Lavrov Ungkap Strategi Geopolitik Rusia, Sebut Barat Diktator
Selasa, 24 Mei 2022 - 09:40 WIB
MOSKOW - Rusia mengharapkan peningkatan kerjasama ekonomi dengan China karena Barat menjadi lebih diktator. Pernyataan tegas itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Senin (23/5/2022).
Menurut dia, Rusia bermaksud membangun hubungan dengan negara-negara merdeka dan akan memutuskan bagaimana berurusan dengan Barat jika dan ketika itu masuk akal.
“Sekarang Barat mengambil posisi diktator, hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat lagi,” ungkap Lavrov kepada para pelajar di Sekolah Primakov, sekolah menengah atas yang elit di Moskow dan dinamai sama dengan nama salah satu pendahulunya.
Dia menjelaskan, “Selain menambah pendapatan langsung ke perbendaharaan, ini akan memberi kita kesempatan mengimplementasikan rencana pengembangan Timur Jauh dan Siberia Timur.”
“Mayoritas proyek dengan China terkonsentrasi di sana. Ini merupakan kesempatan bagi kita mewujudkan potensi kita di bidang teknologi tinggi, termasuk energi nuklir, tetapi juga di sejumlah bidang lainnya,” tutur dia, dilansir RT.com.
Pernyataan Lavrov dibuat di “100 Pertanyaan untuk Pemimpin”, acara tradisional yang diselenggarakan akademi Moskow yang dinamai sama dengan Evgeny Primakov, menteri luar negeri Rusia pada 1996-1998 dan setelah itu menjadi perdana menteri.
Menurut dia, Rusia bermaksud membangun hubungan dengan negara-negara merdeka dan akan memutuskan bagaimana berurusan dengan Barat jika dan ketika itu masuk akal.
“Sekarang Barat mengambil posisi diktator, hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat lagi,” ungkap Lavrov kepada para pelajar di Sekolah Primakov, sekolah menengah atas yang elit di Moskow dan dinamai sama dengan nama salah satu pendahulunya.
Dia menjelaskan, “Selain menambah pendapatan langsung ke perbendaharaan, ini akan memberi kita kesempatan mengimplementasikan rencana pengembangan Timur Jauh dan Siberia Timur.”
“Mayoritas proyek dengan China terkonsentrasi di sana. Ini merupakan kesempatan bagi kita mewujudkan potensi kita di bidang teknologi tinggi, termasuk energi nuklir, tetapi juga di sejumlah bidang lainnya,” tutur dia, dilansir RT.com.
Pernyataan Lavrov dibuat di “100 Pertanyaan untuk Pemimpin”, acara tradisional yang diselenggarakan akademi Moskow yang dinamai sama dengan Evgeny Primakov, menteri luar negeri Rusia pada 1996-1998 dan setelah itu menjadi perdana menteri.
tulis komentar anda