Biden Sebut Tak Akan Temui Pangeran Mohammed bin Salman, tapi Ada di Acara yang Sama
Sabtu, 18 Juni 2022 - 07:42 WIB
Tetapi sejak menjabat sebagai presiden, dia telah menolak untuk menjatuhkan sanksi pada Mohammed bin Salman, menyusul rilis laporan intelijen AS yang menggambarkan dugaan keterlibatan Putra Mahkota Saudi dalam pembunuhan Khashoggi.
Di tengah meroketnya harga minyak dan rekor inflasi di dalam negeri AS, Biden—yang pernah mencirikan pertempuran antara demokrasi dan otokrasi sebagai prinsip panduan utama dari kebijakan luar negerinya—telah dipaksa untuk berbelok tajam.
Ketika Eropa berupaya mengurangi ketergantungan energinya pada Rusia, setelah invasi ke Ukraina, pemerintahan Biden telah menjangkau musuh lama termasuk Iran, Arab Saudi, dan Venezuela untuk menutup kesenjangan minyak AS.
Menjaga harga gas tetap rendah telah menjadi prioritas utama bagi Biden dan Partai Demokrat, terutama menjelang pemilu paruh waktu yang penting pada November.
Menurut beberapa laporan media, perjalanan Biden ke Arab Saudi juga merupakan upaya untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara Arab Saudi dan Israel.
Koordinator Gedung Putih Timur Tengah Brett McGurk telah berusaha menengahi perjanjian ekonomi dan keamanan saat kedua negara berupaya membangun hubungan.
Menjelang kunjungan Biden, anggota Parlemen AS telah mendesak presiden untuk memastikan bahwa hubungan Washington dengan Riyadh memajukan kepentingan Amerika, dan bukan sebaliknya.
Sebuah surat kepada Biden awal bulan ini dari kepala beberapa komite Parlemen mengatakan: "Sampai Arab Saudi menunjukkan tanda-tanda memetakan arah yang berbeda, dan mengingat pertimbangan mengenai kunjungan potensial ke Kerajaan di mana Anda mungkin memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Raja Salman dan kepala negara regional lainnya, kami mendorong Anda untuk melipatgandakan upaya Anda untuk mengkalibrasi ulang hubungan AS-Saudi."
Perjalanan itu dikecam oleh para pembangkang dan aktivis Saudi, dengan beberapa menuduh Biden "munafik" dan "pengkhianat".
"Presiden Biden mulai menjabat menjanjikan pertanggungjawaban atas pemerintahan teror putra mahkota. Tetapi dengan satu gerakan, Biden mempertaruhkan semua harapan keadilan bagi korban MBS yang tak terhitung jumlahnya seperti ayah saya," kata Abdullah Alaoudh, putra cendekiawan Islam yang dipenjara, Salman al-Awda, kepada Middle East Eye awal bulan ini.
Di tengah meroketnya harga minyak dan rekor inflasi di dalam negeri AS, Biden—yang pernah mencirikan pertempuran antara demokrasi dan otokrasi sebagai prinsip panduan utama dari kebijakan luar negerinya—telah dipaksa untuk berbelok tajam.
Ketika Eropa berupaya mengurangi ketergantungan energinya pada Rusia, setelah invasi ke Ukraina, pemerintahan Biden telah menjangkau musuh lama termasuk Iran, Arab Saudi, dan Venezuela untuk menutup kesenjangan minyak AS.
Menjaga harga gas tetap rendah telah menjadi prioritas utama bagi Biden dan Partai Demokrat, terutama menjelang pemilu paruh waktu yang penting pada November.
Menurut beberapa laporan media, perjalanan Biden ke Arab Saudi juga merupakan upaya untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara Arab Saudi dan Israel.
Koordinator Gedung Putih Timur Tengah Brett McGurk telah berusaha menengahi perjanjian ekonomi dan keamanan saat kedua negara berupaya membangun hubungan.
Menjelang kunjungan Biden, anggota Parlemen AS telah mendesak presiden untuk memastikan bahwa hubungan Washington dengan Riyadh memajukan kepentingan Amerika, dan bukan sebaliknya.
Sebuah surat kepada Biden awal bulan ini dari kepala beberapa komite Parlemen mengatakan: "Sampai Arab Saudi menunjukkan tanda-tanda memetakan arah yang berbeda, dan mengingat pertimbangan mengenai kunjungan potensial ke Kerajaan di mana Anda mungkin memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Raja Salman dan kepala negara regional lainnya, kami mendorong Anda untuk melipatgandakan upaya Anda untuk mengkalibrasi ulang hubungan AS-Saudi."
Perjalanan itu dikecam oleh para pembangkang dan aktivis Saudi, dengan beberapa menuduh Biden "munafik" dan "pengkhianat".
"Presiden Biden mulai menjabat menjanjikan pertanggungjawaban atas pemerintahan teror putra mahkota. Tetapi dengan satu gerakan, Biden mempertaruhkan semua harapan keadilan bagi korban MBS yang tak terhitung jumlahnya seperti ayah saya," kata Abdullah Alaoudh, putra cendekiawan Islam yang dipenjara, Salman al-Awda, kepada Middle East Eye awal bulan ini.
tulis komentar anda