Mantan Menlu AS Kissinger Ungkap 3 Kemungkinan Hasil Akhir Konflik Ukraina

Jum'at, 01 Juli 2022 - 17:54 WIB
Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger berbagi pemikirannya tentang bagaimana konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina dapat berakhir.

Kissinger yang baru saja menginjak usia 99 tahun menjelaskan, “Ada tiga kemungkinan hasil dari perang ini, ketiganya masih terbuka sampai batas tertentu.”

Saat wawancara dengan majalah The Spectator, dia mengungkapkan, “Skenario pertama adalah jika Rusia tetap di tempatnya sekarang, Moskow akan menaklukkan 20% Ukraina dan sebagian besar Donbass, area utama industri dan pertanian, dan sebidang tanah di sepanjang Laut Hitam.”





“Jika ini terjadi, itu akan menjadi kemenangan bagi Moskow yang juga akan menunjukkan peran NATO tidak akan menentukan seperti yang diperkirakan sebelumnya,” papar politisi veteran itu.

Menurut dia, kemungkinan hasil kedua adalah upaya dilakukan untuk mengusir Rusia dari wilayah yang diperolehnya sebelum perang ini, termasuk Krimea, dan kemudian masalah perang dengan Rusia sendiri akan muncul jika perang berlanjut.



“Hasil ketiga... adalah jika Rakyat Bebas dapat mencegah Rusia mencapai penaklukan militer dan jika garis pertempuran kembali ke posisi di mana perang dimulai, maka agresi saat ini akan tampak dikalahkan,” ujar dia.

“Ini akan membuat Ukraina dibangun kembali seperti sebelum operasi militer Rusia dimulai pada 24 Februari dan dipersenjatai kembali oleh NATO, jika tidak (dijadikan) bagian darinya,” ungkap mantan menteri luar negeri itu.

“Masalah yang tersisa dapat diserahkan kepada negosiasi. Ini akan menjadi situasi yang membeku untuk sementara waktu, tetapi kebuntuan akan diatasi seiring waktu,” papar dia.

Menurut Kissinger, "hasil ketiga" ini sama dengan yang dia buat selama pidato videonya di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos pada Mei.

Dalam pidato yang menjadi berita utama internasional, dia bersikeras, “Negosiasi perdamaian (di Ukraina) perlu dimulai dalam dua bulan ke depan, jika tidak, konflik dapat berubah dari perang tentang kebebasan Ukraina, yang telah dilakukan dengan kohesi besar oleh NATO, menjadi perang melawan Rusia sendiri.”

“Hasil ideal dari pembicaraan itu adalah kembali ke status quo ante,” ungkap dia.

Proposal tersebut membuat marah banyak orang di Ukraina, dengan Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Kissenger “muncul dari masa lalu yang dalam dan mengatakan sebagian dari Ukraina harus diberikan kepada Rusia” untuk menenangkan Moskow.

Zelensky menyebut Kissinger lupa bahwa ini tahun 2022 dan berpikir dia sedang berbicara dengan audiensi di Munich pada 1938.

Yang terakhir adalah referensi ke Perjanjian Munich, yang melihat Inggris, Prancis dan Italia setuju menyerahkan sebagian Cekoslowakia ke Nazi Jerman dalam upaya sia-sia menghindari konflik besar di benua itu. Perang Dunia II dimulai tahun depannya.

Nama Kissenger juga muncul di situs web Mirotvorets (Pembuat Perdamaian) yang terkenal, yang menampung database yang dapat dicari secara publik yang para penulisnya yakini sebagai musuh Ukraina.

Kissenger dicap sebagai "kaki tangan dalam kejahatan otoritas Rusia terhadap Ukraina dan warganya."

Politisi veteran itu mengatakan kepada The Spectator bahwa, “Tujuan pernyataan Davos adalah untuk menunjukkan bahwa masalah tujuan perang perlu dihadapi sebelum momentum perang membuatnya tidak terkendali secara politik.”

Adapun kritik Zelensky, "dalam pernyataan terbarunya dia pada dasarnya menerima apa yang saya uraikan di Davos," menurut Kissinger bersikeras.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More