Rusia dan Ukraina Capai Kesepakatan Terkait Ekspor Gandum
Jum'at, 22 Juli 2022 - 17:10 WIB
ISTANBUL - Turki mengungkapkan Ukraina dan Rusia telah mencapai kesepakatan untuk membuka kembali pelabuhan Laut Hitam Ukraina dan melepaskan ekspor gandum Ukraina. Keduanya akan menandatangani kesepakatan itu di Istanmbul, Turki pada Jumat (22/7/2022).
Setelah hampir dua bulan negosiasi yang alot, pejabat Ukraina dan Rusia diperkirakan akan menandatangani kesepakatan pelabuhan Laut Hitam pada sebuah upacara di Istana Dolmabahce Istanbul di hadapan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Ini menandai kesepakatan besar pertama antara pihak-pihak yang bertikai sejak invasi Rusia ke negara tetangganya itu pada Februari lalu dan terjadi ketika harga pangan global melonjak serta orang-orang di beberapa negara termiskin di dunia menghadapi kelaparan.
Pembicaraan langsung pertama antara delegasi militer pihak yang bertikai sejak Maret, yang dihadiri di Istanbul pekan lalu oleh pejabat Turki dan PBB, menghasilkan rancangan awal untuk menyelesaikan kebuntuan.
Kedua pihak seharusnya bertemu lagi minggu ini untuk kemungkinan penandatanganan kesepakatan formal.
Namun,pada hari Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menggagalkan pembicaraan dengan memperingatkan bahwa ia mengharapkan kesepakatan apapun juga untuk mengatasi ekspor biji-bijian yang diblokir negaranya sendiri. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga tertutup tentang kemungkinan kesepakatan yang dicapai, mengklaim bahwa pihak berwenang di Kiev menghalangi pembicaraan.
Perang lima bulan sedang terjadi di salah satu wilayah paling subur di Eropa oleh dua produsen biji-bijian terbesar di dunia.
Hampir semua biji-bijian biasanya dikirim ke luar wilayah melintasi Laut Hitam.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada hari Kamis mengakui kekhawatiran Putin.
"Ketika kami menyelesaikan masalah ini, tidak hanya akan dibuka jalur ekspor gandum dan minyak bunga matahari dari Ukraina, tetapi juga untuk produk dari Rusia," katanya.
"Bahkan jika produk Rusia ini tidak terkena sanksi, ada hambatan terkait transportasi laut, asuransi, dan sistem perbankan," tambah Cavusoglu.
"Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberikan janji untuk mencabut ini," ujarnya seperti dikutip dari Euronews.
Turki telah menikmati hubungan kerja yang baik dengan Moskow dan Kiev selama konflik.
Seorang anggota delegasi Kiev untuk negosiasi mengatakan pengiriman dapat dilanjutkan dari tiga pelabuhan di bawah kendali penuh Ukraina.
"Ekspor akan dilakukan melalui tiga pelabuhan: Odesa, Pivdennyi dan Chornomorsk. Namun di masa depan kami berharap kami dapat memperluasnya," kata anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov kepada wartawan.
Dia menambahkan bahwa keamanan pengiriman akan diawasi oleh kelompok pemantau PBB yang berbasis di Istanbul.
Umerov juga mengatakan bahwa kapal Rusia tidak boleh diizinkan masuk ke perairan Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan yang diantisipasi.
"Kami tidak percaya mereka, bahkan jika mereka menandatangani perjanjian dengan PBB. Ini adalah negara agresor," ujarnya.
Setelah hampir dua bulan negosiasi yang alot, pejabat Ukraina dan Rusia diperkirakan akan menandatangani kesepakatan pelabuhan Laut Hitam pada sebuah upacara di Istana Dolmabahce Istanbul di hadapan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Ini menandai kesepakatan besar pertama antara pihak-pihak yang bertikai sejak invasi Rusia ke negara tetangganya itu pada Februari lalu dan terjadi ketika harga pangan global melonjak serta orang-orang di beberapa negara termiskin di dunia menghadapi kelaparan.
Pembicaraan langsung pertama antara delegasi militer pihak yang bertikai sejak Maret, yang dihadiri di Istanbul pekan lalu oleh pejabat Turki dan PBB, menghasilkan rancangan awal untuk menyelesaikan kebuntuan.
Kedua pihak seharusnya bertemu lagi minggu ini untuk kemungkinan penandatanganan kesepakatan formal.
Namun,pada hari Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menggagalkan pembicaraan dengan memperingatkan bahwa ia mengharapkan kesepakatan apapun juga untuk mengatasi ekspor biji-bijian yang diblokir negaranya sendiri. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga tertutup tentang kemungkinan kesepakatan yang dicapai, mengklaim bahwa pihak berwenang di Kiev menghalangi pembicaraan.
Perang lima bulan sedang terjadi di salah satu wilayah paling subur di Eropa oleh dua produsen biji-bijian terbesar di dunia.
Hampir semua biji-bijian biasanya dikirim ke luar wilayah melintasi Laut Hitam.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada hari Kamis mengakui kekhawatiran Putin.
"Ketika kami menyelesaikan masalah ini, tidak hanya akan dibuka jalur ekspor gandum dan minyak bunga matahari dari Ukraina, tetapi juga untuk produk dari Rusia," katanya.
"Bahkan jika produk Rusia ini tidak terkena sanksi, ada hambatan terkait transportasi laut, asuransi, dan sistem perbankan," tambah Cavusoglu.
"Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberikan janji untuk mencabut ini," ujarnya seperti dikutip dari Euronews.
Turki telah menikmati hubungan kerja yang baik dengan Moskow dan Kiev selama konflik.
Seorang anggota delegasi Kiev untuk negosiasi mengatakan pengiriman dapat dilanjutkan dari tiga pelabuhan di bawah kendali penuh Ukraina.
"Ekspor akan dilakukan melalui tiga pelabuhan: Odesa, Pivdennyi dan Chornomorsk. Namun di masa depan kami berharap kami dapat memperluasnya," kata anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov kepada wartawan.
Dia menambahkan bahwa keamanan pengiriman akan diawasi oleh kelompok pemantau PBB yang berbasis di Istanbul.
Umerov juga mengatakan bahwa kapal Rusia tidak boleh diizinkan masuk ke perairan Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan yang diantisipasi.
"Kami tidak percaya mereka, bahkan jika mereka menandatangani perjanjian dengan PBB. Ini adalah negara agresor," ujarnya.
(ian)
tulis komentar anda