Rusia Frustrasi setelah 9 Jam Negosiasi soal Ukraina Gagal
Sabtu, 12 Februari 2022 - 05:13 WIB
MINSK - Seorang pejabat senior Rusia secara terbuka menyatakan kekesalannya setelah putaran kedua negosiasi antara penasihat politik dari empat negara Normandia (Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman) berakhir tanpa kemajuan signifikan.
Berbicara pada konferensi pers Kamis tengah malam atau Jumat (11/2/2022) dini hari, Wakil Kepala Staf Kremlin Dmitry Kozak mengakui bahwa tidak mungkin bagi Rusia dan Ukraina untuk mendamaikan posisi mereka yang saling bertentangan mengenai Minsk II—sebuah perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2015 dalam upaya untuk mengurangi ketegangan di Wilayah Donbass, Ukraina timur.
Format Normandia didirikan pada tahun 2014 ketika Prancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina bertemu di sela-sela upacara memperingati 70 tahun pendaratan sekutu D-Day.
Kelompok itu berkumpul untuk mencari solusi bagi konflik di Ukraina timur, yang dimulai pada 2014 setelah peristiwa Maidan, ketika protes jalanan yang diwarnai kekerasan menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Ukraina.
Setahun kemudian, kelompok tersebut membantu menciptakan Minsk II, sebuah kesepakatan yang dimaksudkan untuk membuka jalan bagi Kiev untuk menyelesaikan krisisnya.
Keempat negara bertemu untuk pertama kalinya tahun ini bulan lalu, ketika para penasihat politik berkumpul di Paris untuk satu putaran diskusi, dengan gagasan untuk mencapai konsensus tentang masa depan perjanjian yang disepakati di Minsk tujuh tahun lalu.
Meskipun pertemuan sebelumnya digambarkan sebagai kemajuan pembicaraan, pertemuan hari Kamis malam tidak membuahkan hasil.
“Kami tidak berhasil mengatasi [ketidaksepakatan kami],” kata Kozak, dalam pengarahan yang dia berikan bersama perwakilan Ukraina, Andrey Yermak, setelah pembicaraan.
“Sayangnya, hampir sembilan jam negosiasi berakhir tanpa hasil yang terlihat dan nyata," ujarnya, seperti dilansir dari Russia Today, Sabtu (12/2/2022).
Seperti yang terjadi saat ini, Ukraina menuduh Rusia melanggar perjanjian Minsk II, yang menyatakan bahwa pasukan asing harus meninggalkan wilayah Donbass.
Kremlin, di sisi lain, mengatakan Ukraina juga tidak menjunjung tinggi sisi tawar-menawarnya dengan menolak memberikan status khusus kepada Donbass, meskipun sebelumnya telah setuju untuk melakukannya.
Kiev mengatakan pemberian otonomi lebih lanjut ke wilayah melalui desentralisasi akan memengaruhi kesucian negara Ukraina.
Setelah pertemuan Kamis malam, Kozak menyalahkan Jerman dan Prancis, menuduh mereka menolak untuk menunjukkan ketegasan yang diperlukan selama pembicaraan, membuat perundingan sia-sia.
Pada gilirannya, Yermak, yang menjabat sebagai kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menyatakan harapan bahwa para penasihat akan berbicara lagi dalam waktu dekat.
“Saya berharap kita akan segera bertemu lagi dan melanjutkan negosiasi ini. Semua orang bertekad untuk mencapai hasil,” katanya.
Berbicara pada konferensi pers Kamis tengah malam atau Jumat (11/2/2022) dini hari, Wakil Kepala Staf Kremlin Dmitry Kozak mengakui bahwa tidak mungkin bagi Rusia dan Ukraina untuk mendamaikan posisi mereka yang saling bertentangan mengenai Minsk II—sebuah perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2015 dalam upaya untuk mengurangi ketegangan di Wilayah Donbass, Ukraina timur.
Format Normandia didirikan pada tahun 2014 ketika Prancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina bertemu di sela-sela upacara memperingati 70 tahun pendaratan sekutu D-Day.
Kelompok itu berkumpul untuk mencari solusi bagi konflik di Ukraina timur, yang dimulai pada 2014 setelah peristiwa Maidan, ketika protes jalanan yang diwarnai kekerasan menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Ukraina.
Baca Juga
Setahun kemudian, kelompok tersebut membantu menciptakan Minsk II, sebuah kesepakatan yang dimaksudkan untuk membuka jalan bagi Kiev untuk menyelesaikan krisisnya.
Keempat negara bertemu untuk pertama kalinya tahun ini bulan lalu, ketika para penasihat politik berkumpul di Paris untuk satu putaran diskusi, dengan gagasan untuk mencapai konsensus tentang masa depan perjanjian yang disepakati di Minsk tujuh tahun lalu.
Meskipun pertemuan sebelumnya digambarkan sebagai kemajuan pembicaraan, pertemuan hari Kamis malam tidak membuahkan hasil.
“Kami tidak berhasil mengatasi [ketidaksepakatan kami],” kata Kozak, dalam pengarahan yang dia berikan bersama perwakilan Ukraina, Andrey Yermak, setelah pembicaraan.
“Sayangnya, hampir sembilan jam negosiasi berakhir tanpa hasil yang terlihat dan nyata," ujarnya, seperti dilansir dari Russia Today, Sabtu (12/2/2022).
Seperti yang terjadi saat ini, Ukraina menuduh Rusia melanggar perjanjian Minsk II, yang menyatakan bahwa pasukan asing harus meninggalkan wilayah Donbass.
Kremlin, di sisi lain, mengatakan Ukraina juga tidak menjunjung tinggi sisi tawar-menawarnya dengan menolak memberikan status khusus kepada Donbass, meskipun sebelumnya telah setuju untuk melakukannya.
Kiev mengatakan pemberian otonomi lebih lanjut ke wilayah melalui desentralisasi akan memengaruhi kesucian negara Ukraina.
Setelah pertemuan Kamis malam, Kozak menyalahkan Jerman dan Prancis, menuduh mereka menolak untuk menunjukkan ketegasan yang diperlukan selama pembicaraan, membuat perundingan sia-sia.
Pada gilirannya, Yermak, yang menjabat sebagai kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menyatakan harapan bahwa para penasihat akan berbicara lagi dalam waktu dekat.
“Saya berharap kita akan segera bertemu lagi dan melanjutkan negosiasi ini. Semua orang bertekad untuk mencapai hasil,” katanya.
(min)
tulis komentar anda