Konflik dengan China, India Desak Rusia Percepat Pasokan S-400
Senin, 22 Juni 2020 - 16:03 WIB
MOSKOW - Menteri Pertahanan (menhan) India Rajnath Singh melakukan kunjungan Rusia pada Senin (22/6/2020). Media-media New Delhi menyebut Singh akan mendesak Moskow mempercepat pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 yang telah dibeli.
The Economic Times, media yang berbasis di New Delhi, mengatakan desakan pengiriman senjata pertahanan itu menjadi agenda kunjungan Singh. Namun, pemerintah New Delhi belum mengonfirmasi agenda kunjungan menterinya tersebut.
Desakan itu muncul ketika New Delhi dan Beijing sedang berseteru di wilayah perbatasan Himalaya. Militer kedua pihak telah bentrok pada Senin pekan lalu. Di pihak India sebanyak 20 tentaranya tewas, sedangkan di pihak China tidak mengonfirmasi berapa tentaranya yang tewas maupun terluka. (Baca: Cerita 120 Tentara India Dikepung Pasukan China, Sebagian Dimutilasi )
Rusia telah menunda pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 ke India karena pandemi Covid-19. China, yang juga merupakan mitra strategis Rusia, telah memiliki sistem rudal S-400 dalam gudang senjatanya. Sistem itu mampu mendeteksi, melacak, dan menghancurkan semua senjata musuh.
Menurut laporan Eurasian Times, pemerintah India telah memulai proses mengisi kesenjangan dalam kesiapan pertahanan, persediaan dan pengembangan profil inventaris berdasarkan skenario terburuk, termasuk konflik dua sisi dengan China dan Pakistan.
Laporan itu mengatakan bahwa India tertarik untuk mengeksplorasi apakah pengiriman sistem rudal S-400 yang lebih cepat dapat dilakukan, mengingat ikatan historis antara New Delhi dan Moskow. Keandalan pasokan senjata pertahanan canggih Rusia menjadi perhatian utama dalam jadwal kunjungan Singh.
Platform senjata pertahanan ini dipuji karena kemampuannya yang canggih terhadap pesawat jet tempur siluman dan akan memungkinkan pertahanan udara India mengancam jet tempur siluman Beijing seperti Chengdu J-20 - serta pesawat tempur siluman Pakistan yang sedang dikembangkan dengan China di bawah AZM Project.
Sebelumnya, India juga telah mempercepat proses pembelian 33 unit jet tempur dari Rusia, yang meliputi MiG-29 dan Su-30MKI. Angkatan Udara India telah menyiapkan proposal yang akan diajukan ke pemerintah untuk disetujui.
India sejauh ini telah dijanjikan mendapat 36 jet tempur Rafale dari Prancis. Empat unit jet Rafale kiriman perdana kemungkinan akan tiba di India pada akhir Juli mendatang. Namun, para ahli menyatakan bahwa 36 jet Rafale tidak akan cukup untuk serangan kembar dari China dan Pakistan. (Baca juga: China dan India Sama-sama Tak Takut Perang, Konflik Makin Memanas )
Tom Cooper, seorang ahli penerbangan, menyatakan keheranan bahwa Angkatan Udara India sekali lagi menginginkan Su-30 dan MiG-29 untuk memenuhi persyaratan daruratnya. Menurutnya, Su-30 tampak keren di atas kertas, namun tidak memiliki kinerja dan kemampuan tempur.
"Angkatan udara Anda memiliki 200 hingga 250 unit Su-30," tulis Cooper di Facebook. "Namun, ketika Anda ingin membom geng teroris di negara tetangga (Pakistan), Anda membutuhkan Mirage 2000 yang berusia hampir 40 tahun, sebagai gantinya," lanjut dia.
The Economic Times, media yang berbasis di New Delhi, mengatakan desakan pengiriman senjata pertahanan itu menjadi agenda kunjungan Singh. Namun, pemerintah New Delhi belum mengonfirmasi agenda kunjungan menterinya tersebut.
Desakan itu muncul ketika New Delhi dan Beijing sedang berseteru di wilayah perbatasan Himalaya. Militer kedua pihak telah bentrok pada Senin pekan lalu. Di pihak India sebanyak 20 tentaranya tewas, sedangkan di pihak China tidak mengonfirmasi berapa tentaranya yang tewas maupun terluka. (Baca: Cerita 120 Tentara India Dikepung Pasukan China, Sebagian Dimutilasi )
Rusia telah menunda pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 ke India karena pandemi Covid-19. China, yang juga merupakan mitra strategis Rusia, telah memiliki sistem rudal S-400 dalam gudang senjatanya. Sistem itu mampu mendeteksi, melacak, dan menghancurkan semua senjata musuh.
Menurut laporan Eurasian Times, pemerintah India telah memulai proses mengisi kesenjangan dalam kesiapan pertahanan, persediaan dan pengembangan profil inventaris berdasarkan skenario terburuk, termasuk konflik dua sisi dengan China dan Pakistan.
Laporan itu mengatakan bahwa India tertarik untuk mengeksplorasi apakah pengiriman sistem rudal S-400 yang lebih cepat dapat dilakukan, mengingat ikatan historis antara New Delhi dan Moskow. Keandalan pasokan senjata pertahanan canggih Rusia menjadi perhatian utama dalam jadwal kunjungan Singh.
Platform senjata pertahanan ini dipuji karena kemampuannya yang canggih terhadap pesawat jet tempur siluman dan akan memungkinkan pertahanan udara India mengancam jet tempur siluman Beijing seperti Chengdu J-20 - serta pesawat tempur siluman Pakistan yang sedang dikembangkan dengan China di bawah AZM Project.
Sebelumnya, India juga telah mempercepat proses pembelian 33 unit jet tempur dari Rusia, yang meliputi MiG-29 dan Su-30MKI. Angkatan Udara India telah menyiapkan proposal yang akan diajukan ke pemerintah untuk disetujui.
India sejauh ini telah dijanjikan mendapat 36 jet tempur Rafale dari Prancis. Empat unit jet Rafale kiriman perdana kemungkinan akan tiba di India pada akhir Juli mendatang. Namun, para ahli menyatakan bahwa 36 jet Rafale tidak akan cukup untuk serangan kembar dari China dan Pakistan. (Baca juga: China dan India Sama-sama Tak Takut Perang, Konflik Makin Memanas )
Tom Cooper, seorang ahli penerbangan, menyatakan keheranan bahwa Angkatan Udara India sekali lagi menginginkan Su-30 dan MiG-29 untuk memenuhi persyaratan daruratnya. Menurutnya, Su-30 tampak keren di atas kertas, namun tidak memiliki kinerja dan kemampuan tempur.
"Angkatan udara Anda memiliki 200 hingga 250 unit Su-30," tulis Cooper di Facebook. "Namun, ketika Anda ingin membom geng teroris di negara tetangga (Pakistan), Anda membutuhkan Mirage 2000 yang berusia hampir 40 tahun, sebagai gantinya," lanjut dia.
(min)
tulis komentar anda