AS Sukses Uji 2 Rudal Hipersonik di Tengah Ketegangan dengan Rusia dan China
Kamis, 14 Juli 2022 - 07:52 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sukses menguji coba dua rudal hipersonik buatan Lockheed Martin Corp di tengah ketegangan dengan Rusia dan China yang semakin memanas.
Keberhasilan itu diumumkan Pentagon pada Rabu waktu Washington.
Dua rival Amerika, Rusia dan China, juga berlomba mengembangkan senjata hipersonik.
Angkatan Udara AS mengonfirmasi bahwa mereka berhasil menguji booster Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW)—sebutan untuk misil hipersonik Lochkeed Martin—pada hari Selasa di lepas pantai California.
Reuters pada Kamis (14/7/2022) melaporkan booster ARRW dibawa tinggi-tinggi di bawah sayap pesawat pengebom B-52H sebelum diluncurkan. Dalam tes sebelumnya, senjata tidak terlepas dari pesawat.
“Tes sukses kedua ini menunjukkan kemampuan ARRW untuk mencapai dan menahan kecepatan hipersonik operasional, mengumpulkan data penting untuk digunakan dalam tes penerbangan lebih lanjut, dan memvalidasi pemisahan yang aman dari pesawat,” kata Lockheed Martin dalam sebuah pernyataan.
Brigadir Jenderal Angkatan Udara Heath Collins, pejabat eksekutif dari Direktorat Persenjataan, mengatakan; “Kami sekarang telah menyelesaikan seri uji booster kami dan siap untuk maju ke pengujian menyeluruh akhir tahun ini.”
Menurutnya, "all-up-round" termasuk booster dan hulu ledak.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 kilometer (3.853 mil) per jam.
Dalam tes senjata hipersonik terpisah, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) mengonfirmasi bahwa mereka berhasil melakukan tes pertama senjata hipersonik Operational Fires.
Tes dilakukan di White Sands Missile Range di New Mexico.
Tes yang berhasil menunjukkan kemajuan di antara berbagai upaya pengembangan senjata hipersonik AS, yang dalam beberapa kasus telah didominasi oleh tes yang gagal, meningkatnya pertanyaan tentang biaya dan meningkatnya kekhawatiran bahwa Amerika Serikat tertinggal dalam apa yang telah menjadi perlombaan senjata negara adidaya.
Operational Fires adalah sistem yang diluncurkan dari darat yang akan secara cepat dan tepat menyerang target kritis dan sensitif terhadap waktu sambil menembus pertahanan udara modern musuh.
DARPA telah meminta dan menerima USD45 juta untuk Operational Fires pada tahun fiskal 2022.
Salah satu konsep Lockheed Martin untuk senjata DARPA adalah menggunakan peluncur High Mobility Artillery Rocket System(HIMARS) yang ada, seperti yang dikirim ke Ukraina, untuk meluncurkan senjata.
Pengumuman tes rudal hipersonik yang sukses ini muncul setelah uji terbang 29 Juni yang gagal dari jenis senjata hipersonik yang berbeda, Common Hypersonic Glide Body, di Pacific Missile Range Facility di Hawaii.
Kontraktor pertahanan berharap untuk memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi.
Pembuat senjata seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp semuanya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul.
Keberhasilan itu diumumkan Pentagon pada Rabu waktu Washington.
Dua rival Amerika, Rusia dan China, juga berlomba mengembangkan senjata hipersonik.
Angkatan Udara AS mengonfirmasi bahwa mereka berhasil menguji booster Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW)—sebutan untuk misil hipersonik Lochkeed Martin—pada hari Selasa di lepas pantai California.
Reuters pada Kamis (14/7/2022) melaporkan booster ARRW dibawa tinggi-tinggi di bawah sayap pesawat pengebom B-52H sebelum diluncurkan. Dalam tes sebelumnya, senjata tidak terlepas dari pesawat.
“Tes sukses kedua ini menunjukkan kemampuan ARRW untuk mencapai dan menahan kecepatan hipersonik operasional, mengumpulkan data penting untuk digunakan dalam tes penerbangan lebih lanjut, dan memvalidasi pemisahan yang aman dari pesawat,” kata Lockheed Martin dalam sebuah pernyataan.
Brigadir Jenderal Angkatan Udara Heath Collins, pejabat eksekutif dari Direktorat Persenjataan, mengatakan; “Kami sekarang telah menyelesaikan seri uji booster kami dan siap untuk maju ke pengujian menyeluruh akhir tahun ini.”
Menurutnya, "all-up-round" termasuk booster dan hulu ledak.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 kilometer (3.853 mil) per jam.
Dalam tes senjata hipersonik terpisah, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) mengonfirmasi bahwa mereka berhasil melakukan tes pertama senjata hipersonik Operational Fires.
Tes dilakukan di White Sands Missile Range di New Mexico.
Tes yang berhasil menunjukkan kemajuan di antara berbagai upaya pengembangan senjata hipersonik AS, yang dalam beberapa kasus telah didominasi oleh tes yang gagal, meningkatnya pertanyaan tentang biaya dan meningkatnya kekhawatiran bahwa Amerika Serikat tertinggal dalam apa yang telah menjadi perlombaan senjata negara adidaya.
Operational Fires adalah sistem yang diluncurkan dari darat yang akan secara cepat dan tepat menyerang target kritis dan sensitif terhadap waktu sambil menembus pertahanan udara modern musuh.
DARPA telah meminta dan menerima USD45 juta untuk Operational Fires pada tahun fiskal 2022.
Salah satu konsep Lockheed Martin untuk senjata DARPA adalah menggunakan peluncur High Mobility Artillery Rocket System(HIMARS) yang ada, seperti yang dikirim ke Ukraina, untuk meluncurkan senjata.
Pengumuman tes rudal hipersonik yang sukses ini muncul setelah uji terbang 29 Juni yang gagal dari jenis senjata hipersonik yang berbeda, Common Hypersonic Glide Body, di Pacific Missile Range Facility di Hawaii.
Kontraktor pertahanan berharap untuk memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi.
Pembuat senjata seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp semuanya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul.
(min)
tulis komentar anda