Pengerahan 150 Bom Atom AS di 5 Negara NATO Tingkatkan Risiko Perang Nuklir

Kamis, 11 Agustus 2022 - 07:08 WIB
Jet tempur F-16 AS di Pangkalan Udara Buchel, Jerman, salah satu lokasi pengerahan 150 bom atom Amerika Serikat di lima negara NATO. Foto/DVIDS/ Senior Airman Ali Stewart
NEW YORK - Rusia mengkritik pengerahan 150 bom atom Amerika Serikat (AS) di lima negara non-nuklir anggota NATO. Menurut Moskow langkah itu akan meningkatkan risiko perang nuklir .

Tindakan Amerika, kata Rusia, juga bertentangan dengan perjanjian non-proliferasi (NPT).

Kritik Moskow itu disampaikan delegasi dari Kementerian Luar Negeri-nya untuk konferensi PBB tentang non-proliferasi nuklir di New York.

“NATO secara terbuka menyatakan dirinya sebagai aliansi nuklir. Ada senjata nuklir AS di wilayah negara-negara sekutu non-nuklir di blok itu,” kata Igor Vishnevetsky, wakil direktur nonproliferasi dan kontrol senjata di Kementerian Luar Negeri Rusia.



"Bertentangan dengan Pasal I dan II NPT, anggota non-nuklir NATO mengambil bagian dalam 'pengujian praktis' penggunaan senjata atom," ujar Vishnevetsky.



"Tindakan semacam itu tidak hanya terus menjadi faktor signifikan yang secara negatif memengaruhi keamanan internasional dan Eropa, tetapi juga meningkatkan risiko konflik nuklir dan umumnya bertindak sebagai rem upaya di bidang perlucutan senjata nuklir.”

Menurutnya, posisi Moskow adalah bahwa senjata nuklir AS harus ditarik ke wilayah nasionalnya. "Infrastruktur untuk penyebaran mereka di Eropa harus dihilangkan, dan 'misi nuklir bersama' NATO harus dihentikan," kata Vishnevetsky, yang transkripnya di-posting oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.

Angkatan Udara AS telah mengerahkan sekitar 150 bom atom di pangkalan NATO di lima negara; Italia, Jerman, Turki, Belgia dan Belanda. Semua itu negara non-nuklir.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More