Bye-bye Masker, Inggris Cabut Pembatasan COVID-19
Kamis, 20 Januari 2022 - 01:02 WIB
LONDON - Inggris tidak akan lagi mewajibkan warganya untuk menggunakan masker di tempat-tempat umum dan sekolah. Penggunaan paspor COVID-19 untuk acara-acara besar juga akan dicabut seiring menurunnya tingkat infeksi di sebagian besar negara itu.
Hal itu diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Rabu (19/1/2022).
Johnson mengatakan kepada anggota parlemen Inggris pembatasan sedang dilonggarkan karena ilmuwan pemerintah percaya bahwa kemungkinan lonjakan infeksi yang dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular sekarang telah melewati puncaknya secara nasional.
Sementara rumah sakit di Inggris utara masih di bawah tekanan karena beban kasus yang tinggi, Johnson mengatakan penerimaan rumah sakit dan pasien di unit perawatan intensif di tempat lain di Inggris stabil atau bahkan turun.
Pemerintah Inggris tidak akan lagi menyarankan orang untuk bekerja dari rumah dan mulai Kamis depan izin wajib COVID-19 tidak akan diperlukan untuk masuk ke acara berskala besar.
Di saat yang sama, kewajiban menggunakan masker di ruang kelas juga akan dihapus dan mulai minggu depan menggunakan masker di mana pun di Inggris tidak akan diwajibkan secara hukum.
"Kami akan mempercayai penilaian rakyat Inggris dan tidak lagi mengkriminalisasi siapa pun yang memilih untuk tidak memakainya," kata Johnson seperti dilansir dari AP, Kamis (20/1/2022).
Inggris memberlakukan pembatasan pada bulan Desember lalu untuk memperlambat penyebaran cepat varian Omicron dan mengulur waktu bagi penduduk untuk mendapatkan suntikan vaksin booster.
Johnson mengatakan bahwa lebih dari 90% dari mereka yang berusia di atas 60 tahun di Inggris sekarang telah mendapatkan vaksin booster. Angka resmi menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 telah turun di sebagian besar Inggris untuk pertama kalinya sejak awal Desember, dengan 94.432 kasus positif baru tercatat pada hari Selasa.
Persyaratan bagi mereka yang terinfeksi untuk mengasingkan diri selama lima hari penuh tetap ada, tetapi Johnson mengatakan tindakan itu juga akan berakhir dalam beberapa minggu mendatang.
Dia mengatakan sementara aturan isolasi diri berakhir pada 24 Maret, dia akan berusaha untuk menghapusnya lebih awal jika data virus terus membaik.
“Ketika COVID menjadi endemik, kami perlu mengganti persyaratan hukum dengan saran dan panduan, mendesak orang terinfeksi virus untuk berhati-hati dan mempertimbangkan orang lain,” ujarnya.
Inggris memiliki jumlah kematian pandemi terburuk kedua di Eropa setelah Rusia, dengan lebih dari 153.000 kematian terkonfirmasi terkait COVID-19.
Hal itu diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Rabu (19/1/2022).
Johnson mengatakan kepada anggota parlemen Inggris pembatasan sedang dilonggarkan karena ilmuwan pemerintah percaya bahwa kemungkinan lonjakan infeksi yang dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular sekarang telah melewati puncaknya secara nasional.
Sementara rumah sakit di Inggris utara masih di bawah tekanan karena beban kasus yang tinggi, Johnson mengatakan penerimaan rumah sakit dan pasien di unit perawatan intensif di tempat lain di Inggris stabil atau bahkan turun.
Baca Juga
Pemerintah Inggris tidak akan lagi menyarankan orang untuk bekerja dari rumah dan mulai Kamis depan izin wajib COVID-19 tidak akan diperlukan untuk masuk ke acara berskala besar.
Di saat yang sama, kewajiban menggunakan masker di ruang kelas juga akan dihapus dan mulai minggu depan menggunakan masker di mana pun di Inggris tidak akan diwajibkan secara hukum.
"Kami akan mempercayai penilaian rakyat Inggris dan tidak lagi mengkriminalisasi siapa pun yang memilih untuk tidak memakainya," kata Johnson seperti dilansir dari AP, Kamis (20/1/2022).
Inggris memberlakukan pembatasan pada bulan Desember lalu untuk memperlambat penyebaran cepat varian Omicron dan mengulur waktu bagi penduduk untuk mendapatkan suntikan vaksin booster.
Johnson mengatakan bahwa lebih dari 90% dari mereka yang berusia di atas 60 tahun di Inggris sekarang telah mendapatkan vaksin booster. Angka resmi menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 telah turun di sebagian besar Inggris untuk pertama kalinya sejak awal Desember, dengan 94.432 kasus positif baru tercatat pada hari Selasa.
Persyaratan bagi mereka yang terinfeksi untuk mengasingkan diri selama lima hari penuh tetap ada, tetapi Johnson mengatakan tindakan itu juga akan berakhir dalam beberapa minggu mendatang.
Dia mengatakan sementara aturan isolasi diri berakhir pada 24 Maret, dia akan berusaha untuk menghapusnya lebih awal jika data virus terus membaik.
“Ketika COVID menjadi endemik, kami perlu mengganti persyaratan hukum dengan saran dan panduan, mendesak orang terinfeksi virus untuk berhati-hati dan mempertimbangkan orang lain,” ujarnya.
Inggris memiliki jumlah kematian pandemi terburuk kedua di Eropa setelah Rusia, dengan lebih dari 153.000 kematian terkonfirmasi terkait COVID-19.
(ian)
tulis komentar anda