Bos CIA Ungkap Ada 2 Ancaman Terbesar yang Sedang Dihadapi AS
Jum'at, 15 April 2022 - 13:02 WIB
WASHINGTON - Direktur CIA William Burns menguraikan dua ancaman besar yang dihadapi Amerika Serikat (AS). Dia menunjuk pada kebangkitan China di panggung dunia dan serangan militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai tantangan utama.
Dia menyatakan intelijen AS telah memasuki “era baru.” Berbicara di Institut Teknologi Georgia pada Kamis untuk pidato publik pertamanya sebagai kepala CIA, Burns berpendapat, "China yang semakin bermusuhan dan Rusia yang garang serta revisionis telah memaksa badan intelijen membayangkan kembali dirinya sendiri untuk bersaing dengan sukses di era baru ini."
“China Xi Jinping adalah tantangan terbesar kita, dalam banyak hal ujian paling mendalam yang pernah dihadapi CIA,” papar Burns.
Dia menambahkan, “Sebagai dinas intelijen, kita tidak pernah berurusan dengan musuh dengan jangkauan yang lebih luas.”
Menurut dia, China dan Rusia berusaha menyalip AS secara harfiah di setiap domain, dari kekuatan ekonomi hingga kekuatan militer, dan dari luar angkasa hingga dunia maya.
Menyebut China sebagai "mitra diam" dalam "agresi" Rusia terhadap Ukraina, kepala intelijen juga memperingatkan operasi militer yang sedang berlangsung merupakan "ancaman langsung".
Dia menunjukkan bahwa "keputusasaan" di pihak Presiden Rusia Vladimir Putin dapat memicu perang nuklir.
“Tidak seorang pun dari kita dapat menganggap enteng ancaman yang ditimbulkan potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir hasil rendah,” ujar dia.
Namun, Burns juga mencatat, meskipun "sikap retoris" dari Moskow yang menempatkan pasukan nuklirnya pada status siaga yang lebih tinggi segera setelah meluncurkan serangannya ke Ukraina pada akhir Februari, badan intelijen AS "belum melihat banyak bukti praktis dari jenis pengerahan atau disposisi militer yang akan memperkuat kekhawatiran itu.”
Sejak menjabat, Presiden AS Joe Biden telah berulang kali menampilkan China sebagai musuh utama Washington.
Biden melanjutkan serangkaian kebijakan bermusuhan yang diterapkan pemerintahan Donald Trump.
Kapal perang Amerika telah secara teratur dikerahkan ke perairan yang disengketakan di Laut China Selatan, dan telah melakukan transit hampir setiap bulan di Selat Taiwan meskipun ada keberatan vokal dari para pejabat di Beijing.
Rusia juga menonjol dalam retorika dari Gedung Putih, yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir ketika Biden menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kejahatan perang dan “genosida”.
Biden juga tampaknya menuntut perubahan rezim Rusia dalam pidato bulan lalu.
Dia menyatakan intelijen AS telah memasuki “era baru.” Berbicara di Institut Teknologi Georgia pada Kamis untuk pidato publik pertamanya sebagai kepala CIA, Burns berpendapat, "China yang semakin bermusuhan dan Rusia yang garang serta revisionis telah memaksa badan intelijen membayangkan kembali dirinya sendiri untuk bersaing dengan sukses di era baru ini."
“China Xi Jinping adalah tantangan terbesar kita, dalam banyak hal ujian paling mendalam yang pernah dihadapi CIA,” papar Burns.
Dia menambahkan, “Sebagai dinas intelijen, kita tidak pernah berurusan dengan musuh dengan jangkauan yang lebih luas.”
Menurut dia, China dan Rusia berusaha menyalip AS secara harfiah di setiap domain, dari kekuatan ekonomi hingga kekuatan militer, dan dari luar angkasa hingga dunia maya.
Baca Juga
Menyebut China sebagai "mitra diam" dalam "agresi" Rusia terhadap Ukraina, kepala intelijen juga memperingatkan operasi militer yang sedang berlangsung merupakan "ancaman langsung".
Dia menunjukkan bahwa "keputusasaan" di pihak Presiden Rusia Vladimir Putin dapat memicu perang nuklir.
“Tidak seorang pun dari kita dapat menganggap enteng ancaman yang ditimbulkan potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir hasil rendah,” ujar dia.
Namun, Burns juga mencatat, meskipun "sikap retoris" dari Moskow yang menempatkan pasukan nuklirnya pada status siaga yang lebih tinggi segera setelah meluncurkan serangannya ke Ukraina pada akhir Februari, badan intelijen AS "belum melihat banyak bukti praktis dari jenis pengerahan atau disposisi militer yang akan memperkuat kekhawatiran itu.”
Sejak menjabat, Presiden AS Joe Biden telah berulang kali menampilkan China sebagai musuh utama Washington.
Biden melanjutkan serangkaian kebijakan bermusuhan yang diterapkan pemerintahan Donald Trump.
Kapal perang Amerika telah secara teratur dikerahkan ke perairan yang disengketakan di Laut China Selatan, dan telah melakukan transit hampir setiap bulan di Selat Taiwan meskipun ada keberatan vokal dari para pejabat di Beijing.
Rusia juga menonjol dalam retorika dari Gedung Putih, yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir ketika Biden menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kejahatan perang dan “genosida”.
Biden juga tampaknya menuntut perubahan rezim Rusia dalam pidato bulan lalu.
(sya)
tulis komentar anda