Bolton: Trump Pikir Keren Menginvasi Venezuela, tapi Batal karena Putin
Kamis, 18 Juni 2020 - 10:35 WIB
WASHINGTON - John Bolton, bekas penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), mengungkap rencana Presiden Donald Trump hendak menginvasi Venezuela. Namun, rencana itu batal karena pengaruh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Bolton mengungkap rencana agresi Amerika terhadap negara sosialis itu dalam memoarnya berjudul "The Room Where It Happened". Dalam buku itu, Trump disebut menggambarkan Venezuela bagian dari AS dan invasi sebagai aksi yang keren.
Bocoran dari buku karya Bolton itu telah diterima The New York Times dan Wall Street Journal dan sebagian isinya telah dipublikasikan pada Rabu (17/6/2020). (Baca: AS Gugat Bolton, Cegah Buku Mantan Penasehat Keamanan Trump Terbit )
Peneliti dan ekonom Venezuela, Daniel Di Martino, meledek Trump setelah membaca berita bocoran dari buku Bolton. "Jadi Bolton bilang dalam bukunya bahwa Trump mengatakan Venezuela benar-benar bagian dari Amerika Serikat. Dan saya menyukainya walaupun saya tahu itu tidak realistis," katanya, dalam sebuah posting di Twitter, Kamis (18/6/2020).
"Bukan ide yang buruk Tuan Presiden @realDonaldTrump. Bukan ide yang buruk," lanjut dia via akun @DanielDiMartino.
Memoar itu dijadwalkan untuk diterbitkan pada 23 Juni, tetapi telah ditahan karena ada gugatan dari administrasi Trump dengan klaim bahwa buku itu memuat informasi rahasia.
Bolton, yang dipekerjakan oleh Trump pada April 2018, telah menjadi pendukung garis keras perubahan rezim di Iran dan pendorong AS untuk menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. (Baca: Trump: Bolton Akan Melanggar Hukum Jika Dia Terbitkan Buku )
Pada Januari 2019, Trump mengakui politisi oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela atas desakan Bolton. Namun, menurut bocoran buku Bolton, Washington menjadi ragu dengan dungan itu karena Guaido terlihat lemah dan kekanak-kanakan di sebelah Maduro yang tangguh.
Jurnalis The Washington Post, Ashley Parker, juga mengutip bocoran memoar Bolton yang menyebut Trump menggambarkan invasi terhadap Venezuela sebagai aksi yang keren.
"Trump menyarankan bahwa menyerang Venezuela akan 'keren'. Para pembantu utama Trump, termasuk Menteri Luar Negeri (Michael) Pompeo, mengejeknya di belakang. Trump bertanya apakah ia harus mengganti Pence dengan Haley pada tiket (pemilihan presiden) 2020," tulis Parker dalam laporannya.
Tak hanya soal rencana invasi terhadap Venezuela, bocoran memoar Bolton juga mengungjap bahwa Trump meminta bantuan Presiden China Xi Jinping untuk memenangkannya kembali dalam pemilihan presiden 2020.
Bolton dipecat pada September 2019, setelah dia berselisih dengan Trump atas penolakan presiden untuk membom Iran. Seruan Bolton itu sebagai respons atas tindakan Iran yang menembak jatuh pesawat tak berawak AS di Teluk Persia. (Simak juga video: Pesawat Tempur TNI AU Jatuh dan Terbakar di Riau )
Bolton mengungkap rencana agresi Amerika terhadap negara sosialis itu dalam memoarnya berjudul "The Room Where It Happened". Dalam buku itu, Trump disebut menggambarkan Venezuela bagian dari AS dan invasi sebagai aksi yang keren.
Bocoran dari buku karya Bolton itu telah diterima The New York Times dan Wall Street Journal dan sebagian isinya telah dipublikasikan pada Rabu (17/6/2020). (Baca: AS Gugat Bolton, Cegah Buku Mantan Penasehat Keamanan Trump Terbit )
Peneliti dan ekonom Venezuela, Daniel Di Martino, meledek Trump setelah membaca berita bocoran dari buku Bolton. "Jadi Bolton bilang dalam bukunya bahwa Trump mengatakan Venezuela benar-benar bagian dari Amerika Serikat. Dan saya menyukainya walaupun saya tahu itu tidak realistis," katanya, dalam sebuah posting di Twitter, Kamis (18/6/2020).
"Bukan ide yang buruk Tuan Presiden @realDonaldTrump. Bukan ide yang buruk," lanjut dia via akun @DanielDiMartino.
Memoar itu dijadwalkan untuk diterbitkan pada 23 Juni, tetapi telah ditahan karena ada gugatan dari administrasi Trump dengan klaim bahwa buku itu memuat informasi rahasia.
Bolton, yang dipekerjakan oleh Trump pada April 2018, telah menjadi pendukung garis keras perubahan rezim di Iran dan pendorong AS untuk menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. (Baca: Trump: Bolton Akan Melanggar Hukum Jika Dia Terbitkan Buku )
Pada Januari 2019, Trump mengakui politisi oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela atas desakan Bolton. Namun, menurut bocoran buku Bolton, Washington menjadi ragu dengan dungan itu karena Guaido terlihat lemah dan kekanak-kanakan di sebelah Maduro yang tangguh.
Jurnalis The Washington Post, Ashley Parker, juga mengutip bocoran memoar Bolton yang menyebut Trump menggambarkan invasi terhadap Venezuela sebagai aksi yang keren.
"Trump menyarankan bahwa menyerang Venezuela akan 'keren'. Para pembantu utama Trump, termasuk Menteri Luar Negeri (Michael) Pompeo, mengejeknya di belakang. Trump bertanya apakah ia harus mengganti Pence dengan Haley pada tiket (pemilihan presiden) 2020," tulis Parker dalam laporannya.
Tak hanya soal rencana invasi terhadap Venezuela, bocoran memoar Bolton juga mengungjap bahwa Trump meminta bantuan Presiden China Xi Jinping untuk memenangkannya kembali dalam pemilihan presiden 2020.
Bolton dipecat pada September 2019, setelah dia berselisih dengan Trump atas penolakan presiden untuk membom Iran. Seruan Bolton itu sebagai respons atas tindakan Iran yang menembak jatuh pesawat tak berawak AS di Teluk Persia. (Simak juga video: Pesawat Tempur TNI AU Jatuh dan Terbakar di Riau )
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda