Koper Nuklir AS Nuclear Football dan Cara Meluncurkannya

Senin, 11 April 2022 - 22:39 WIB
Para ajudan Presiden AS Joe Biden membawa koper nuklir menuju helikopter kepresidenan. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Ke mana pun Presiden Amerika Serikat (AS) pergi, seorang ajudan militer berada hanya beberapa meter jaraknya, membawa tas kerja dengan kemampuan meluncurkan persenjataan nuklir.

“Football” nuklir Amerika, yang secara resmi dikenal sebagai Tas Darurat Kepresidenan, pertama kali digunakan setelah Krisis Rudal Kuba. Dapat dipahami bahwa Presiden John F Kennedy khawatir tentang keamanan di sekitar peluncuran senjata nuklir.

Pejabat keamanan AS membuat tas kerja yang akan memberi presiden sarana untuk dengan cepat menerima informasi dan mengizinkan serangan nuklir.





Tetapi, anggota parlemen AS dari Partai Demokrat meminta Presiden Joe Biden untuk menyerahkan kekuasaan sepihak itu.



Surat itu, yang dipimpin anggota DPR AS Jimmy Panetta dan Ted Lieu meminta para pejabat, seperti wakil presiden dan ketua DPR, untuk menyetujui perintah peluncuran sebelum dapat dikeluarkan.



Surat itu, yang dikirim ke Gedung Putih pada Februari, “Mengusulkan beberapa alternatif untuk menginvestasikan presiden dengan otoritas tunggal, tidak terkendali dan final untuk memerintahkan penggunaan senjata nuklir.”

The Football sebenarnya tidak memiliki tombol untuk meluncurkan perang nuklir. Sebaliknya, itu berisi serangkaian buku kode dengan perintah yang dapat dikomunikasikan ke Pentagon.

Dapat dipahami bahwa Football nuklir juga memberi Presiden opsi serangan nuklir yang telah direncanakan sebelumnya, misalnya memungkinkan dia memilih negara atau kota yang akan ditargetkan.

Ketika seorang Presiden dilantik, mereka diberikan kartu plastik yang berisi kode nuklir, kartu tersebut disebut sebagai "biskuit", dan serangan nuklir tidak dapat diluncurkan tanpanya.

Selama kunjungan Presiden Donald Trump ke China pada 2017, para pejabat China mencoba menghentikan ajudan militer yang membawa koper itu memasuki auditorium di Balai Besar Rakyat Beijing, meskipun situasinya dengan cepat diselesaikan.

“Football” nuklir selalu dibawa perwira militer berseragam dan bersenjata yang dibelenggu di pergelangan tangan mereka.

Masing-masing dari lima cabang US Uniformed Services memasok perwira menengah yang ditugaskan membawa tas kerja paling berbahaya di dunia itu.

Football nuklir kedua disimpan dekat Wakil Presiden AS, sementara koper cadangan berada di Gedung Putih.

"Football nuklir" yang selalu menyertai seorang Presiden tidak memiliki tombol, melainkan memiliki peralatan dan dokumen pengambilan keputusan yang akan digunakan Presiden untuk mengautentikasi perintahnya dan melancarkan serangan.

"Presiden sendiri tidak dapat menekan tombol dan menyebabkan rudal terbang. Dia hanya bisa memberikan perintah otentik yang akan diikuti orang lain dan kemudian rudal akan terbang," papar Dr Peter Feaver, profesor kebijakan publik dan ilmu politik di Duke University, kepada anggota parlemen Kongres tahun lalu.

"Sistem ini bukan tombol yang dapat secara tidak sengaja disandarkan oleh Presiden ke meja dan langsung menyebabkan rudal terbang seperti yang saya kira ditakuti oleh beberapa orang di publik," ujar Feaver bersaksi.

Dia menambahkan keputusan melancarkan serangan nuklir mengharuskan Presiden untuk bekerja dengan ajudan militer yang memiliki bahan yang dia butuhkan untuk memerintahkan serangan, serta personel di semua tingkatan, dari komandan tertinggi hingga anggota layanan yang bekerja di silo rudal.

Apakah dia berada di Gedung Putih, dalam iring-iringan mobil, di atas Air Force One atau dalam perjalanan ke luar negeri, perintah serangan nuklir itu bisa diberikan.

Ada juga Football nuklir untuk wakil presiden. Tas Darurat Kepresidenan, demikian sebutan resminya, berisi empat hal, menurut buku mantan Direktur Kantor Militer Gedung Putih Bill Gulley "Breaking Cover."

Ada buku hitam yang mencantumkan menu opsi serangan; kartu tiga kali lima inci dengan kode otentikasi untuk Presiden untuk mengkonfirmasi identitasnya; daftar bunker aman tempat Presiden dapat berlindung; dan petunjuk penggunaan Sistem Siaran Darurat.

Sementara perwira militer yang akan melakukan peluncuran nuklir diharuskan bekerja berpasangan, di mana keduanya harus setuju sebelum mereka dapat melakukan peluncuran nuklir, tidak ada pengawasan seperti itu pada tindakan Presiden.

"Hanya Presiden Amerika Serikat yang dapat memerintahkan penggunaan senjata nuklir AS," menurut pensiunan Jenderal Angkatan Udara Robert Kehler, yang bersaksi di depan anggota Kongres tahun lalu.

Sebagian besar proses peluncuran nuklir dirahasiakan tetapi Kehler, yang sebelumnya menjabat sebagai komandan Komando Strategis AS di bawah Presiden Barack Obama, menjelaskan ada lapisan perlindungan dalam sistem saat ini yang dirancang memastikan setiap perintah legal dan sesuai secara proporsional.

"Ini adalah sistem yang dikendalikan oleh manusia ... tidak ada yang terjadi secara otomatis," ujar dia, menambahkan militer AS tidak secara membabi buta mengikuti perintah dan perintah presiden untuk menggunakan senjata nuklir harus legal.

Sementara Presiden tetap memiliki kewenangan konstitusional memerintahkan beberapa tindakan militer, Kehler menjelaskan, “Proses keputusan nuklir mencakup penilaian, peninjauan dan konsultasi antara Presiden dan pemimpin sipil dan militer kunci, diikuti dengan transmisi dan implementasi setiap keputusan presiden oleh pasukan itu sendiri."
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More