Cairan Sampah Nuklir dari Pabrik Senjata Atom AS Bocor, Cek Situasi Terkini

Selasa, 12 April 2022 - 09:02 WIB
Fasilitas besar ini dioperasikan Departemen Energi AS dan menyimpan limbah radioaktif yang dihasilkan dalam pembuatan persenjataan nuklir AS, yang mencakup ribuan hulu ledak nuklir yang terbuat dari uranium dan plutonium.

Melalui proses alami, unsur radioaktif seperti uranium dan plutonium meluruh menjadi isotop unsur yang lebih kecil saat mereka memancarkan radiasi alfa, dan produk peluruhan itu bisa sama radioaktifnya, jika tidak lebih, daripada bahan asalnya.

Akhirnya radioaktif akan meluruh hingga mencapai isotop stabil, tetapi proses itu bisa memakan waktu puluhan ribu tahun.

Namun, limbah yang disimpan di Carlsbad bukan hanya logam uranium, tetapi juga bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatannya, seperti jas lab, sarung tangan, peralatan dan barang-barang lain yang terkontaminasi oleh bahan radioaktif.

Itulah sebabnya AS memutuskan menyimpan limbah ini jauh di dalam endapan garam tebal di cekungan Delaware, di mana limbah tersebut dapat disimpan dengan aman hingga 10.000 tahun.

Dua repositori geologi dalam serupa lainnya ada di Jerman, di Morsleben dan Schacht Asse. Washington awalnya bermaksud menggunakan Gunung Yucca di Nevada untuk menyimpan semua limbah nuklirnya, termasuk dari pembangkit listrik.

Namun pembangunan situs tersebut dibatalkan pada 2009 karena meluasnya penolakan warga lokal terhadap rencana tersebut.

Warga khawatir kebocoran radioaktif bisa terjadi. Ada juga keberatan penduduk asli Amerika terhadap penodaan situs suci mereka oleh aktivitas nuklir berbahaya itu.

Sebagai akibat dari pembatalan proyek Gunung Yucca, pembangkit listrik tenaga nuklir AS terpaksa menyimpan bahan bakar nuklir bekas mereka sendiri di fasilitas di atas tanah.

Salah satu fasilitas besar di negara bagian Washington, yang dikenal sebagai Situs Hanford, bertanggung jawab untuk memurnikan sebagian besar plutonium yang digunakan dalam sekitar 65.000 senjata nuklir yang dibangun oleh AS sejak 1945.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More