Jet Tempur Siluman F-35 AS Senilai Rp1,3 Triliun Jatuh di Florida
loading...
A
A
A
EGLIN - Sebuah pesawat jet tempur siluman F-35 Amerika Serikat (AS) jatuh saat hendak mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Eglin di Florida, Selasa malam. Insiden ini hanya berselang empat hari setelah pesawat tempur siluman F-22 Raptor Amerika jatuh di kawasan yang sama.
Para pejabat militer Amerika dalam keterangan pers mengatakan pilot F-35 berhasil keluar sebelum pesawat jatuh. Pilot tersebut telah dibawa fasilitas medis di pangkalan setempat dan dalam kondisi stabil.
Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 21.30 malam, setelah seorang pilot yang ditugaskan untuk Skuadron Tempur ke-58 hendak mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Eglin."(Pilot) berpartisipasi dalam pelatihan malam rutin," bunyi keterangan pers tersebut yang dilansir The Hill, Kamis (21/5/2020). (Baca: Jet Tempur Siluman F-22 Raptor AS Jatuh di Florida )
Jatuhnya F-35 ini tidak mengakibatkan kematian dan kerusakan pada properti sipil. Penyebab kecelakaan sedang diselidiki.
Para pejabat militer tidak merinci kerusakan pesawat siluman yang jatuh. Pesawat yang jatuh adalah F-35A Angkatan Udara, salah satu varian F-35, yang harganya USD 90 juta (lebih dari Rp1,3 triliun) per unit.
Pada jumat lalu, sebuah jet tempur siluman F-22 Raptor jatuh di tempat latihan dan tes Pangkalan Angkatan Udara Eglin, sekitar 12 mil timur laut dari pangkalan utama. Pilot dalam kecelakaan itu juga berhasil mengeluarkan diri dan dibawa ke rumah sakit pangkalan dengan kondisi stabil. F-22 Raptor harga per unitnya adalah sekitar USD143 juta atau lebih dari Rp2,1 triliun. (Baca juga: Jet Tempur Siluman F-22 Raptor AS yang Jatuh Harganya Rp2,1 Triliun )
Kecelakaan Selasa malam juga merupakan yang kedua bagi F-35 AS, jet paling canggih di korps militer Amerika Serikat. Pada bulan September 2018, jet tempur siluman F-35B Korps Marinir jatuh di dekat Beaufort, S.C. Pilot juga dapat mengeluarkan diri dalam kasus itu. Investigasi Kantor Akuntabilitas Pemerintah menyimpulkan penyebab kecelakaan itu adalah cacat manufaktur di tabung bahan bakar.
Sebuah pesawat F-35A milik Jepang juga jatuh pada April 2019, dan menewaskan pilotnya. Militer Jepang mengaitkan kecelakaan itu dengan pilot yang mengalami vertigo saat terbang ke Samudra Pasifik.
Para pejabat militer Amerika dalam keterangan pers mengatakan pilot F-35 berhasil keluar sebelum pesawat jatuh. Pilot tersebut telah dibawa fasilitas medis di pangkalan setempat dan dalam kondisi stabil.
Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 21.30 malam, setelah seorang pilot yang ditugaskan untuk Skuadron Tempur ke-58 hendak mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Eglin."(Pilot) berpartisipasi dalam pelatihan malam rutin," bunyi keterangan pers tersebut yang dilansir The Hill, Kamis (21/5/2020). (Baca: Jet Tempur Siluman F-22 Raptor AS Jatuh di Florida )
Jatuhnya F-35 ini tidak mengakibatkan kematian dan kerusakan pada properti sipil. Penyebab kecelakaan sedang diselidiki.
Para pejabat militer tidak merinci kerusakan pesawat siluman yang jatuh. Pesawat yang jatuh adalah F-35A Angkatan Udara, salah satu varian F-35, yang harganya USD 90 juta (lebih dari Rp1,3 triliun) per unit.
Pada jumat lalu, sebuah jet tempur siluman F-22 Raptor jatuh di tempat latihan dan tes Pangkalan Angkatan Udara Eglin, sekitar 12 mil timur laut dari pangkalan utama. Pilot dalam kecelakaan itu juga berhasil mengeluarkan diri dan dibawa ke rumah sakit pangkalan dengan kondisi stabil. F-22 Raptor harga per unitnya adalah sekitar USD143 juta atau lebih dari Rp2,1 triliun. (Baca juga: Jet Tempur Siluman F-22 Raptor AS yang Jatuh Harganya Rp2,1 Triliun )
Kecelakaan Selasa malam juga merupakan yang kedua bagi F-35 AS, jet paling canggih di korps militer Amerika Serikat. Pada bulan September 2018, jet tempur siluman F-35B Korps Marinir jatuh di dekat Beaufort, S.C. Pilot juga dapat mengeluarkan diri dalam kasus itu. Investigasi Kantor Akuntabilitas Pemerintah menyimpulkan penyebab kecelakaan itu adalah cacat manufaktur di tabung bahan bakar.
Sebuah pesawat F-35A milik Jepang juga jatuh pada April 2019, dan menewaskan pilotnya. Militer Jepang mengaitkan kecelakaan itu dengan pilot yang mengalami vertigo saat terbang ke Samudra Pasifik.
(min)