Umat Muslim di Israel Sering Mendapat Diskriminasi, Bagaimana Kehidupannya?
Selasa, 23 Agustus 2022 - 15:13 WIB
Tingkat pengangguran masyarakat Arab, terutama pria yang tinggal di Israel jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan masyarakat Yahudi.
Sementara itu, tingkat pengangguran di lini kaum perempuan Arab 3 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan Yahudi.
Di sekitar tahun 2000, Mahkamah Agung Israel memang mengakui adanya kaum Arab di Israel yang mengalami diskriminasi, terutama terkait masalah pekerjaan.
Tempat ibadah umat Islam di Israel juga tergolong tidak terlalu banyak. Menurut data yang dipublikasikan pada laman Kedutaan Besar Israel, ada lebih dari 400 masjid yang tersebar di seluruh Israel dan 73 di antaranya berada di Yerussalem.
Meskipun terlihat sedikit, namun jumlah ini dikatakan jauh lebih banyak dibandingkan dengan di tahun 1988. Kala itu, Israel hanya memiliki 80 masjid.
Pemerintah Israel menggaji sekitar 300 imam dan muazin yang ada di Israel. Meskipun dituding telah melakukan banyak diskriminasi, namun pemerintah Israel mengeklaim masyarakat Muslim di negaranya sudah menikmati kebebasan sipil dan kebebasan politik secara penuh.
Pemerintah juga mengaku sudah menyediakan kitab suci Alquran di masjid-masjid dan mendanai sekolah-sekolah Arab yang ada.
Diketahui, parlemen Israel mengesahkan RUU atau Rancangan Undang-Undang Negara Yahudi atau Jewish Nation-State.
Guru Besar Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta Faisal Ismail, dalam tulisannya di Sindonews (27 Juli 2018), menyatakan bahwa UU ini jelas bertujuan penerapan pemisahan antara etnis Yahudi dan Arab.
“Dalam dunia beradab seperti sekarang ini, praktik segregasi (pemisahan) antaretnis seperti itu sangat tercela dan seharusnya tidak boleh terjadi,” ujar dia dalam tulisannya yang bertajuk “Politik Rasis Israel Kian Keras” itu.
Sementara itu, tingkat pengangguran di lini kaum perempuan Arab 3 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan Yahudi.
Di sekitar tahun 2000, Mahkamah Agung Israel memang mengakui adanya kaum Arab di Israel yang mengalami diskriminasi, terutama terkait masalah pekerjaan.
Tempat ibadah umat Islam di Israel juga tergolong tidak terlalu banyak. Menurut data yang dipublikasikan pada laman Kedutaan Besar Israel, ada lebih dari 400 masjid yang tersebar di seluruh Israel dan 73 di antaranya berada di Yerussalem.
Meskipun terlihat sedikit, namun jumlah ini dikatakan jauh lebih banyak dibandingkan dengan di tahun 1988. Kala itu, Israel hanya memiliki 80 masjid.
Pemerintah Israel menggaji sekitar 300 imam dan muazin yang ada di Israel. Meskipun dituding telah melakukan banyak diskriminasi, namun pemerintah Israel mengeklaim masyarakat Muslim di negaranya sudah menikmati kebebasan sipil dan kebebasan politik secara penuh.
Pemerintah juga mengaku sudah menyediakan kitab suci Alquran di masjid-masjid dan mendanai sekolah-sekolah Arab yang ada.
Diketahui, parlemen Israel mengesahkan RUU atau Rancangan Undang-Undang Negara Yahudi atau Jewish Nation-State.
Guru Besar Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta Faisal Ismail, dalam tulisannya di Sindonews (27 Juli 2018), menyatakan bahwa UU ini jelas bertujuan penerapan pemisahan antara etnis Yahudi dan Arab.
“Dalam dunia beradab seperti sekarang ini, praktik segregasi (pemisahan) antaretnis seperti itu sangat tercela dan seharusnya tidak boleh terjadi,” ujar dia dalam tulisannya yang bertajuk “Politik Rasis Israel Kian Keras” itu.
tulis komentar anda