Cerita TNI Dipuji PBB karena Musnahkan 2 Kontainer Penuh Bom di Afrika Tengah
Senin, 09 Mei 2022 - 15:46 WIB
Berdasarkan hasil inspeksi di lokasi temuan, bom dan sejenisnya memiliki kondisi yang beragam, beberapa dalam kondisi utuh namun kebanyakan dalam kondisi yang sudah ditajamkan dan sangat berbahaya ditambah berat total bom dan munisi yang harus di-disposal hampir mencapai satu ton.
"Ini merupakan tugas yang sangat berbahaya. Beberapa benda di dalam kontainer sebagian masih dalam keadaan aktif dan sudah ditajamkan seperti bom rakitan, mortir, roket, peluru RPG, dan granat tangan. Salah bertindak maka bisa meledak di tempat,” papar perwira lulusan Akademi Militer (Akmil) 2009 itu.
Pihak PBB lalu menjelaskan kepada TNI bahwa dua kontainer tersebut sebagian besar berasal dari temuan di sekitar Bangui dan hasil proses DDR (Disarmament Demobilitation and Reintegration) di seluruh pedalaman CAR, yang mana itu adalah program dari PBB untuk kombatan agar menyerahkan seluruh persenjataannya dan mendukung mereka agar kembali ke lingkungan kehidupan bermasyarakat yang damai.
Selain dari isi kedua kontainer, terdapat pula munisi yang sudah kedaluarsa dan tidak dapat digunakan lagi dari peacekeeper yang bertugas di CAR.
"Yang paling berbahaya adalah hasil DDR, karena itulah yang benar-benar digunakan untuk perang di sini dan sebagian besar kondisinya tidak utuh,” papar Bruno Bouchardy dari pihak PBB dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Senin (9/5/2022).
Satgas TNI segera merencanakkan kegiatan disposal tersebut dalam kurun waktu sepanjang April 2022. Penjinakkan disposal dibagi menjadi dua proses, yaitu dengan cara dibakar untuk peluru munisi kaliber kecil, dan diledakkan untuk bom dan munisi besar seperti roket, peluru mortar, RPG dan granat.
Jika dihitung keseluruhan, TNI harus menyelesaikan pemusnahan 33.230 butir munisi kaliber kecil, 1.501 butir munisi kaliber besar, 296 buah granat, 44 buah peluru mortar, 51 buah peluru RPG dan booster, 9 butir peluru roket dan booster, serta 152 buah fuse mortir dan detonator granat.
Selama proses disposal, TNI selalu berkolaborasi dengan UNMAS yang ahli dalam menangani berbagai macam bom. Menurut pihak UNMAS, TNI sangat profesional.
“Kami sangat kagum akan kinerja Indonesia. Mereka tidak banyak bicara, bekerja dengan cepat, serius dan memiliki standar prosedur keamanan yang tinggi di pekerjaan mengancam nyawa ini,” kata salah satu personel UNMAS, Mariusz Zaremba.
Di Akhir kegiatan, Indonesia mendapat kehormatan dikunjungi Mission Chief of Staff MINUSCA, Vivian Van de Pierre.
"Ini merupakan tugas yang sangat berbahaya. Beberapa benda di dalam kontainer sebagian masih dalam keadaan aktif dan sudah ditajamkan seperti bom rakitan, mortir, roket, peluru RPG, dan granat tangan. Salah bertindak maka bisa meledak di tempat,” papar perwira lulusan Akademi Militer (Akmil) 2009 itu.
Pihak PBB lalu menjelaskan kepada TNI bahwa dua kontainer tersebut sebagian besar berasal dari temuan di sekitar Bangui dan hasil proses DDR (Disarmament Demobilitation and Reintegration) di seluruh pedalaman CAR, yang mana itu adalah program dari PBB untuk kombatan agar menyerahkan seluruh persenjataannya dan mendukung mereka agar kembali ke lingkungan kehidupan bermasyarakat yang damai.
Selain dari isi kedua kontainer, terdapat pula munisi yang sudah kedaluarsa dan tidak dapat digunakan lagi dari peacekeeper yang bertugas di CAR.
"Yang paling berbahaya adalah hasil DDR, karena itulah yang benar-benar digunakan untuk perang di sini dan sebagian besar kondisinya tidak utuh,” papar Bruno Bouchardy dari pihak PBB dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Senin (9/5/2022).
Satgas TNI segera merencanakkan kegiatan disposal tersebut dalam kurun waktu sepanjang April 2022. Penjinakkan disposal dibagi menjadi dua proses, yaitu dengan cara dibakar untuk peluru munisi kaliber kecil, dan diledakkan untuk bom dan munisi besar seperti roket, peluru mortar, RPG dan granat.
Jika dihitung keseluruhan, TNI harus menyelesaikan pemusnahan 33.230 butir munisi kaliber kecil, 1.501 butir munisi kaliber besar, 296 buah granat, 44 buah peluru mortar, 51 buah peluru RPG dan booster, 9 butir peluru roket dan booster, serta 152 buah fuse mortir dan detonator granat.
Selama proses disposal, TNI selalu berkolaborasi dengan UNMAS yang ahli dalam menangani berbagai macam bom. Menurut pihak UNMAS, TNI sangat profesional.
“Kami sangat kagum akan kinerja Indonesia. Mereka tidak banyak bicara, bekerja dengan cepat, serius dan memiliki standar prosedur keamanan yang tinggi di pekerjaan mengancam nyawa ini,” kata salah satu personel UNMAS, Mariusz Zaremba.
Di Akhir kegiatan, Indonesia mendapat kehormatan dikunjungi Mission Chief of Staff MINUSCA, Vivian Van de Pierre.
tulis komentar anda