Profil Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang Kabur Saat Didemo Warganya

Selasa, 12 Juli 2022 - 18:33 WIB
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. Foto/REUTERS
KOLOMBO - Kediaman Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa diserbu ribuan pengunjuk rasa yang berada di Kolombo.

Para demonstran ini menuntut pengunduran diri Presiden tersebut karena kepemimpinannya dianggap tidak becus mengatasi berbagai krisis.

Namun ketika banyak pendemo yang mengepung, Presiden Sri Lanka ini telah melarikan diri dan dipindahkan ke tempat yang aman.





Sri Lanka memang sedang mengalami krisis ekonomi yang besar. Inflasi yang merajalela membuat negara ini sedang berjuang mengimpor obat obatan serta bahan makanan.

Demonstrasi yang timbul ini pada akhirnya berujung ricuh. Meskipun petugas keamanan telah melakukan peringatan berupa melepas tembakan udara, aksi ini tetap berlanjut.

“Sebanyak 33 orang, termasuk anggota pasukan keamanan, terluka dan dirawat di Rumah Sakit Nasional Sri Lanka di Kolombo,” ungkap juru bicara rumah sakit kepada layanan BBC Sinhala.



Pada akhirnya Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah mengkonfirmasi akan mengundurkan diri.

Presiden yang telah menjabat sejak 16 November 2019 harus mundur karena kekuatan rakyat yang sukses menggulingkan pemimpin tersebut.

Berita ini membuat seluruh warga Sri Lanka bersorak setelah melakukan perjuangan yang berat.

Gotabaya Rajapaksa memenangkan pemilihan umum dengan mengantongi 52,25% suara dan menjadi politisi non karir dan mantan perwira pertama yang menjadi presiden.

Presiden Sri Lanka ke-8 ini pensiun dari militer pada tahun 1991, saat itu dia menjabat sebagai kolonel. Gelar magisternya didapat dari University of Madras.

Pria kelahiran 20 Juni 1949 ini juga sempat bekerja di Amerika Serikat menjadi profesional IT di Loyola Law School, California, dan kembali ke Sri Lanka tahun 2005.

Dia juga sempat mendirikan Viyath Maga yaitu organisasi yang menyatukan para profesional yang berkompeten demi membangun negara yang lebih baik ke depan sebelum terjun ke dunia politik.

Mahinda Rajapaksa yang merupakan kakak dari Gotabaya ini sempat menjadi presiden tahun 2005 lalu. Kala itu Gotabaya ditunjuk untuk menjadi Menteri Pertahanan.

Pada 2009 lalu, Gotabaya memainkan peran penting dalam menyusun strategi, mengkoordinasi dan melakukan perencanaan bagi angkatan bersenjata untuk memerangi Liberator Tigers of Tamil Eelam (LTTE).

Perjalanan Gotabaya menjadi presiden ini bisa dibilang kurang baik. Beberapa hari setelah menjabat, Gotabaya mengangkat Mahinda kakaknya sebagai perdana menteri.

Pada tahun kedua kepemimpinan Rajapaksa. Pada Mei 2021, dia melarang impor pupuk dan pestisida sintetis, tetapi hanya memberi sedikit peringatan kepada petani.

Hasilnya adalah penurunan tajam dalam produksi tanaman dan larinya pasar, sehingga larangan tersebut dicabut pada bulan November.

Sementara itu, jumlah infeksi COVID-19 melonjak di bulan Mei dan Agustus tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang terjadi pada tahun 2020.

Sementara itu, kekhawatiran terhadap defisit pemerintah meningkat, diperparah dengan penurunan pendapatan dari pemotongan pajak yang diterapkan sebelum pandemi dan penurunan produk domestik bruto selama pandemi.

Masalah memuncak ketika Rajapaksa memasuki tahun ketiganya di kantor dan kekurangan makanan memperburuk ekonomi yang buruk.

Ketika harga bahan bakar global naik setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, kekurangan bahan bakar dan pemberlakuan pemadaman listrik harian di seluruh wilayah membuat situasi tidak dapat dipertahankan bagi banyak orang di Sri Lanka. Hal inilah yang melatar belakangi demonstrasi itu terjadi.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More