bangkrut, Anak-anak Sri Lanka Tidur dalam Keadaan Lapar
Sabtu, 27 Agustus 2022 - 03:30 WIB
KOLOMBO - PBB mengatakan anak-anak di Sri Lanka tidur dalam keadaan lapar karena krisis ekonomi yang menyebabkan negara itu bangkrut.
PBB memperingatkan negara-negara Asia Selatan lainnya juga dapat mengalami krisis serupa.
Sri Lanka bergulat dengan krisis ekonomi terburuk setelah kehabisan mata uang asing untuk impor, dengan persediaan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang langka.
"Krisis ini sangat dirasakan oleh keluarga-keluarga yang melewatkan waktu makan biasa karena kebutuhan pokok dapur menjadi tidak terjangkau," kata George Laryea-Adjei, direktur Asia Selatan untuk badan anak-anak PBB (Unicef).
"Anak-anak akan tidur dalam keadaan lapar, tidak yakin dari mana makanan mereka selanjutnya akan datang," katanya kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Sabtu (27/8/2022).
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya senilai USD51 miliar pada bulan April dan saat ini sedang dalam pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Melonjaknya harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina juga berkontribusi atas kehancuran ekonomi Sri Lanka. Laryea-Adjei mengatakan negara-negara lain di kawasan Asia Selatan terancam krisis nutrisi.
"Kegentingan ekonomi akut dan inflasi di seluruh Asia Selatan siap mengancam kehidupan anak-anak," katanya.
"Apa yang saya lihat di Sri Lanka adalah peringatan bagi negara-negara lain di Asia Selatan."
Unicef telah mengeluarkan seruan bantuan sebesar USD25 juta untuk memenuhi kebutuhan mendesak setidaknya setengah dari populasi anak-anak Sri Lanka.
Pemerintah Sri Lanka pada bulan ini mengeluarkan seruannya serupa untuk mengatasi penyebaran gizi buruk yang cepat di kalangan anak-anak.
Angka resmi pada tahun 2021 menunjukkan 127.000 dari 570.000 anak pra-sekolah secara nasional kekurangan gizi.
Sejak itu, para pejabat yakin angka tersebut telah meroket karena dampak penuh dari kekurangan pangan dan inflasi yang melonjak.
Mantan presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu dan mengundurkan diri bulan lalu setelah ribuan pengunjuk rasa, yang marah dengan keadaan negara itu, menyerbu kediaman resminya. Dia rencananya akan kembali ke Sri Lanka pada bulan depan.
PBB memperingatkan negara-negara Asia Selatan lainnya juga dapat mengalami krisis serupa.
Sri Lanka bergulat dengan krisis ekonomi terburuk setelah kehabisan mata uang asing untuk impor, dengan persediaan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang langka.
"Krisis ini sangat dirasakan oleh keluarga-keluarga yang melewatkan waktu makan biasa karena kebutuhan pokok dapur menjadi tidak terjangkau," kata George Laryea-Adjei, direktur Asia Selatan untuk badan anak-anak PBB (Unicef).
"Anak-anak akan tidur dalam keadaan lapar, tidak yakin dari mana makanan mereka selanjutnya akan datang," katanya kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Sabtu (27/8/2022).
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya senilai USD51 miliar pada bulan April dan saat ini sedang dalam pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Melonjaknya harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina juga berkontribusi atas kehancuran ekonomi Sri Lanka. Laryea-Adjei mengatakan negara-negara lain di kawasan Asia Selatan terancam krisis nutrisi.
"Kegentingan ekonomi akut dan inflasi di seluruh Asia Selatan siap mengancam kehidupan anak-anak," katanya.
"Apa yang saya lihat di Sri Lanka adalah peringatan bagi negara-negara lain di Asia Selatan."
Unicef telah mengeluarkan seruan bantuan sebesar USD25 juta untuk memenuhi kebutuhan mendesak setidaknya setengah dari populasi anak-anak Sri Lanka.
Pemerintah Sri Lanka pada bulan ini mengeluarkan seruannya serupa untuk mengatasi penyebaran gizi buruk yang cepat di kalangan anak-anak.
Angka resmi pada tahun 2021 menunjukkan 127.000 dari 570.000 anak pra-sekolah secara nasional kekurangan gizi.
Sejak itu, para pejabat yakin angka tersebut telah meroket karena dampak penuh dari kekurangan pangan dan inflasi yang melonjak.
Mantan presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu dan mengundurkan diri bulan lalu setelah ribuan pengunjuk rasa, yang marah dengan keadaan negara itu, menyerbu kediaman resminya. Dia rencananya akan kembali ke Sri Lanka pada bulan depan.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda