Rusia Akui Wilayah Perbatasan Dua Republik Donbass Sesuai Deklarasi 2014
Selasa, 22 Februari 2022 - 20:24 WIB
MOSKOW - Pengakuan Rusia atas dua republik Donbass pada 21 Februari 2022 dilakukan setelah seruan melakukannya oleh parlemen, Duma Negara Rusia, dan permintaan para pemimpin republik itu.
Keputusan itu dibuat Presiden Rusia Vladimir Putin di tengah memburuknya pengeboman wilayah Donbass oleh angkatan bersenjata Ukraina yang melanggar perjanjian Minsk.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah mengklarifikasi bahwa Rusia mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Lugansk (LPR) di dalam perbatasan saat mereka memproklamasikan kemerdekaan mereka pada 2014. Pernyataan itu muncul saat konferensi pers tentang masalah tersebut.
Sebaliknya, Ketua DPR menyatakan perbatasan kedua republik Donbass dikukuhkan dalam konstitusi masing-masing dan tetap sesuai perbatasan wilayah Donetsk dan Lugansk. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang masalah ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada 21 Februari memerintahkan untuk mengakui kemerdekaan DPR dan LPR dan menandatangani perjanjian persahabatan dengan mereka, yang mencakup ketentuan untuk pertahanan dan keamanan kolektif.
Putin menyebut penolakan Ukraina yang terus berlanjut untuk melaksanakan ketentuan perjanjian Minsk dan pasukan Ukraina melanjutkan serangan terhadap warga sipil di republik Donbass.
Serangan Ukraina semakin intensif pekan lalu. DPR dan LPR melaporkan banyak kasus pasukan Ukraina menembaki bangunan sipil, infrastruktur, dan posisi milisi republik selama beberapa hari terakhir.
Serangan Ukraina menyebabkan korban sipil, kehancuran, dan terputusnya pasokan gas dan air ke kota-kota tertentu. OSCE melaporkan lebih dari 2.000 pelanggaran gencatan senjata pada hari pengakuan kedua republik.
Langkah Rusia mengakui DPR dan LPR didukung pemerintah Suriah, Abkhazia, dan Ossetia Selatan.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat, Uni Eropa, NATO, Ukraina, dan beberapa negara lain mengutuk keputusan Rusia dan mengancam akan menampar Moskow dengan sanksi ekonomi babak baru.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menyatakan dia sedang mempertimbangkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia sebagai tanggapan atas langkah tersebut.
Namun, baik negara-negara Barat dan Kiev bersikeras melanjutkan upaya menyelesaikan krisis di Ukraina melalui cara-cara diplomatik dan negosiasi dengan Rusia.
Keputusan itu dibuat Presiden Rusia Vladimir Putin di tengah memburuknya pengeboman wilayah Donbass oleh angkatan bersenjata Ukraina yang melanggar perjanjian Minsk.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah mengklarifikasi bahwa Rusia mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Lugansk (LPR) di dalam perbatasan saat mereka memproklamasikan kemerdekaan mereka pada 2014. Pernyataan itu muncul saat konferensi pers tentang masalah tersebut.
Sebaliknya, Ketua DPR menyatakan perbatasan kedua republik Donbass dikukuhkan dalam konstitusi masing-masing dan tetap sesuai perbatasan wilayah Donetsk dan Lugansk. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang masalah ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada 21 Februari memerintahkan untuk mengakui kemerdekaan DPR dan LPR dan menandatangani perjanjian persahabatan dengan mereka, yang mencakup ketentuan untuk pertahanan dan keamanan kolektif.
Putin menyebut penolakan Ukraina yang terus berlanjut untuk melaksanakan ketentuan perjanjian Minsk dan pasukan Ukraina melanjutkan serangan terhadap warga sipil di republik Donbass.
Serangan Ukraina semakin intensif pekan lalu. DPR dan LPR melaporkan banyak kasus pasukan Ukraina menembaki bangunan sipil, infrastruktur, dan posisi milisi republik selama beberapa hari terakhir.
Serangan Ukraina menyebabkan korban sipil, kehancuran, dan terputusnya pasokan gas dan air ke kota-kota tertentu. OSCE melaporkan lebih dari 2.000 pelanggaran gencatan senjata pada hari pengakuan kedua republik.
Langkah Rusia mengakui DPR dan LPR didukung pemerintah Suriah, Abkhazia, dan Ossetia Selatan.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat, Uni Eropa, NATO, Ukraina, dan beberapa negara lain mengutuk keputusan Rusia dan mengancam akan menampar Moskow dengan sanksi ekonomi babak baru.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menyatakan dia sedang mempertimbangkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia sebagai tanggapan atas langkah tersebut.
Namun, baik negara-negara Barat dan Kiev bersikeras melanjutkan upaya menyelesaikan krisis di Ukraina melalui cara-cara diplomatik dan negosiasi dengan Rusia.
(sya)
tulis komentar anda