Ribut dengan AS, Korut Isyaratkan Akan Uji Senjata Nuklir Lagi
Kamis, 20 Januari 2022 - 09:58 WIB
Kim memimpin pertemuan politbiro di mana para pejabat mempresentasikan laporan yang menganalisis kondisi di semenanjung Korea—dan membahas orientasi untuk tindakan balasan terhadap AS di masa depan.
Potensi dimulainya kembali uji coba nuklir dan rudal balistik jarak jauh datang pada saat yang sulit di kawasan itu, di mana satu-satunya sekutu utama Kim Jong-un, China, akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin bulan depan dan Korea Selatan bersiap untuk pemilihan presiden pada bulan Maret.
Pemimpin Korea Utara itu mengumumkan moratorium uji coba nuklir dan ICBM yang diberlakukan sendiri pada 2018. Namun, dia mengancam akan mencabutnya setelah pembicaraan dengan presiden saat itu Donald Trump gagal pada 2019.
Kim Jong-un menegaskan kembali komitmennya terhadap modernisasi militer pada pidato kunci Partai Buruh Korea bulan lalu, tanpa menyebut Amerika Serikat.
Washington "menyerang" Pyongyang dengan sanksi baru pekan lalu, dan Korea Utara menanggapi dengan serangkaian uji coba rudal, menegaskan "haknya yang sah" untuk membela diri.
Korea Utara juga telah meningkatkan retorika anti-Washington-nya.
"AS dengan kejam mencaci negara kami dan melakukan tindakan bodoh dengan mengambil alih 20 tindakan sanksi independen," imbuh KCNA.
Media itu mengatakan; "Politbiro dengan suara bulat setuju bahwa Korea Utara harus membuat persiapan yang lebih menyeluruh untuk konfrontasi jangka panjang dengan imperialis AS, serta meningkatkan kekuatan fisik kita untuk membela hak dan kepentingan bangsa."
Awal pekan ini Amerika Serikat meminta negara itu untuk menghentikan kegiatannya yang melanggar hukum dan destabilisasi.
Perwakilan khusus AS untuk Korea Utara, Sung Kim, menyatakan keprihatinan tentang peluncuran rudal sebelumnya. "Mendesak Pyongyang untuk kembali berdialog tanpa prasyarat," kata Departemen Luar Negeri AS.
Potensi dimulainya kembali uji coba nuklir dan rudal balistik jarak jauh datang pada saat yang sulit di kawasan itu, di mana satu-satunya sekutu utama Kim Jong-un, China, akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin bulan depan dan Korea Selatan bersiap untuk pemilihan presiden pada bulan Maret.
Pemimpin Korea Utara itu mengumumkan moratorium uji coba nuklir dan ICBM yang diberlakukan sendiri pada 2018. Namun, dia mengancam akan mencabutnya setelah pembicaraan dengan presiden saat itu Donald Trump gagal pada 2019.
Kim Jong-un menegaskan kembali komitmennya terhadap modernisasi militer pada pidato kunci Partai Buruh Korea bulan lalu, tanpa menyebut Amerika Serikat.
Washington "menyerang" Pyongyang dengan sanksi baru pekan lalu, dan Korea Utara menanggapi dengan serangkaian uji coba rudal, menegaskan "haknya yang sah" untuk membela diri.
Korea Utara juga telah meningkatkan retorika anti-Washington-nya.
"AS dengan kejam mencaci negara kami dan melakukan tindakan bodoh dengan mengambil alih 20 tindakan sanksi independen," imbuh KCNA.
Media itu mengatakan; "Politbiro dengan suara bulat setuju bahwa Korea Utara harus membuat persiapan yang lebih menyeluruh untuk konfrontasi jangka panjang dengan imperialis AS, serta meningkatkan kekuatan fisik kita untuk membela hak dan kepentingan bangsa."
Awal pekan ini Amerika Serikat meminta negara itu untuk menghentikan kegiatannya yang melanggar hukum dan destabilisasi.
Perwakilan khusus AS untuk Korea Utara, Sung Kim, menyatakan keprihatinan tentang peluncuran rudal sebelumnya. "Mendesak Pyongyang untuk kembali berdialog tanpa prasyarat," kata Departemen Luar Negeri AS.
tulis komentar anda