Netanyahu Hendak Berkuasa Lagi, Komunitas Arab-Israel Bangkit Melawan
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan Partai Likud yang dipimpin mantan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu (Bibi), akan mendapatkan 34 kursi dari 120 kursi parlemen dalam pemilu nanti.
Jumlah tersebut 4 kursi lebih banyak dari putaran sebelumnya pada Maret 2021. Mitra koalisi Bibi, partai-partai Ultra-Ortodoks bertekad meraih 24 kursi lagi.
Itu artinya, Netanyahu hanya kurang tiga kursi lagi untuk kembali memimpin pemerintahan Israel yang baru.
Pada Kamis (30/6/2022), parlemen Israel, Knesset, membubarkan diri setelah sejumlah upaya gagal awal pekan ini.
Akibatnya, warga Israel akan kembali pergi ke tempat pemungutan suara pada 1 November, untuk kelima kalinya dalam tiga tahun.
Situasi ini tidak mengejutkan bagi banyak pihak. Odeh Bisharat, humas dan jurnalis Arab Israel, mengatakan dia tidak terkejut dengan keputusan membubarkan Parlemen.
Dia menambahkan bahwa komunitas Arab lainnya di Israel juga akan memberikan reaksinya.
"Publik Arab mengharapkan pemerintah ini jatuh, hanya karena perbedaan di dalamnya terlalu berat dan mereka tidak bisa menyepakati apa pun," ujar Odeh Bisharat.
Jumlah tersebut 4 kursi lebih banyak dari putaran sebelumnya pada Maret 2021. Mitra koalisi Bibi, partai-partai Ultra-Ortodoks bertekad meraih 24 kursi lagi.
Itu artinya, Netanyahu hanya kurang tiga kursi lagi untuk kembali memimpin pemerintahan Israel yang baru.
Pada Kamis (30/6/2022), parlemen Israel, Knesset, membubarkan diri setelah sejumlah upaya gagal awal pekan ini.
Akibatnya, warga Israel akan kembali pergi ke tempat pemungutan suara pada 1 November, untuk kelima kalinya dalam tiga tahun.
Situasi ini tidak mengejutkan bagi banyak pihak. Odeh Bisharat, humas dan jurnalis Arab Israel, mengatakan dia tidak terkejut dengan keputusan membubarkan Parlemen.
Dia menambahkan bahwa komunitas Arab lainnya di Israel juga akan memberikan reaksinya.
"Publik Arab mengharapkan pemerintah ini jatuh, hanya karena perbedaan di dalamnya terlalu berat dan mereka tidak bisa menyepakati apa pun," ujar Odeh Bisharat.