Pertempuran Meningkat di Donbas, Ukraina Tak Yakin Gencatan Senjata Tercapai

Minggu, 22 Mei 2022 - 16:15 WIB
Pertempuran Meningkat di Donbas, Ukraina Tak Yakin Gencatan Senjata Tercapai. FOTO/Reuters
KIEV - Ukraina mengesampingkan gencatan senjata atau konsesi ke Moskow, ketika Rusia mengintensifkan serangan di wilayah Donbas timur dan berhenti menyediakan gas ke Finlandia.

Setelah mengakhiri perlawanan pejuang Ukraina di Mariupol, Rusia melancarkan serangan besar-besaran di Luhansk, salah satu dari dua provinsi di Donbas. Separatis yang didukung Rusia telah menguasai petak-petak wilayah di Luhansk dan provinsi tetangga Donetsk sebelum invasi 24 Februari, tetapi Moskow ingin merebut wilayah terakhir yang dikuasai Ukraina di Donbas.



"Situasi di Donbas sangat sulit," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato malamnya, seperti dikutip dari Reuters. “Tentara Rusia berusaha menyerang kota Sloviansk dan Sievierodonetsk, tetapi pasukan Ukraina menahan kemajuan mereka,” lanjut Zelensky.



Pasukan Ukraina di wilayah yang dikuasai separatis di Luhansk dan Donetsk mengatakan pada hari Sabtu, bahwa mereka telah menangkis sembilan serangan dan menghancurkan lima tank dan 10 kendaraan lapis baja lainnya dalam 24 jam sebelumnya.

Pasukan Rusia menggunakan pesawat, artileri, tank, roket, mortir dan rudal di sepanjang garis depan untuk menyerang bangunan sipil dan daerah pemukiman, kata pihak Ukraina dalam sebuah posting Facebook. Sedikitnya tujuh orang tewas di wilayah Donetsk, kata mereka.



Sementara itu, penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak mengesampingkan persetujuan gencatan senjata dan mengatakan Kiev tidak akan menerima kesepakatan apa pun dengan Moskow yang melibatkan penyerahan wilayah.

“Membuat konsesi akan menjadi bumerang bagi Ukraina karena Rusia akan membalas lebih keras setelah pecahnya pertempuran,” kata Podolyak. "Perang tidak akan berhenti (setelah konsesi). Itu hanya akan ditunda untuk beberapa waktu," lanjutnya.

"Mereka akan memulai serangan baru, bahkan lebih berdarah dan berskala besar," tambah Podolyak, yang juga berstatus negosiator utama Ukraina kepada Reuters dalam sebuah wawancara di kantor kepresidenan yang dijaga ketat.

Seruan baru-baru ini untuk gencatan senjata segera datang dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi.



Berakhirnya pertempuran di Mariupol, kota terbesar yang direbut Rusia, memberi Presiden Rusia Vladimir Putin kemenangan langka setelah serangkaian kemunduran dalam pertempuran hampir tiga bulan. Pasukan terakhir Ukraina yang menyembunyikan pabrik baja Azovstal Mariupol yang luas menyerah pada hari Jumat, kata Rusia.

Kendali penuh atas Mariupol memberi Rusia komando rute darat yang menghubungkan Semenanjung Krimea, yang direbut Moskow pada 2014, dengan daratan Rusia dan wilayah timur Ukraina yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More