Biden: Sanksi akan Buat Ekonomi Rusia Mundur 15 Tahun dan Lumpuh
Kamis, 07 April 2022 - 08:35 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sesumbar pada Rabu (6/4/2022) bahwa sanksi Amerika terhadap Rusia akan membatalkan keuntungan ekonomi negara itu selama 15 tahun terakhir dan "melumpuhkan" ekonomi Rusia untuk tahun-tahun mendatang.
Meskipun sebelumnya mengakui sanksi tidak berbuat banyak untuk menghalangi Presiden Rusia Vladimir Putin, Biden tetap meluncurkan babak baru hukuman ekonomi pada Selasa.
“Hanya dalam satu tahun, sanksi kita kemungkinan akan menghapus keuntungan ekonomi Rusia selama 15 tahun terakhir,” ungkap Biden pada konferensi serikat pekerja di Washington.
“Karena kita telah menghentikan Rusia dari mengimpor teknologi… kita akan menghambat kemampuan Rusia dalam ekonominya untuk tumbuh selama bertahun-tahun yang akan datang,” papar dia.
Langkah-langkah ini termasuk sanksi blokir terhadap lebih banyak bank Rusia, larangan investasi baru AS di Rusia, sanksi blokir terhadap "elit Rusia dan anggota keluarga mereka," dan sanksi terhadap perusahaan milik negara Rusia, dengan daftar perusahaan-perusahaan ini akan diungkapkan Departemen Keuangan pada Kamis.
Siaran pers Gedung Putih juga menyatakan, “Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia akan berkontraksi hingga 15% tahun ini, menghapus keuntungan ekonomi selama lima belas tahun terakhir.”
Pernyataan ini dikaitkan dengan "para ahli" yang tidak disebutkan namanya.
Menilai dampak sanksi AS dan internasional terhadap Rusia itu sulit. Sementara Biden mengatakan bahwa sanksi awalnya bertujuan “menghancurkan” ekonomi Rusia dan mata uangnya, rubel.
Sanksi itu dijatuhkan dalam beberapa hari setelah serangan militer Rusia di Ukraina.
Namun tampaknya, rubel telah bangkit kembali ke nilai sebelum perang dan Rusia diperkirakan meningkatkan pendapatan minyak dan gasnya lebih dari sepertiga tahun ini, menurut analisis Bloomberg.
Menurut analis Jerman Janis Kluge, rekor pendapatan energi ini akan cukup untuk menutupi dampak sanksi terkait Ukraina terhadap ekonomi Rusia dan menghentikan inflasi.
Tidak semua negara telah memotong pasokan impor teknologi ke Rusia, dan Moskow kemungkinan akan beralih ke pemasok lain untuk menebus penghentian impor Barat.
China kemungkinan akan mengisi kekosongan pasokan Barat ke Rusia.
Biden mengatakan kepada banyak orang di Washington bahwa putaran sanksi terbarunya akan “meningkatkan rasa sakit bagi Putin.”
Namun, sementara beberapa pejabat dalam pemerintahannya menggambarkan sanksi sebagai metode untuk menghalangi Putin mengejar tujuan militernya di Ukraina, Biden sendiri mengakui bulan lalu “sanksi tidak pernah menghalangi” perang yang terus berlanjut.
Meskipun sebelumnya mengakui sanksi tidak berbuat banyak untuk menghalangi Presiden Rusia Vladimir Putin, Biden tetap meluncurkan babak baru hukuman ekonomi pada Selasa.
“Hanya dalam satu tahun, sanksi kita kemungkinan akan menghapus keuntungan ekonomi Rusia selama 15 tahun terakhir,” ungkap Biden pada konferensi serikat pekerja di Washington.
“Karena kita telah menghentikan Rusia dari mengimpor teknologi… kita akan menghambat kemampuan Rusia dalam ekonominya untuk tumbuh selama bertahun-tahun yang akan datang,” papar dia.
Langkah-langkah ini termasuk sanksi blokir terhadap lebih banyak bank Rusia, larangan investasi baru AS di Rusia, sanksi blokir terhadap "elit Rusia dan anggota keluarga mereka," dan sanksi terhadap perusahaan milik negara Rusia, dengan daftar perusahaan-perusahaan ini akan diungkapkan Departemen Keuangan pada Kamis.
Siaran pers Gedung Putih juga menyatakan, “Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia akan berkontraksi hingga 15% tahun ini, menghapus keuntungan ekonomi selama lima belas tahun terakhir.”
Pernyataan ini dikaitkan dengan "para ahli" yang tidak disebutkan namanya.
Menilai dampak sanksi AS dan internasional terhadap Rusia itu sulit. Sementara Biden mengatakan bahwa sanksi awalnya bertujuan “menghancurkan” ekonomi Rusia dan mata uangnya, rubel.
Sanksi itu dijatuhkan dalam beberapa hari setelah serangan militer Rusia di Ukraina.
Namun tampaknya, rubel telah bangkit kembali ke nilai sebelum perang dan Rusia diperkirakan meningkatkan pendapatan minyak dan gasnya lebih dari sepertiga tahun ini, menurut analisis Bloomberg.
Menurut analis Jerman Janis Kluge, rekor pendapatan energi ini akan cukup untuk menutupi dampak sanksi terkait Ukraina terhadap ekonomi Rusia dan menghentikan inflasi.
Tidak semua negara telah memotong pasokan impor teknologi ke Rusia, dan Moskow kemungkinan akan beralih ke pemasok lain untuk menebus penghentian impor Barat.
China kemungkinan akan mengisi kekosongan pasokan Barat ke Rusia.
Biden mengatakan kepada banyak orang di Washington bahwa putaran sanksi terbarunya akan “meningkatkan rasa sakit bagi Putin.”
Namun, sementara beberapa pejabat dalam pemerintahannya menggambarkan sanksi sebagai metode untuk menghalangi Putin mengejar tujuan militernya di Ukraina, Biden sendiri mengakui bulan lalu “sanksi tidak pernah menghalangi” perang yang terus berlanjut.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda