Israel 'Bersih-bersih' Jelang Pawai Bendera, Hampir 100 Warga Palestina Ditangkap
Jum'at, 27 Mei 2022 - 20:08 WIB
YERUSALEM - Pasukan Israel menahan hampir 100 warga Palestina jelang rencana Pawai Bendera provokatif yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan. Pawai tersebut rencananya akan berlangsung pada hari Minggu melalui jalan-jalan Yerusalem Timur yang diduduki.
"Sekitar 20 warga Palestina di Yerusalem ditangkap antara Rabu dan Kamis, dan 80 lainnya di dalam Israel," kata juru bicara komite keluarga tahanan Yerusalem, Amjad Abu Asab, seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (27/5/2022).
Pawai Bendera menarik ratusan aktivis sayap kanan merayakan penaklukan Israel atas Yerusalem Timur dalam perang 1967, sebuah tindakan yang sangat provokatif bagi sebagian besar warga Palestina di kota itu.
“Pihak berwenang Israel biasanya menangkap warga Palestina yang mereka anggap aktif yang diduga akan melakukan aksi protes (kontra)," ungkap Abu Asab.
“Penangkapan sebagian besar menargetkan warga Palestina yang telah ditangkap dalam gelombang protes sebelumnya di kota itu, dan warga Palestina yang dilarang memasuki kompleks Masjid al-Aqsa , yang semuanya kami lihat sebagai persiapan untuk reaksi terhadap pawai bendera pemukim (Israel) pada hari Minggu," ujarnya.
Pekan lalu, pemerintah Israel menyetujui Pawai Bendera tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi pemukim ekstremis, dengan dukungan anggota parlemen sayap kanan seperti Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich.
Pawai ini diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1968 oleh pengikut pemimpin agama mesianis Avaraham Hachenkook dan siswa sekolah agama 'Merkaz Harav' di Yerusalem.
Pawai tersebut memperlihatkan ribuan orang Israel membawa bendera dan meneriakkan slogan-slogan nasionalis - seringkali menargetkan warga Palestina - di samping tarian kelompok.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peserta meneriakkan slogan-slogan rasis seperti "Matilah orang Arab", dan dengan keras mengancam warga Palestina di Kota Tua, memaksa mereka untuk menutup toko dan usaha mereka.
Rute pawai secara tradisional melintasi Kota Tua Palestina di Yerusalem dan berakhir di Tembok Barat, setelah melewati kompleks Masjid al-Aqsa.
Rute pawai tahun lalu diubah untuk menghindari memasuki Kota Tua, menyusul aksi protes Palestina atas pengusiran keluarga Palestina dari Sheikh Jarrah dan serangan polisi Israel ke Masjid al-Aqsa.
Palestina ingin pawai dibatalkan sama sekali karena menganggapnya sangat provokatif. Sayap bersenjata Hamas menanggapi Pawai Bendera Maret tahun lalu dengan menembakkan beberapa roket ke arah Yerusalem, memicu serangan mematikan 11 hari Israel di Gaza.
Pekan lalu, Menteri Keamanan Israel Omer Balev mengumumkan bahwa pawai akan mengikuti rute yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimanapun, pada hari Selasa, polisi Israel mengatakan bahwa rute pawai akan diubah dalam koordinasi dengan penyelenggara untuk membatasi jumlah peserta di Gerbang Damaskus dan Tembok Barat.
Media Israel juga mengutip seorang pejabat pemerintah Israel yang mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) menekan pemerintah Israel untuk mengubah rute pawai hari Minggu, di tengah peringatan dari faksi-faksi Palestina bahwa itu akan meningkatkan situasi jika melewati Kota Tua atau kompleks Masjid al-Aqsa.
Koalisi faksi-faksi bersenjata di Gaza telah mengeluarkan peringatan lain kepada Israel tentang pawai tersebut.
Pemimpin politbiro Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa faksinya tidak akan mengizinkan pelanggaran apa pun terhadap Masjid al-Aqsa atau "premanisme" di jalan-jalan Yerusalem.
Kepresidenan Palestina juga mengeluarkan pernyataan.
"Pemerintah Israel memikul tanggung jawab penuh atas eskalasi ini yang akan meledakkan situasi. Rakyat kami dan kepemimpinannya mampu melindungi Yerusalem dan tempat-tempat sucinya," bunyi pernyataan itu.
Pawai Bendera tahun ini datang setelah berminggu-minggu eskalasi di Yerusalem dan Tepi Barat.
Pada bulan April, selama bulan suci Ramadhan, polisi dan pemukim Israel berulang kali menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa dengan puluhan jemaah Palestina terluka.
Sebelumnya pada bulan Mei, komite keamanan Knesset Israel mengumumkan bahwa polisi Israel telah menangkap sekitar 781 warga Palestina selama serangan ke Masjid al-Aqsa pada bulan April. Seorang warga Palestina berusia 23 tahun, yang terluka oleh polisi Israel di tempat perlindungan itu, meninggal karena luka-lukanya tiga minggu kemudian.
Pada 11 Mei, pasukan Israel menembak mati jurnalis Palestina Shireen Abu Akleeh di Jenin.
"Sekitar 20 warga Palestina di Yerusalem ditangkap antara Rabu dan Kamis, dan 80 lainnya di dalam Israel," kata juru bicara komite keluarga tahanan Yerusalem, Amjad Abu Asab, seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (27/5/2022).
Pawai Bendera menarik ratusan aktivis sayap kanan merayakan penaklukan Israel atas Yerusalem Timur dalam perang 1967, sebuah tindakan yang sangat provokatif bagi sebagian besar warga Palestina di kota itu.
“Pihak berwenang Israel biasanya menangkap warga Palestina yang mereka anggap aktif yang diduga akan melakukan aksi protes (kontra)," ungkap Abu Asab.
“Penangkapan sebagian besar menargetkan warga Palestina yang telah ditangkap dalam gelombang protes sebelumnya di kota itu, dan warga Palestina yang dilarang memasuki kompleks Masjid al-Aqsa , yang semuanya kami lihat sebagai persiapan untuk reaksi terhadap pawai bendera pemukim (Israel) pada hari Minggu," ujarnya.
Pekan lalu, pemerintah Israel menyetujui Pawai Bendera tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi pemukim ekstremis, dengan dukungan anggota parlemen sayap kanan seperti Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich.
Pawai ini diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1968 oleh pengikut pemimpin agama mesianis Avaraham Hachenkook dan siswa sekolah agama 'Merkaz Harav' di Yerusalem.
Baca Juga
Pawai tersebut memperlihatkan ribuan orang Israel membawa bendera dan meneriakkan slogan-slogan nasionalis - seringkali menargetkan warga Palestina - di samping tarian kelompok.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peserta meneriakkan slogan-slogan rasis seperti "Matilah orang Arab", dan dengan keras mengancam warga Palestina di Kota Tua, memaksa mereka untuk menutup toko dan usaha mereka.
Rute pawai secara tradisional melintasi Kota Tua Palestina di Yerusalem dan berakhir di Tembok Barat, setelah melewati kompleks Masjid al-Aqsa.
Rute pawai tahun lalu diubah untuk menghindari memasuki Kota Tua, menyusul aksi protes Palestina atas pengusiran keluarga Palestina dari Sheikh Jarrah dan serangan polisi Israel ke Masjid al-Aqsa.
Palestina ingin pawai dibatalkan sama sekali karena menganggapnya sangat provokatif. Sayap bersenjata Hamas menanggapi Pawai Bendera Maret tahun lalu dengan menembakkan beberapa roket ke arah Yerusalem, memicu serangan mematikan 11 hari Israel di Gaza.
Pekan lalu, Menteri Keamanan Israel Omer Balev mengumumkan bahwa pawai akan mengikuti rute yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimanapun, pada hari Selasa, polisi Israel mengatakan bahwa rute pawai akan diubah dalam koordinasi dengan penyelenggara untuk membatasi jumlah peserta di Gerbang Damaskus dan Tembok Barat.
Media Israel juga mengutip seorang pejabat pemerintah Israel yang mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) menekan pemerintah Israel untuk mengubah rute pawai hari Minggu, di tengah peringatan dari faksi-faksi Palestina bahwa itu akan meningkatkan situasi jika melewati Kota Tua atau kompleks Masjid al-Aqsa.
Koalisi faksi-faksi bersenjata di Gaza telah mengeluarkan peringatan lain kepada Israel tentang pawai tersebut.
Pemimpin politbiro Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa faksinya tidak akan mengizinkan pelanggaran apa pun terhadap Masjid al-Aqsa atau "premanisme" di jalan-jalan Yerusalem.
Kepresidenan Palestina juga mengeluarkan pernyataan.
"Pemerintah Israel memikul tanggung jawab penuh atas eskalasi ini yang akan meledakkan situasi. Rakyat kami dan kepemimpinannya mampu melindungi Yerusalem dan tempat-tempat sucinya," bunyi pernyataan itu.
Pawai Bendera tahun ini datang setelah berminggu-minggu eskalasi di Yerusalem dan Tepi Barat.
Pada bulan April, selama bulan suci Ramadhan, polisi dan pemukim Israel berulang kali menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa dengan puluhan jemaah Palestina terluka.
Sebelumnya pada bulan Mei, komite keamanan Knesset Israel mengumumkan bahwa polisi Israel telah menangkap sekitar 781 warga Palestina selama serangan ke Masjid al-Aqsa pada bulan April. Seorang warga Palestina berusia 23 tahun, yang terluka oleh polisi Israel di tempat perlindungan itu, meninggal karena luka-lukanya tiga minggu kemudian.
Pada 11 Mei, pasukan Israel menembak mati jurnalis Palestina Shireen Abu Akleeh di Jenin.
(ian)
tulis komentar anda