AS Hapus Foto Tes Jet Tempur Siluman F-35 Jatuhkan Bom Nuklir
Kamis, 25 Juni 2020 - 07:05 WIB
WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) tiba-tiba menarik atau menghapus foto-foto uji coba penjatuhan bom gravitasi nuklir B61-12 dari jet tempur siluman F-35A Lightning II Joint Strike Fighter.
Bom B61-12 yang digunakan dalam uji coba itu bukanlah bom aktif, melainkan bom inert.
Foto-toto uji coba yang jumlahnya hampir selusin ditarik setelah diterbitkan di banyak media internasional. (Baca: Jet Tempur Siluman F-35 AS Diuji Jatuhkan Bom Nuklir B61-12 Inert )
Ketika diakses, halaman Layanan Distribusi Informasi Visual (DVIDS) Pertahanan tempat gambar-gambar di-posting; https://www.dvidshub.net/image/6248234/af-1-dca-safe-separation-6 tidak memunculkan gambar dan meninggalkan pesan berbunyi; "halaman tidak ditemukan". Belum jelas apa alasan Pentagon menarik foto-foto yang telah dirilis tersebut.
Spekulasi telah berkembang bahwa rilis gambar-gambar itu bertepatan dengan Administrasi Trump memperkenalkan resolusi di Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk memperpanjang embargo senjata Iran dan laporan Komisi Energi Atom Internasional yang sebelumnya mengkritik kegiatan nuklirnya.
Bom nuklir B61-12 yang aktif akan menghasilkan ledakan maksimum 50 kiloton, dan ukurannya cukup kecil sehingga bisa dimuat di dalam ruang bom internal F-35.
Uji coba dual capable aircraft (DCA) atau pesawat berkemampuan ganda dari F-35A ini berlangsung beberapa kali di wilayah udara sekitar Air Force Base (AFB) Edwards, California, salah satunya pada 27 Juni 2019.
F-35A akan menjadi satu-satunya dari tiga jenis pesawat F-35 Lockheed Martin yang disertifikasi sebagai DCA, yang memungkinkannya untuk membawa bom nuklir maupun bom konvensional. (Baca juga: Jet Tempur Siluman F-35 AS Senilai Rp1,3 Triliun Jatuh di Florida )
Namun, kemampuan Joint Strike Fighter (JSF) untuk menggunakan B61-12 bergantung pada upgrade menyeluruh dalam perangkat lunak Block 4 sebagaimana diungkapkan Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) baru-baru ini.
Upgrade total itu setidaknya butuh waktu sembilan bulan. Namun sertifikasi DCA F-35A, menurut Kantor Sekretaris Pertahanan, diperkirakan tidak akan selesai sampai Januari 2023.
Block 4 juga akan memberikan F-35 opsi senjata lain, seperti Naval Strike Missile, Meteor dan rudal SPEAR serta beberapa bom berpemandu laser.
Bom lain yang F-35 sudah disertifikasi untuk digunakan adalah bom GBU-53 StormBreaker berdiameter kecil. Penggunaan bom ini mengalami penundaan satu tahun karena desain sirip yang salah.
Senjata-senjata yang dapat masuk ke dalam rongga bom F-35 langka tetapi berharga, karena jika mereka dipasang pada hardpoint di bagian luar pesawat, mereka akan menghambat sistem stealth atau teknologi siluman pesawat tersebut.
"Peran tempur nuklir yang ikonik, yang dilakukan di masa lalu oleh F-15E dan F-16, dilimpahkan ke F-35A untuk memainkan peran masa depan dalam keamanan nasional," bunyi keterangan foto pada DVIDS sebelum dihapus.
“F-35 adalah sistem senjata generasi ke-5 multi-misi utama. Kemampuannya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan berbagi data adalah pengganda kekuatan yang meningkatkan semua aset di ruang pertempuran; dengan teknologi siluman, sensor canggih, kapasitas dan jangkauan senjata, F-35 adalah pesawat tempur yang paling mematikan, dapat bertahan, dan interoperable yang pernah dibangun," lanjut keterangan foto tersebut sebelum dihapus.
F-15E Strike Eagle adalah pesawat AS pertama yang disertifikasi untuk menjatuhkan bom nuklir B61-12. Pesawat ini telah diuji untuk menjatuhkan bom inert dari B61-12 di Tonopah Test Range di Nevada pada bulan Maret lalu. Keberhasilan tes itu telah dikonfirmasi Sandia National Laboratories.
Bom B61-12 yang digunakan dalam uji coba itu bukanlah bom aktif, melainkan bom inert.
Foto-toto uji coba yang jumlahnya hampir selusin ditarik setelah diterbitkan di banyak media internasional. (Baca: Jet Tempur Siluman F-35 AS Diuji Jatuhkan Bom Nuklir B61-12 Inert )
Ketika diakses, halaman Layanan Distribusi Informasi Visual (DVIDS) Pertahanan tempat gambar-gambar di-posting; https://www.dvidshub.net/image/6248234/af-1-dca-safe-separation-6 tidak memunculkan gambar dan meninggalkan pesan berbunyi; "halaman tidak ditemukan". Belum jelas apa alasan Pentagon menarik foto-foto yang telah dirilis tersebut.
Spekulasi telah berkembang bahwa rilis gambar-gambar itu bertepatan dengan Administrasi Trump memperkenalkan resolusi di Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk memperpanjang embargo senjata Iran dan laporan Komisi Energi Atom Internasional yang sebelumnya mengkritik kegiatan nuklirnya.
Bom nuklir B61-12 yang aktif akan menghasilkan ledakan maksimum 50 kiloton, dan ukurannya cukup kecil sehingga bisa dimuat di dalam ruang bom internal F-35.
Uji coba dual capable aircraft (DCA) atau pesawat berkemampuan ganda dari F-35A ini berlangsung beberapa kali di wilayah udara sekitar Air Force Base (AFB) Edwards, California, salah satunya pada 27 Juni 2019.
F-35A akan menjadi satu-satunya dari tiga jenis pesawat F-35 Lockheed Martin yang disertifikasi sebagai DCA, yang memungkinkannya untuk membawa bom nuklir maupun bom konvensional. (Baca juga: Jet Tempur Siluman F-35 AS Senilai Rp1,3 Triliun Jatuh di Florida )
Namun, kemampuan Joint Strike Fighter (JSF) untuk menggunakan B61-12 bergantung pada upgrade menyeluruh dalam perangkat lunak Block 4 sebagaimana diungkapkan Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) baru-baru ini.
Upgrade total itu setidaknya butuh waktu sembilan bulan. Namun sertifikasi DCA F-35A, menurut Kantor Sekretaris Pertahanan, diperkirakan tidak akan selesai sampai Januari 2023.
Block 4 juga akan memberikan F-35 opsi senjata lain, seperti Naval Strike Missile, Meteor dan rudal SPEAR serta beberapa bom berpemandu laser.
Bom lain yang F-35 sudah disertifikasi untuk digunakan adalah bom GBU-53 StormBreaker berdiameter kecil. Penggunaan bom ini mengalami penundaan satu tahun karena desain sirip yang salah.
Senjata-senjata yang dapat masuk ke dalam rongga bom F-35 langka tetapi berharga, karena jika mereka dipasang pada hardpoint di bagian luar pesawat, mereka akan menghambat sistem stealth atau teknologi siluman pesawat tersebut.
"Peran tempur nuklir yang ikonik, yang dilakukan di masa lalu oleh F-15E dan F-16, dilimpahkan ke F-35A untuk memainkan peran masa depan dalam keamanan nasional," bunyi keterangan foto pada DVIDS sebelum dihapus.
“F-35 adalah sistem senjata generasi ke-5 multi-misi utama. Kemampuannya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan berbagi data adalah pengganda kekuatan yang meningkatkan semua aset di ruang pertempuran; dengan teknologi siluman, sensor canggih, kapasitas dan jangkauan senjata, F-35 adalah pesawat tempur yang paling mematikan, dapat bertahan, dan interoperable yang pernah dibangun," lanjut keterangan foto tersebut sebelum dihapus.
F-15E Strike Eagle adalah pesawat AS pertama yang disertifikasi untuk menjatuhkan bom nuklir B61-12. Pesawat ini telah diuji untuk menjatuhkan bom inert dari B61-12 di Tonopah Test Range di Nevada pada bulan Maret lalu. Keberhasilan tes itu telah dikonfirmasi Sandia National Laboratories.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda