NATO Janjikan Lebih Banyak Senjata Berat untuk Ukraina
Rabu, 15 Juni 2022 - 08:22 WIB
BRUSSELS - Ukraina harus mendapatkan lebih banyak senjata berat NATO. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan hal itu pada Selasa (14/6/2022).
Pernyataan itu muncul menjelang pertemuan “kelompok kontak” yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk membahas logistik dari usaha itu.
NATO sedang mencoba untuk beradaptasi dengan tuntutan yang "terus berubah" dari Kiev, menurut utusan AS untuk aliansi.
"Ukraina harus memiliki lebih banyak senjata berat dan sekutu serta mitra NATO telah menyediakan senjata berat ... dan mereka juga meningkatkan," ungkap Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg pada Selasa di Den Haag, saat dia bertemu para pemimpin tujuh negara anggota menjelang konferensi tingkat tinggi (KTT) NATO yang dijadwalkan akhir Juni.
“Dalam hal persenjataan, kami bersatu di sini bahwa sangat penting bagi Rusia untuk kalah perang,” papar Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte, yang menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.
“Dan karena kita tidak dapat memiliki konfrontasi langsung antara pasukan NATO dan Rusia, yang perlu kita lakukan adalah memastikan Ukraina dapat melawan perang itu, bahwa ia memiliki akses ke semua persenjataan yang diperlukan,” ujar dia.
Presiden Rumania Klaus Johannis, Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen, PM Belgia Alexander De Croo, PM Polandia Mateusz Morawiecki, PM Portugis Antonio Costa, dan PM Latvia Krisjanis Karins juga menghadiri pertemuan di Belanda.
Stoltenberg sebelumnya mengunjungi Swedia dan Finlandia, yang telah mendaftar untuk bergabung dengan NATO tetapi kemungkinan besar tidak akan diundang secara resmi ke KTT 29-30 Juni di Madrid, karena keberatan Turki.
Sementara itu, Perwakilan Tetap AS untuk NATO Julianne Smith dilaporkan mengatakan negara-negara NATO berusaha beradaptasi dengan tuntutan Kiev untuk senjata tambahan, yang terus berubah.
Menurut Pentagon, upaya awal memasok Ukraina difokuskan pada rudal anti-tank dan anti-pesawat portabel, tetapi sekarang beralih ke tank dan artileri berat karena sifat pertempuran saat ini di Donbass.
Mikhail Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan Kiev sangat membutuhkan 1.000 howitzer, 300 sistem roket multi-peluncuran, 500 tank, 2.000 kendaraan lapis baja, dan 1.000 drone.
Sementara AS hanya menjanjikan empat peluncur roket HIMARS, kepala kebijakan Pentagon, Colin Kahl, pada Selasa mengungkapkan Ukraina akan dipasok dengan peluru kendali berat, dengan jangkauan 70 kilometer.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah tiba di Brussel, di mana dia akan memimpin pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina untuk membahas cara terbaik memasok ke Kiev.
Menurut seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang dikutip rilis berita Pentagon, “Warga Ukraina paling tahu apa yang mereka hadapi, dan kami secara aktif mencari informasi mereka tentang kondisi medan perang.”
“Secara umum, kami menganggap penilaian mereka dapat diandalkan dan valid,” papar pejabat itu.
Rusia menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Pernyataan itu muncul menjelang pertemuan “kelompok kontak” yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk membahas logistik dari usaha itu.
NATO sedang mencoba untuk beradaptasi dengan tuntutan yang "terus berubah" dari Kiev, menurut utusan AS untuk aliansi.
"Ukraina harus memiliki lebih banyak senjata berat dan sekutu serta mitra NATO telah menyediakan senjata berat ... dan mereka juga meningkatkan," ungkap Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg pada Selasa di Den Haag, saat dia bertemu para pemimpin tujuh negara anggota menjelang konferensi tingkat tinggi (KTT) NATO yang dijadwalkan akhir Juni.
“Dalam hal persenjataan, kami bersatu di sini bahwa sangat penting bagi Rusia untuk kalah perang,” papar Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte, yang menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.
“Dan karena kita tidak dapat memiliki konfrontasi langsung antara pasukan NATO dan Rusia, yang perlu kita lakukan adalah memastikan Ukraina dapat melawan perang itu, bahwa ia memiliki akses ke semua persenjataan yang diperlukan,” ujar dia.
Presiden Rumania Klaus Johannis, Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen, PM Belgia Alexander De Croo, PM Polandia Mateusz Morawiecki, PM Portugis Antonio Costa, dan PM Latvia Krisjanis Karins juga menghadiri pertemuan di Belanda.
Stoltenberg sebelumnya mengunjungi Swedia dan Finlandia, yang telah mendaftar untuk bergabung dengan NATO tetapi kemungkinan besar tidak akan diundang secara resmi ke KTT 29-30 Juni di Madrid, karena keberatan Turki.
Sementara itu, Perwakilan Tetap AS untuk NATO Julianne Smith dilaporkan mengatakan negara-negara NATO berusaha beradaptasi dengan tuntutan Kiev untuk senjata tambahan, yang terus berubah.
Menurut Pentagon, upaya awal memasok Ukraina difokuskan pada rudal anti-tank dan anti-pesawat portabel, tetapi sekarang beralih ke tank dan artileri berat karena sifat pertempuran saat ini di Donbass.
Mikhail Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan Kiev sangat membutuhkan 1.000 howitzer, 300 sistem roket multi-peluncuran, 500 tank, 2.000 kendaraan lapis baja, dan 1.000 drone.
Sementara AS hanya menjanjikan empat peluncur roket HIMARS, kepala kebijakan Pentagon, Colin Kahl, pada Selasa mengungkapkan Ukraina akan dipasok dengan peluru kendali berat, dengan jangkauan 70 kilometer.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah tiba di Brussel, di mana dia akan memimpin pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina untuk membahas cara terbaik memasok ke Kiev.
Menurut seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang dikutip rilis berita Pentagon, “Warga Ukraina paling tahu apa yang mereka hadapi, dan kami secara aktif mencari informasi mereka tentang kondisi medan perang.”
“Secara umum, kami menganggap penilaian mereka dapat diandalkan dan valid,” papar pejabat itu.
Rusia menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)
tulis komentar anda