Warganya Tewas sebagai Tawanan Perang Separatis Ukraina, Inggris Salahkan Rusia

Sabtu, 16 Juli 2022 - 12:19 WIB
Paul Urey, warga Inggris yang jadi tawanan perang separatis Ukraina pro-Rusia, tewas di Donetsk. Foto/Kyiv Post
LONDON - Inggris menyalahkan Rusia atas kematian warganya, Paul Urey, di tangan separatis Ukraina pro-Moskow di Donetsk. Urey tewas selama menjadi tawanan perang karena sakit kronis dan stres.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss pada hari Jumat memanggil Duta Besar Rusia di London, Andrey Kelin, atas kematian Urey di tangan pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR).

Truss mengatakan Rusia harus memikul tanggung jawab penuh atas kematian Urey.



DPR pada Jumat mengumumkan bahwa Urey telah meninggal pada hari Senin, hampir tiga bulan setelah dia ditahan di sebuah pos pemeriksaan bersama dengan warga negara Inggris lainnya, Dylan Healy.



Ombudsman DPR Darya Morozova menyatakan bahwa Urey menderita sejumlah penyakit kronis, termasuk diabetes yang bergantung pada insulin, dan meninggal meskipun telah menerima perawatan medis oleh para penculiknya.

“Rusia harus memikul tanggung jawab penuh untuk ini,” kata Truss dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (16/7/2022).

Menurut DPR, Urey berperang untuk pasukan Ukraina sebagai tentara bayaran. Namun, Inggris mengeklaim warganya tersebut berada di Ukraina timur sebagai pekerja bantuan kemanusiaan.

“Paul Urey ditangkap saat melakukan pekerjaan kemanusiaan,” klaim Truss.

“Dia berada di Ukraina untuk mencoba dan membantu rakyat Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia yang tidak beralasan. Mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban.”

Sementara Truss bersikeras bahwa Urey telah melakukan perjalanan ke Ukraina sebagai pekerja bantuan, Morozova menggambarkan orang Inggris itu sebagai "prajurit karier" yang telah bertempur di Afghanistan, Irak dan Libya.

Dia mengatakan bahwa Urey telah memimpin operasi tempur dengan militer Ukraina, serta melatih tentara bayaran.

Rusia sebelumnya telah meminta London untuk berurusan dengan DPR secara langsung, yang ditolak oleh pemerintah Inggris.

Berbicara kepada BBC setelah petempur Inggris Aiden Aslin dan Shaun Pinner, dinyatakan bersalah sebagai tentara bayaran, dijatuhi hukuman mati oleh DPR bulan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa pemerintah Inggris harus berbicara dengan DPR tentang nasib kedua pria itu.

Truss secara konsisten menolak menyebut Republik Rakyat Donetsk, menganggap otoritas kawasan itu sebagai “proksi Rusia".

Otoritas DPR telah memberi tahu Aslin bahwa tidak ada seorang pun dari pemerintah Inggris yang menghubungi mereka secara langsung tentang kasusnya.

Pejabat DPR mengatakan telah memberi tahu Inggris tentang penangkapan Urey. "Tetapi tidak ada reaksi dari Inggris Raya yang akan datang,” kata Morozova.

Dia menambahkan bahwa Inggris gagal mengirim obat ke Urey melalui Komite Internasional Palang Merah, dan mengabaikan bahkan kemungkinan melakukan pembicaraan sekembalinya sebagai bagian dari pertukaran tahanan.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More