Di Hiroshima, PM Jepang dan Utusan AS Peringatkan Rusia Soal Ancaman Nuklir
Minggu, 27 Maret 2022 - 01:26 WIB
TOKYO - Perdana Menteri Jepang dan Duta Besar Amerika Serikat memperingatkan Rusia soal penggunaan senjata nuklir. Hal ini diungkapkan keduanya selama kunjungan ke Hiroshima, lokasi serangan bom atom dalam Perang Dunia II, Sabtu (26/3/2022).
Peringatan mereka datang setelah Moskow pada Selasa menolak untuk mengesampingkan penggelaran persenjataan nuklirnya. Pemimpin Jepang Fumio Kishida dan Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel mengunjungi taman dan museum memorial perdamaian, di mana diplomat AS menyebut posisi Rusia "tidak berbudi".
Sekitar 140.000 orang tewas ketika Hiroshima dibom pada tahun 1945, termasuk mereka yang selamat dari ledakan tetapi meninggal setelahnya karena paparan radiasi. Tiga hari kemudian Washington menjatuhkan bom plutonium di kota pelabuhan Jepang Nagasaki, menewaskan sekitar 74.000 orang dan menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II.
AS tetap menjadi satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik. Emanuel mengeluarkan pernyataan yang mengutuk posisi Moskow.
"Sejarah Hiroshima mengajarkan kita bahwa tidak masuk akal bagi negara mana pun untuk membuat ancaman seperti itu," katanya, seperti dikutip dari AFP.
“Kita hidup di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketika Rusia mengancam penggunaan senjata nuklir, sesuatu yang dulunya tidak terpikirkan, bahkan tidak bisa diungkapkan,” lanjutnya. Sementara Kishida mengatakan bahwa "kengerian senjata nuklir tidak boleh terulang".
Beberapa hari setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa dia telah menempatkan pasukan nuklir strategis Moskow dalam siaga tinggi, sebuah langkah yang memicu kekhawatiran global.
"Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri, dan ini bersifat publik. Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada CNN, Selasa.
“Jadi kalau itu ancaman eksistensial bagi negara kita, maka bisa digunakan sesuai dengan konsep kita,” tambahnya.
Peringatan mereka datang setelah Moskow pada Selasa menolak untuk mengesampingkan penggelaran persenjataan nuklirnya. Pemimpin Jepang Fumio Kishida dan Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel mengunjungi taman dan museum memorial perdamaian, di mana diplomat AS menyebut posisi Rusia "tidak berbudi".
Baca Juga
Sekitar 140.000 orang tewas ketika Hiroshima dibom pada tahun 1945, termasuk mereka yang selamat dari ledakan tetapi meninggal setelahnya karena paparan radiasi. Tiga hari kemudian Washington menjatuhkan bom plutonium di kota pelabuhan Jepang Nagasaki, menewaskan sekitar 74.000 orang dan menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II.
AS tetap menjadi satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik. Emanuel mengeluarkan pernyataan yang mengutuk posisi Moskow.
"Sejarah Hiroshima mengajarkan kita bahwa tidak masuk akal bagi negara mana pun untuk membuat ancaman seperti itu," katanya, seperti dikutip dari AFP.
Baca Juga
“Kita hidup di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketika Rusia mengancam penggunaan senjata nuklir, sesuatu yang dulunya tidak terpikirkan, bahkan tidak bisa diungkapkan,” lanjutnya. Sementara Kishida mengatakan bahwa "kengerian senjata nuklir tidak boleh terulang".
Beberapa hari setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa dia telah menempatkan pasukan nuklir strategis Moskow dalam siaga tinggi, sebuah langkah yang memicu kekhawatiran global.
"Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri, dan ini bersifat publik. Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada CNN, Selasa.
“Jadi kalau itu ancaman eksistensial bagi negara kita, maka bisa digunakan sesuai dengan konsep kita,” tambahnya.
(esn)
tulis komentar anda