Israel: Normalisasi dengan Arab Saudi Prosesnya Panjang dan Hati-hati
Selasa, 31 Mei 2022 - 07:56 WIB
TEL AVIV - Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan bahwa mencapai kesepakatan untuk menormalkan hubungan dengan Arab Saudi akan menjadi proses yang panjang dan hati-hati.
Namun, kata Lapid, Israel percaya pada kemungkinan tersebut.
“Kami percaya ada kemungkinan untuk melakukan proses normalisasi dengan Arab Saudi. Ini kepentingan kami. Kami sudah mengatakan bahwa ini adalah langkah selanjutnya setelah Kesepakatan Abraham, untuk berbicara tentang proses yang panjang dan hati-hati,” katanya, seperti dikutip dari Times of Israel, Selasa (31/5/2022).
Lapid menambahkan bahwa jika kesepakatan ditandatangani, itu tidak akan menjadi pengumuman yang mengejutkan seperti yang terjadi dengan kesepakatan sebelumnya yang ditandatangani dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
"Ini tidak akan terjadi dengan cara yang sama seperti terakhir kali...Kami tidak akan bangun di suatu pagi tiba-tiba dan itu akan menjadi kejutan," kata Lapid mengacu pada Kesepakatan Abraham yang ditengahi Amerika Serikat (AS) yang ditandatangani pada tahun 2020.
Dia menambahkan bahwa Israel bekerja dengan AS dan negara-negara Teluk menuju tujuan normalisasi hubungan dengan Kerajaan Arab Saudi.
Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik.
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman telah mengatakan pada bulan Maret bahwa Arab Saudi memandang Israel sebagai “sekutu potensial", namun mencatat bahwa beberapa masalah perlu diselesaikan terlebih dahulu.
“Bagi kami, kami berharap konflik antara Israel dan Palestina dapat diselesaikan. Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial, dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tetapi kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu,” katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah The Atlantic.
Namun, kata Lapid, Israel percaya pada kemungkinan tersebut.
“Kami percaya ada kemungkinan untuk melakukan proses normalisasi dengan Arab Saudi. Ini kepentingan kami. Kami sudah mengatakan bahwa ini adalah langkah selanjutnya setelah Kesepakatan Abraham, untuk berbicara tentang proses yang panjang dan hati-hati,” katanya, seperti dikutip dari Times of Israel, Selasa (31/5/2022).
Lapid menambahkan bahwa jika kesepakatan ditandatangani, itu tidak akan menjadi pengumuman yang mengejutkan seperti yang terjadi dengan kesepakatan sebelumnya yang ditandatangani dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
"Ini tidak akan terjadi dengan cara yang sama seperti terakhir kali...Kami tidak akan bangun di suatu pagi tiba-tiba dan itu akan menjadi kejutan," kata Lapid mengacu pada Kesepakatan Abraham yang ditengahi Amerika Serikat (AS) yang ditandatangani pada tahun 2020.
Dia menambahkan bahwa Israel bekerja dengan AS dan negara-negara Teluk menuju tujuan normalisasi hubungan dengan Kerajaan Arab Saudi.
Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik.
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman telah mengatakan pada bulan Maret bahwa Arab Saudi memandang Israel sebagai “sekutu potensial", namun mencatat bahwa beberapa masalah perlu diselesaikan terlebih dahulu.
“Bagi kami, kami berharap konflik antara Israel dan Palestina dapat diselesaikan. Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial, dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tetapi kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu,” katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah The Atlantic.
(min)
tulis komentar anda