Hizbullah Kalah Pemilu Parlemen Lebanon, Kubu Lawan Menguat
Senin, 16 Mei 2022 - 19:01 WIB
BEIRUT - Kelompok Hizbullah dan sekutunya tampaknya menderita kekalahan dalam pemilu parlemen Lebanon akhir pekan ini.
Hasil awal penghitungan pada Senin (16/5/2022) menunjukkan lawan terkuat mereka mengambil lebih banyak kursi dan beberapa mitra tradisional mereka tersingkir dari legislatif.
Terlepas dari kemunduran yang tampak, Hizbullah dan sekutu utama Syiahnya, kelompok Amal dari Ketua Parlemen Nabih Berri, kemungkinan akan mempertahankan 27 kursi yang dialokasikan untuk kubu tersebut.
Namun, tidak jelas apakah kelompok yang didukung Iran dan sekutunya akan mempertahankan mayoritas yang mereka pegang sejak 2018, ketika mereka memiliki 71 kursi dari 128 kursi di parlemen.
Sementara itu, kubu independen, termasuk dari gerakan protes 2019, meraup 10 kursi. Pencapaian itu besar mengingat mereka masuk ke pemungutan suara terfragmentasi dan menghadapi intimidasi serta ancaman oleh partai-partai arus utama.
Hasil itu mengirimkan pesan yang kuat kepada politisi kelas penguasa yang telah mempertahankan kursi mereka meskipun keruntuhan ekonomi yang menghancurkan telah menjerumuskan sebagian besar negara ke dalam kemiskinan.
Dengan hasil pemilu itu, parlemen terpolarisasi tajam dengan anggota parlemen yang akan merasa sulit bekerja sama meloloskan undang-undang yang diperlukan untuk memulai pemulihan keuangan dan mendukung pemerintah dengan tantangan besar yang ada di depan.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati, yang berharap kembali sebagai kepala pemerintahan pasca pemilihan, mendesak berbagai kelompok dan kubu independen yang akan diwakili di parlemen baru untuk bergerak cepat, “Karena apa yang kita lalui tidak dapat menahan pertengkaran (politik) dengan mengorbankan prioritas.”
Mikati tampaknya mengacu pada konsultasi yang diharapkan akan segera dimulai untuk menunjuk perdana menteri baru yang misi utama pemerintahnya adalah bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional untuk bekerja mengeluarkan Lebanon dari krisis ekonomi yang melumpuhkan.
Legislatif harus menyusun undang-undang baru yang terkait dengan krisis ekonomi, seperti undang-undang pengendalian modal.
Dengan suara yang masih dihitung, hasil tidak resmi menunjukkan sekutu Kristen Hizbullah, Gerakan Patriotik Bebas yang didirikan Presiden Michel Aoun, kalah dari saingan tradisional Kristennya, sayap kanan Pasukan Lebanon yang dipimpin Samir Geagea.
Pemilu yang diawasi ketat pada Minggu adalah yang pertama sejak krisis ekonomi yang menghancurkan meletus di Lebanon pada Oktober 2019, memicu protes nasional terhadap kelas penguasa yang dipersalahkan selama beberapa dekade melakukan korupsi dan salah urus.
Kehancuran itu diperparah oleh pandemi dan ledakan pelabuhan Beirut Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang, melukai ribuan orang, dan menghancurkan sebagian ibu kota Lebanon.
Ledakan itu, yang secara luas dipersalahkan karena kelalaian, dipicu ratusan ton amonium nitrat yang tidak tersimpan dengan baik, yang tersulut di gudang pelabuhan.
Jumlah pemilih dikatakan mencapai 41%, kurang dari 49% dalam pemilu sebelumnya. Hasil resmi diharapkan akan diumumkan Senin malam.
Lebanon mengadakan pemilu setiap empat tahun dan parlemen baru akan memilih presiden baru setelah masa jabatan Aoun berakhir pada Oktober.
Menurut hasil awal yang diumumkan masing-masing kelompok, kelompok independen dapat menyingkirkan beberapa politisi lama dari parlemen, termasuk politisi Druze yang bersekutu dengan Hizbullah, Talal Arslan.
Partai Pasukan Kristen Lebanon yang didukung Arab Saudi, yang telah menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap Hizbullah, tampaknya menjadi pemenang terbesar.
Fraksi era perang saudara itu mengaku memenangkan 20 kursi, menambahkan lima anggota dari pemungutan suara 2018.
Ini akan menjadikannya blok Kristen terbesar di parlemen, menggantikan Gerakan Patriotik Bebas yang telah menjadi sekutu Hizbullah sejak 2006.
Asaad Hardan, sekutu kuat Hizbullah di Lebanon selatan, dilaporkan kehilangan kursinya yang direbut independen.
Independen lainnya, Mark Daou, mengatakan, "Kita menuju kemenangan besar."
Daou bertarung di wilayah Aley, Gunung Lebanon, melawan politisi Druze lama Talal Arslan.
Lihat Juga: Putus Asa, Netanyahu Tawarkan Hadiah Rp79 Miliar bagi Tiap Tawanan yang Dibebaskan dari Gaza
Hasil awal penghitungan pada Senin (16/5/2022) menunjukkan lawan terkuat mereka mengambil lebih banyak kursi dan beberapa mitra tradisional mereka tersingkir dari legislatif.
Terlepas dari kemunduran yang tampak, Hizbullah dan sekutu utama Syiahnya, kelompok Amal dari Ketua Parlemen Nabih Berri, kemungkinan akan mempertahankan 27 kursi yang dialokasikan untuk kubu tersebut.
Namun, tidak jelas apakah kelompok yang didukung Iran dan sekutunya akan mempertahankan mayoritas yang mereka pegang sejak 2018, ketika mereka memiliki 71 kursi dari 128 kursi di parlemen.
Sementara itu, kubu independen, termasuk dari gerakan protes 2019, meraup 10 kursi. Pencapaian itu besar mengingat mereka masuk ke pemungutan suara terfragmentasi dan menghadapi intimidasi serta ancaman oleh partai-partai arus utama.
Hasil itu mengirimkan pesan yang kuat kepada politisi kelas penguasa yang telah mempertahankan kursi mereka meskipun keruntuhan ekonomi yang menghancurkan telah menjerumuskan sebagian besar negara ke dalam kemiskinan.
Dengan hasil pemilu itu, parlemen terpolarisasi tajam dengan anggota parlemen yang akan merasa sulit bekerja sama meloloskan undang-undang yang diperlukan untuk memulai pemulihan keuangan dan mendukung pemerintah dengan tantangan besar yang ada di depan.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati, yang berharap kembali sebagai kepala pemerintahan pasca pemilihan, mendesak berbagai kelompok dan kubu independen yang akan diwakili di parlemen baru untuk bergerak cepat, “Karena apa yang kita lalui tidak dapat menahan pertengkaran (politik) dengan mengorbankan prioritas.”
Mikati tampaknya mengacu pada konsultasi yang diharapkan akan segera dimulai untuk menunjuk perdana menteri baru yang misi utama pemerintahnya adalah bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional untuk bekerja mengeluarkan Lebanon dari krisis ekonomi yang melumpuhkan.
Legislatif harus menyusun undang-undang baru yang terkait dengan krisis ekonomi, seperti undang-undang pengendalian modal.
Dengan suara yang masih dihitung, hasil tidak resmi menunjukkan sekutu Kristen Hizbullah, Gerakan Patriotik Bebas yang didirikan Presiden Michel Aoun, kalah dari saingan tradisional Kristennya, sayap kanan Pasukan Lebanon yang dipimpin Samir Geagea.
Pemilu yang diawasi ketat pada Minggu adalah yang pertama sejak krisis ekonomi yang menghancurkan meletus di Lebanon pada Oktober 2019, memicu protes nasional terhadap kelas penguasa yang dipersalahkan selama beberapa dekade melakukan korupsi dan salah urus.
Kehancuran itu diperparah oleh pandemi dan ledakan pelabuhan Beirut Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang, melukai ribuan orang, dan menghancurkan sebagian ibu kota Lebanon.
Ledakan itu, yang secara luas dipersalahkan karena kelalaian, dipicu ratusan ton amonium nitrat yang tidak tersimpan dengan baik, yang tersulut di gudang pelabuhan.
Jumlah pemilih dikatakan mencapai 41%, kurang dari 49% dalam pemilu sebelumnya. Hasil resmi diharapkan akan diumumkan Senin malam.
Lebanon mengadakan pemilu setiap empat tahun dan parlemen baru akan memilih presiden baru setelah masa jabatan Aoun berakhir pada Oktober.
Menurut hasil awal yang diumumkan masing-masing kelompok, kelompok independen dapat menyingkirkan beberapa politisi lama dari parlemen, termasuk politisi Druze yang bersekutu dengan Hizbullah, Talal Arslan.
Partai Pasukan Kristen Lebanon yang didukung Arab Saudi, yang telah menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap Hizbullah, tampaknya menjadi pemenang terbesar.
Fraksi era perang saudara itu mengaku memenangkan 20 kursi, menambahkan lima anggota dari pemungutan suara 2018.
Ini akan menjadikannya blok Kristen terbesar di parlemen, menggantikan Gerakan Patriotik Bebas yang telah menjadi sekutu Hizbullah sejak 2006.
Asaad Hardan, sekutu kuat Hizbullah di Lebanon selatan, dilaporkan kehilangan kursinya yang direbut independen.
Independen lainnya, Mark Daou, mengatakan, "Kita menuju kemenangan besar."
Daou bertarung di wilayah Aley, Gunung Lebanon, melawan politisi Druze lama Talal Arslan.
Lihat Juga: Putus Asa, Netanyahu Tawarkan Hadiah Rp79 Miliar bagi Tiap Tawanan yang Dibebaskan dari Gaza
(sya)
tulis komentar anda