Pentagon Bahas Ancaman Rudal Korut dengan Korsel dan Jepang
Kamis, 10 Februari 2022 - 08:46 WIB
WASHINGTON - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korea Utara (Korut) menerbitkan pernyataan bahwa mereka satu-satunya negara yang dapat "mengguncang dunia dengan menembakkan rudal yang mampu menjangkau daratan Amerika Serikat (AS)".
Pernyataan itu juga menyebutkan hanya segelintir negara yang memiliki "bom hidrogen, rudal antarbenua (ICBM), dan rudal hipersonik." Pernyataan Korut pada Selasa (8/2/2022) itu langsung direspons tiga negara besar.
“AS, Korea Selatan (Korsel), dan Jepang bertemu pada Rabu (9/2/2022) untuk menegaskan kembali kerja sama keamanan trilateral mereka terhadap senjata pemusnah massal dan program rudal Korea Utara,” ungkap pernyataan bersama yang dirilis Sekretaris Pers Pentagon John Kirby, dilansir Sputnik pada Kamis (10/2/2022).
Para peserta pertemuan termasuk Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Nasional Korea Selatan Duh Wook dan Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi.
Selama pertemuan tersebut, para pemimpin membahas serangkaian uji coba rudal balistik Korut baru-baru ini, termasuk rekor tujuh peluncuran yang diamati pada Januari.
Memo Pentagon merinci peluncuran itu tidak hanya mengganggu stabilitas keamanan regional, tetapi juga datang sebagai "pelanggaran yang jelas terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa."
Kelompok tersebut berencana mengadakan pertemuan langsung Menteri Pertahanan Trilateral untuk mengkoordinasikan langkah trilateral yang erat dalam menghadapi peluncuran rudal DPRK (Korut). Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pertemuan tersebut.
"Komitmen AS untuk pertahanan Jepang dan ROK (Korsel) sangat kuat," tegas pernyataan Pentagon.
Sikap samar-samar Pentagon datang beberapa jam setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian meminta AS berhenti menjatuhkan sanksi dan tekanan pada Korut dan rakyatnya.
"Mereka harus memberikan pentingnya langkah-langkah denuklirisasi yang diambil Pyongyang, menanggapi kekhawatiran DPRK yang sah dan adil, dan mengambil langkah-langkah untuk meringankan sanksi terhadap Korea Utara," ujar Zhao pada Rabu.
Para pejabat Washington dan Seoul telah menyatakan kekhawatirannya tentang peluncuran rudal Hwasong-12 Pyongyang pada 30 Januari.
AS beralasan rudal itu dapat berfungsi sebagai pendahulu Korut untuk melanjutkan uji coba rudal balistik antarbenua atau senjata nuklirnya.
Pernyataan itu juga menyebutkan hanya segelintir negara yang memiliki "bom hidrogen, rudal antarbenua (ICBM), dan rudal hipersonik." Pernyataan Korut pada Selasa (8/2/2022) itu langsung direspons tiga negara besar.
“AS, Korea Selatan (Korsel), dan Jepang bertemu pada Rabu (9/2/2022) untuk menegaskan kembali kerja sama keamanan trilateral mereka terhadap senjata pemusnah massal dan program rudal Korea Utara,” ungkap pernyataan bersama yang dirilis Sekretaris Pers Pentagon John Kirby, dilansir Sputnik pada Kamis (10/2/2022).
Baca Juga
Para peserta pertemuan termasuk Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Nasional Korea Selatan Duh Wook dan Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi.
Selama pertemuan tersebut, para pemimpin membahas serangkaian uji coba rudal balistik Korut baru-baru ini, termasuk rekor tujuh peluncuran yang diamati pada Januari.
Memo Pentagon merinci peluncuran itu tidak hanya mengganggu stabilitas keamanan regional, tetapi juga datang sebagai "pelanggaran yang jelas terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa."
Kelompok tersebut berencana mengadakan pertemuan langsung Menteri Pertahanan Trilateral untuk mengkoordinasikan langkah trilateral yang erat dalam menghadapi peluncuran rudal DPRK (Korut). Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pertemuan tersebut.
"Komitmen AS untuk pertahanan Jepang dan ROK (Korsel) sangat kuat," tegas pernyataan Pentagon.
Sikap samar-samar Pentagon datang beberapa jam setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian meminta AS berhenti menjatuhkan sanksi dan tekanan pada Korut dan rakyatnya.
"Mereka harus memberikan pentingnya langkah-langkah denuklirisasi yang diambil Pyongyang, menanggapi kekhawatiran DPRK yang sah dan adil, dan mengambil langkah-langkah untuk meringankan sanksi terhadap Korea Utara," ujar Zhao pada Rabu.
Para pejabat Washington dan Seoul telah menyatakan kekhawatirannya tentang peluncuran rudal Hwasong-12 Pyongyang pada 30 Januari.
AS beralasan rudal itu dapat berfungsi sebagai pendahulu Korut untuk melanjutkan uji coba rudal balistik antarbenua atau senjata nuklirnya.
(sya)
tulis komentar anda