Rusia Berharap Operasi Militer di Ukraina Berakhir Beberapa Hari Lagi
Jum'at, 08 April 2022 - 15:27 WIB
MOSKOW - Moskow berharap operasi militer Rusia di Ukraina mungkin berakhir dalam waktu dekat, mungkin "dalam beberapa hari mendatang."
Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada Sky News, Kamis (7/4/2022).
“Entah pasukan negara itu akan mengakhirinya dengan mencapai tujuan militer mereka atau Moskow dan Kiev akan mencapai kesepakatan melalui negosiasi,” ungkap dia.
“Prospek kesepakatan damai akan sangat bergantung pada “konsistensi” sikap Ukraina dan kesediaannya menyetujui persyaratan Rusia,” ujar Peskov.
Dia secara khusus mencatat bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap warga sipil di Donbass harus dibawa ke pengadilan.
Ketika ditanya tentang tuduhan yang dilontarkan oleh Kiev terhadap Moskow atas dugaan pembunuhan massal warga sipil di dekat Kiev, Peskov menegaskan klaim semacam itu hanyalah "palsu yang berani".
“Kami menyangkal militer Rusia dapat memiliki kesamaan dengan kekejaman ini dan mayat-mayat diperlihatkan di jalan-jalan (kota) Bucha,” papar dia kepada Sky News.
“Kita hidup di hari-hari kepalsuan dan kebohongan,” tegas dia.
“Rusia tertarik pada penyelidikan yang benar-benar independen dan objektif atas semua kejahatan” yang dilakukan di Ukraina,” ungkap Peskov.
Menurut Peskov, salah satu tujuan operasi Rusia adalah mencegah konflik yang lebih besar, yaitu potensi Perang Dunia III yang kemungkinan akan melibatkan serangan nuklir.
“Jika Ukraina bergabung dengan NATO dan kemudian mencoba merebut Krimea melalui cara militer, blok tersebut harus mempertahankannya,” papar dia.
Dia menambahkan bahwa hal itu dapat menyebabkan konflik global. “Ukraina telah menjadi pusat anti-Rusia sejak 2014,” ungkap juru bicara Kremlin, dengan alasan NATO bukanlah entitas yang murni defensif.
“Ini bukan aliansi damai. Itu disesuaikan untuk konfrontasi dan tujuan utama keberadaannya adalah untuk menghadapi negara kita,” tegas Peskov.
Wawancara Peskov segera menuai kritik dari pejabat Inggris. Anggota parlemen Inggris Tom Tugendhat yang juga kepala Komite Urusan Luar Negeri itu mencap kata-kata juru bicara Rusia itu sebagai “kebohongan (yang) tidak dimaksudkan untuk dipercaya.”
Tugendhat terlibat dalam Perang Irak ilegal, sebagai anggota angkatan bersenjata Inggris.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia atas kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali dua wilayah pemberontak dengan paksa.
Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada Sky News, Kamis (7/4/2022).
“Entah pasukan negara itu akan mengakhirinya dengan mencapai tujuan militer mereka atau Moskow dan Kiev akan mencapai kesepakatan melalui negosiasi,” ungkap dia.
“Prospek kesepakatan damai akan sangat bergantung pada “konsistensi” sikap Ukraina dan kesediaannya menyetujui persyaratan Rusia,” ujar Peskov.
Dia secara khusus mencatat bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap warga sipil di Donbass harus dibawa ke pengadilan.
Ketika ditanya tentang tuduhan yang dilontarkan oleh Kiev terhadap Moskow atas dugaan pembunuhan massal warga sipil di dekat Kiev, Peskov menegaskan klaim semacam itu hanyalah "palsu yang berani".
“Kami menyangkal militer Rusia dapat memiliki kesamaan dengan kekejaman ini dan mayat-mayat diperlihatkan di jalan-jalan (kota) Bucha,” papar dia kepada Sky News.
“Kita hidup di hari-hari kepalsuan dan kebohongan,” tegas dia.
“Rusia tertarik pada penyelidikan yang benar-benar independen dan objektif atas semua kejahatan” yang dilakukan di Ukraina,” ungkap Peskov.
Menurut Peskov, salah satu tujuan operasi Rusia adalah mencegah konflik yang lebih besar, yaitu potensi Perang Dunia III yang kemungkinan akan melibatkan serangan nuklir.
“Jika Ukraina bergabung dengan NATO dan kemudian mencoba merebut Krimea melalui cara militer, blok tersebut harus mempertahankannya,” papar dia.
Dia menambahkan bahwa hal itu dapat menyebabkan konflik global. “Ukraina telah menjadi pusat anti-Rusia sejak 2014,” ungkap juru bicara Kremlin, dengan alasan NATO bukanlah entitas yang murni defensif.
“Ini bukan aliansi damai. Itu disesuaikan untuk konfrontasi dan tujuan utama keberadaannya adalah untuk menghadapi negara kita,” tegas Peskov.
Wawancara Peskov segera menuai kritik dari pejabat Inggris. Anggota parlemen Inggris Tom Tugendhat yang juga kepala Komite Urusan Luar Negeri itu mencap kata-kata juru bicara Rusia itu sebagai “kebohongan (yang) tidak dimaksudkan untuk dipercaya.”
Tugendhat terlibat dalam Perang Irak ilegal, sebagai anggota angkatan bersenjata Inggris.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia atas kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali dua wilayah pemberontak dengan paksa.
(sya)
tulis komentar anda