Inilah Giri, Biksu Hindu yang Serukan Genosida Muslim India
Rabu, 19 Januari 2022 - 03:42 WIB
NEW DELHI - Yati Narsinghanand Giri, biksu Hindu di India telah menyerukan genosida terhadap umat Muslim setempat. Dia telah dibawa ke pengadilan atas tuduhan menghasut kekerasan agama.
Perwira polisi senior, Swatantra Kumar, seperti dikutip AP padaSelasa (18/1/2022), mengatakan biksu yang juga dikenal sebagai pendukung vokal kelompok nasionalis sayap kanan mengepalai sebuah biara Hindu.
Dia awalnya ditangkap pada hari Sabtu pekan lalu atas tuduhan bahwa dia melontarkan ujaran kebencian.
Dia muncul keesokan harinya di pengadilan di kota Haridwar, di mana dia dikirim ke penjara selama 14 hari karena pidato kebencian terhadap Muslim dan menyerukan kekerasan terhadap mereka.
Kumar mengatakan biksu Giri, yang dia gambarkan sebagai "pelanggar yang berulang kali", secara resmi diadili hari Senin karena mempromosikan permusuhan antara kelompok yang berbeda atas dasar agama.
Tuduhan itu dapat membawa hukuman penjara lima tahun.
Pada bulan Desember, Giri dan para pemimpin agama lainnya meminta umat Hindu mempersenjatai diri untuk genosida terhadap umat Muslim selama pertemuan di Haridwar, kota suci utara di Uttarakhand.
Dia adalah orang kedua yang ditangkap dalam kasus tersebut setelah Mahkamah Agung India turun tangan pekan lalu.
Negara bagian Uttarakhand diperintah oleh Partai Bharatiya Janata (BJP), partai nasionalis Hindu piminan Perdana Menteri Narendra Modi.
Naiknya BJP ke tampuk kekuasaan pada tahun 2014, dan kemenangannya lagi dalam pemilu pada tahun 2019, telah menyebabkan lonjakan serangan terhadap Muslim dan minoritas lainnya.
Muslim terdiri hampir 14% dari 1,4 miliar penduduk India, negara yang sebagian besar beragama Hindu yang telah lama memproklamirkan karakter multikulturalnya.
Konferensi tiga hari yang diorganisir oleh biksu Giri disebut “Dharam Sansad” atau “Parlemen Agama” dan diikuti dengan meningkatnya pidato kebencian anti-Muslim selama bertahun-tahun.
Pertemuan tertutup menyaksikan beberapa seruan paling eksplisit untuk kekerasan.
Video dari konferensi tersebut menunjukkan beberapa biksu Hindu, beberapa di antaranya memiliki hubungan dekat dengan partai penguasa, mengatakan umat Hindu harus membunuh Muslim.
“Jika 100 dari kita siap untuk membunuh dua juta dari mereka, maka kita akan menang dan menjadikan India sebagai negara Hindu,” kata Pooja Shakun Pandey, seorang pemimpin nasionalis Hindu, merujuk pada populasi Muslim di negara itu.
Seruannya untuk pembantaian seperti itu disambut dengan tepuk tangan dari para hadirin.
Pandey juga sedang diselidiki oleh polisi karena menghina keyakinan agama lain.
Dalam pertemuan tersebut, para biksu Hindu dan pendukung lainnya, termasuk Giri, mengucapkan sumpah menyerukan pembunuhan terhadap mereka yang dianggap musuh agama Hindu.
Seruan untuk kekerasan disambut dengan kemarahan publik dan menuai kritik tajam dari mantan kepala militer, pensiunan hakim, dan aktivis hak asasi manusia.
Banyak yang mempertanyakan diamnya pemerintah Modi, memperingatkan pidato kebencian terhadap Muslim hanya akan tumbuh ketika beberapa negara bagian India, termasuk Uttarakhand, menuju tempat pemungutan suara pada bulan Februari.
Pekan lalu, mahasiswa dan fakultas di Institut Manajemen India–salah satu sekolah bisnis paling bergengsi di India–mengirimkan surat kepada Modi di mana mereka menulis kebisuannya “meningkatkan” kebencian dan “mengancam persatuan dan integritas negara kita.”
Partai berkuasa Modi telah menghadapi kritik keras atas meningkatnya serangan terhadap Muslim dalam beberapa tahun terakhir.
Para pemimpin oposisi dan kelompok hak asasi manusia menuduhnya mendorong kekerasan oleh kubu nasionalis Hindu garis keras terhadap Muslim dan minoritas lainnya. Tudingan itu dibantah oleh partai.
Perwira polisi senior, Swatantra Kumar, seperti dikutip AP padaSelasa (18/1/2022), mengatakan biksu yang juga dikenal sebagai pendukung vokal kelompok nasionalis sayap kanan mengepalai sebuah biara Hindu.
Dia awalnya ditangkap pada hari Sabtu pekan lalu atas tuduhan bahwa dia melontarkan ujaran kebencian.
Dia muncul keesokan harinya di pengadilan di kota Haridwar, di mana dia dikirim ke penjara selama 14 hari karena pidato kebencian terhadap Muslim dan menyerukan kekerasan terhadap mereka.
Kumar mengatakan biksu Giri, yang dia gambarkan sebagai "pelanggar yang berulang kali", secara resmi diadili hari Senin karena mempromosikan permusuhan antara kelompok yang berbeda atas dasar agama.
Tuduhan itu dapat membawa hukuman penjara lima tahun.
Pada bulan Desember, Giri dan para pemimpin agama lainnya meminta umat Hindu mempersenjatai diri untuk genosida terhadap umat Muslim selama pertemuan di Haridwar, kota suci utara di Uttarakhand.
Dia adalah orang kedua yang ditangkap dalam kasus tersebut setelah Mahkamah Agung India turun tangan pekan lalu.
Negara bagian Uttarakhand diperintah oleh Partai Bharatiya Janata (BJP), partai nasionalis Hindu piminan Perdana Menteri Narendra Modi.
Naiknya BJP ke tampuk kekuasaan pada tahun 2014, dan kemenangannya lagi dalam pemilu pada tahun 2019, telah menyebabkan lonjakan serangan terhadap Muslim dan minoritas lainnya.
Muslim terdiri hampir 14% dari 1,4 miliar penduduk India, negara yang sebagian besar beragama Hindu yang telah lama memproklamirkan karakter multikulturalnya.
Konferensi tiga hari yang diorganisir oleh biksu Giri disebut “Dharam Sansad” atau “Parlemen Agama” dan diikuti dengan meningkatnya pidato kebencian anti-Muslim selama bertahun-tahun.
Pertemuan tertutup menyaksikan beberapa seruan paling eksplisit untuk kekerasan.
Video dari konferensi tersebut menunjukkan beberapa biksu Hindu, beberapa di antaranya memiliki hubungan dekat dengan partai penguasa, mengatakan umat Hindu harus membunuh Muslim.
“Jika 100 dari kita siap untuk membunuh dua juta dari mereka, maka kita akan menang dan menjadikan India sebagai negara Hindu,” kata Pooja Shakun Pandey, seorang pemimpin nasionalis Hindu, merujuk pada populasi Muslim di negara itu.
Seruannya untuk pembantaian seperti itu disambut dengan tepuk tangan dari para hadirin.
Pandey juga sedang diselidiki oleh polisi karena menghina keyakinan agama lain.
Dalam pertemuan tersebut, para biksu Hindu dan pendukung lainnya, termasuk Giri, mengucapkan sumpah menyerukan pembunuhan terhadap mereka yang dianggap musuh agama Hindu.
Seruan untuk kekerasan disambut dengan kemarahan publik dan menuai kritik tajam dari mantan kepala militer, pensiunan hakim, dan aktivis hak asasi manusia.
Banyak yang mempertanyakan diamnya pemerintah Modi, memperingatkan pidato kebencian terhadap Muslim hanya akan tumbuh ketika beberapa negara bagian India, termasuk Uttarakhand, menuju tempat pemungutan suara pada bulan Februari.
Pekan lalu, mahasiswa dan fakultas di Institut Manajemen India–salah satu sekolah bisnis paling bergengsi di India–mengirimkan surat kepada Modi di mana mereka menulis kebisuannya “meningkatkan” kebencian dan “mengancam persatuan dan integritas negara kita.”
Partai berkuasa Modi telah menghadapi kritik keras atas meningkatnya serangan terhadap Muslim dalam beberapa tahun terakhir.
Para pemimpin oposisi dan kelompok hak asasi manusia menuduhnya mendorong kekerasan oleh kubu nasionalis Hindu garis keras terhadap Muslim dan minoritas lainnya. Tudingan itu dibantah oleh partai.
(min)
tulis komentar anda