Turki Curigai Konspirasi di Balik Ranjau Laut Hitam
Senin, 11 April 2022 - 16:41 WIB
ANKARA - Menteri Pertahanan (Menhan) Turki Hulusi Akar menduga ranjau yang ditemukan di lepas pantai negaranya sengaja dikerahkan di Laut Hitam sebagai dalih mengirim kapal penyapu ranjau NATO ke wilayah tersebut.
Perkembangan itu terjadi di tengah konflik Rusia-Ukraina yang makin memanas.
“Kami ragu apakah ranjau itu dibiarkan dengan sengaja,” ungkap menteri pertahanan itu kepada anggota Dewan Eksekutif dan Keputusan Pusat Turki (MKYK) dalam rapat pekan lalu, Hurriyet Daily News melaporkan pada Minggu (10/4/2022).
“Mungkin ranjau ini tertinggal dengan rencana kapal penyapu ranjau NATO memasuki Laut Hitam,” papar dia.
“Tujuan dari skema jenis ini mungkin untuk menekan Ankara agar mengizinkan kapal perang NATO memasuki Laut Hitam melalui Selat Turki,” ujar Akar.
Dia bersikeras bahwa Ankara akan mematuhi Konvensi Montreux, yang memungkinkan Turki mengatur lalu lintas maritim melalui selat selama masa perang.
“Kami tidak akan membiarkan kapal perang masuk ke Laut Hitam. Kami tidak akan membiarkan Laut Hitam ditarik ke dalam perang,” ujar dia.
Pasukan Turki telah mendeteksi dan menjinakkan atau menghancurkan setidaknya tiga ranjau sejak Rusia memulai serangan militernya di Ukraina pada Februari.
Banyak lagi bahan peledak semacam itu yang mungkin masih mengambang di perairan Laut Hitam.
“Kami tidak tahu siapa yang meninggalkan ranjau di Laut Hitam,” papar Akar.
Dia menambahkan, “Mereka buatan Rusia, tetapi masalah negara mana yang meninggalkannya sedang diselidiki. Ada laporan bahwa ada sekitar 400 ranjau. Kami berbicara dengan pihak berwenang Bulgaria dan Rumania. Mereka juga melakukan pemantauan.”
Kekhawatiran lain adalah cara ranjau dikerahkan. Akar mengatakan bahan peledak seperti itu biasanya dirancang untuk mengunci diri mereka sendiri ketika terlepas dari kabel yang menahan mereka pada posisinya, tetapi tidak demikian halnya dengan ranjau yang ditemukan dalam beberapa pekan terakhir.
“Jadi bisa saja dibiarkan seperti itu dengan sengaja. Kami sedang menyelidiki,” papar dia.
Kiev menuduh militer Rusia melakukan berbagai kekejaman, yang oleh Amerika Serikat (AS) dan anggota NATO lainnya sebagai fakta dan disebut sebagai kejahatan perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh pasukan Rusia meletakkan ranjau di Laut Hitam sebagai "amunisi melayang yang tidak terkendali," menciptakan "ancaman terburuk bagi keamanan internasional sejak Perang Dunia II."
Moskow telah membantah tuduhan itu, dengan mengatakan Ukraina sedang mencoba memanipulasi liputan media tentang konflik tersebut.
Faktanya, Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) mengatakan bahwa Ukraina yang menempatkan bahan peledak di Laut Hitam, mengerahkan 420 ranjau jangkar "usang" di luar beberapa pelabuhannya.
Beberapa ranjau telah terlepas dari kabelnya dan dapat menimbulkan ancaman keamanan sejauh Laut Mediterania saat mereka hanyut ke selatan, FSB memperingatkan bulan lalu.
Perkembangan itu terjadi di tengah konflik Rusia-Ukraina yang makin memanas.
“Kami ragu apakah ranjau itu dibiarkan dengan sengaja,” ungkap menteri pertahanan itu kepada anggota Dewan Eksekutif dan Keputusan Pusat Turki (MKYK) dalam rapat pekan lalu, Hurriyet Daily News melaporkan pada Minggu (10/4/2022).
“Mungkin ranjau ini tertinggal dengan rencana kapal penyapu ranjau NATO memasuki Laut Hitam,” papar dia.
“Tujuan dari skema jenis ini mungkin untuk menekan Ankara agar mengizinkan kapal perang NATO memasuki Laut Hitam melalui Selat Turki,” ujar Akar.
Dia bersikeras bahwa Ankara akan mematuhi Konvensi Montreux, yang memungkinkan Turki mengatur lalu lintas maritim melalui selat selama masa perang.
“Kami tidak akan membiarkan kapal perang masuk ke Laut Hitam. Kami tidak akan membiarkan Laut Hitam ditarik ke dalam perang,” ujar dia.
Pasukan Turki telah mendeteksi dan menjinakkan atau menghancurkan setidaknya tiga ranjau sejak Rusia memulai serangan militernya di Ukraina pada Februari.
Banyak lagi bahan peledak semacam itu yang mungkin masih mengambang di perairan Laut Hitam.
“Kami tidak tahu siapa yang meninggalkan ranjau di Laut Hitam,” papar Akar.
Dia menambahkan, “Mereka buatan Rusia, tetapi masalah negara mana yang meninggalkannya sedang diselidiki. Ada laporan bahwa ada sekitar 400 ranjau. Kami berbicara dengan pihak berwenang Bulgaria dan Rumania. Mereka juga melakukan pemantauan.”
Kekhawatiran lain adalah cara ranjau dikerahkan. Akar mengatakan bahan peledak seperti itu biasanya dirancang untuk mengunci diri mereka sendiri ketika terlepas dari kabel yang menahan mereka pada posisinya, tetapi tidak demikian halnya dengan ranjau yang ditemukan dalam beberapa pekan terakhir.
“Jadi bisa saja dibiarkan seperti itu dengan sengaja. Kami sedang menyelidiki,” papar dia.
Kiev menuduh militer Rusia melakukan berbagai kekejaman, yang oleh Amerika Serikat (AS) dan anggota NATO lainnya sebagai fakta dan disebut sebagai kejahatan perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh pasukan Rusia meletakkan ranjau di Laut Hitam sebagai "amunisi melayang yang tidak terkendali," menciptakan "ancaman terburuk bagi keamanan internasional sejak Perang Dunia II."
Moskow telah membantah tuduhan itu, dengan mengatakan Ukraina sedang mencoba memanipulasi liputan media tentang konflik tersebut.
Faktanya, Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) mengatakan bahwa Ukraina yang menempatkan bahan peledak di Laut Hitam, mengerahkan 420 ranjau jangkar "usang" di luar beberapa pelabuhannya.
Beberapa ranjau telah terlepas dari kabelnya dan dapat menimbulkan ancaman keamanan sejauh Laut Mediterania saat mereka hanyut ke selatan, FSB memperingatkan bulan lalu.
(sya)
tulis komentar anda