Rp1,4 Kuadriliun Aset Ukraina Hancur Akibat Invasi Rusia
Jum'at, 11 Maret 2022 - 01:23 WIB
KIEV - Invasi Rusia sejauh ini telah menghancurkan sekitar USD100 miliar (Rp1,4 kuadriliun) aset Ukraina . Aset yang hancur berupa jalan, jembatan, dan bisnis di Ukraina. Kehancuran aset ini memberikan pukulan besar bagi perekonomian negara itu.
"Saat ini sekitar 50 persen dari bisnis kami tidak beroperasi, dan yang masih beroperasi tidak beroperasi 100 persen," kata Oleg Ustenko, kepala penasihat ekonomi untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada AFP, seperti dikutip dari Channel News Asia.
"Situasi dalam hal pertumbuhan ekonomi, akan benar-benar sangat menyedihkan, bahkan jika perang segera berhenti," lanjutnya dalam pidato virtual kepada Peterson Institute for International Economics.
Ustenko mengulangi seruannya kepada pemerintah Eropa dan lainnya untuk memotong akses Moskow ke "uang darah" dengan memboikot minyak dan gas alam Rusia.
"Orang-orang Eropa masih membayar monster ini untuk membunuh orang-orang kami, orang-orang yang tidak bersalah," katanya.
Sementara negara-negara Eropa mengandalkan energi Rusia untuk panas. "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa itu jauh, jauh, jauh lebih dingin di bawah tanah Ukraina di mana orang-orang bersembunyi," urainya.
Pejabat Ukraina itu memuji Amerika Serikat (AS) karena menghentikan impor minyak Rusia dan mengatakan dia berharap Washington juga akan membantu menciptakan "dana pemulihan" untuk Ukraina.
Kiev juga dapat menggunakan sekitar USD300 miliar cadangan bank sentral Rusia yang dibekukan akibat sanksi Barat, serta dana yang disita dari oligarki yang merupakan sekutu Presiden Vladimir Putin. "Kita harus membangun kembali perekonomian," katanya.
Dana Moneter Internasional pada hari Rabu menyetujui USD1,4 miliar dalam bantuan pencairan cepat untuk Ukraina, dan Bank Dunia minggu ini merilis hampir USD500 juta dari apa yang diharapkan menjadi paket pembiayaan senilai USD$3 miliar.
Selain itu, Kongres AS pada Rabu menyetujui bantuan US$14 miliar untuk Ukraina. Namun Ustenko berkata, "yang paling kami butuhkan adalah lebih banyak senjata dan amunisi. Ini sangat penting."
"Saat ini sekitar 50 persen dari bisnis kami tidak beroperasi, dan yang masih beroperasi tidak beroperasi 100 persen," kata Oleg Ustenko, kepala penasihat ekonomi untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada AFP, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Baca Juga
"Situasi dalam hal pertumbuhan ekonomi, akan benar-benar sangat menyedihkan, bahkan jika perang segera berhenti," lanjutnya dalam pidato virtual kepada Peterson Institute for International Economics.
Ustenko mengulangi seruannya kepada pemerintah Eropa dan lainnya untuk memotong akses Moskow ke "uang darah" dengan memboikot minyak dan gas alam Rusia.
"Orang-orang Eropa masih membayar monster ini untuk membunuh orang-orang kami, orang-orang yang tidak bersalah," katanya.
Sementara negara-negara Eropa mengandalkan energi Rusia untuk panas. "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa itu jauh, jauh, jauh lebih dingin di bawah tanah Ukraina di mana orang-orang bersembunyi," urainya.
Pejabat Ukraina itu memuji Amerika Serikat (AS) karena menghentikan impor minyak Rusia dan mengatakan dia berharap Washington juga akan membantu menciptakan "dana pemulihan" untuk Ukraina.
Kiev juga dapat menggunakan sekitar USD300 miliar cadangan bank sentral Rusia yang dibekukan akibat sanksi Barat, serta dana yang disita dari oligarki yang merupakan sekutu Presiden Vladimir Putin. "Kita harus membangun kembali perekonomian," katanya.
Dana Moneter Internasional pada hari Rabu menyetujui USD1,4 miliar dalam bantuan pencairan cepat untuk Ukraina, dan Bank Dunia minggu ini merilis hampir USD500 juta dari apa yang diharapkan menjadi paket pembiayaan senilai USD$3 miliar.
Selain itu, Kongres AS pada Rabu menyetujui bantuan US$14 miliar untuk Ukraina. Namun Ustenko berkata, "yang paling kami butuhkan adalah lebih banyak senjata dan amunisi. Ini sangat penting."
(esn)
tulis komentar anda