UE Tuding China Dalang 'Gelombang Besar' Disinformasi Covid-19
Rabu, 10 Juni 2020 - 19:24 WIB
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) menuduh China menjalankan kampanye disinformasi terkait Covid-19 di kelompok itu. Tudingan itu dilontarkan saat UE menetapkan rencana untuk mengtasi "gelombang besar" fakta-fakta yang keliru terkait pandemi virus Corona.
Komisi Eropa mengatakan Rusia dan China menjalankan operasi pengaruh yang ditargetkan dan kampanye disinformasi di UE, lingkungannya, dan secara global. Sementara tuduhan terhadap Rusia telah dilontarkan pada banyak kesempatan, ini adalah pertama kalinya eksekutif UE secara terbuka menyebut China sebagai sumber disinformasi.
Politisi Prancis sangat marah ketika sebuah situs web kedutaan besar China pada bulan April, masa puncak pandemi di Eropa, mengklaim bahwa para perawat meninggal pekerjaan mereka sehingga banyak warga Prancis yang meninggal.
Diplomat China yang tidak disebutkan namanya juga mengklaim bahwa 80 anggota parlemen Prancis telah menggunakan penghinaan rasis terhadap kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Saya percaya jika kita memiliki bukti, kita tidak boleh menghindar dari penamaan dan mempermalukan," kata wakil presiden komisi Eropa, Vera Jourova.
“Apa yang juga kami saksikan adalah lonjakan narasi yang melemahkan demokrasi kita dan pada dasarnya tanggapan kita terhadap krisis, misalnya klaim ada laboratorium biologi rahasia AS di bekas republik Soviet telah disebarkan oleh outlet pro-Kremlin, serta pejabat dan media pemerintah China," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (10/6/2020).
"Saya sangat percaya bahwa UE yang secara geopolitik kuat hanya dapat terwujud jika kita tegas," cetus Jourova, menyinggung tujuan presiden komisi Eropa Ursula von der Leyen, agar badan tersebut memiliki pengaruh lebih besar di panggung dunia.
Sikap ini menandai perubahan nada dari laporan bulan Maret yang hanya menggambarkan narasi media China, sementara memfokuskan sorotan pada disinformasi dari sumber-sumber yang didukung Kremlin. Itu terjadi setelah anggota parlemen di parlemen Eropa menuduh komisi mempermudah laporan sebelumnya tentang disinformasi di bawah tekanan dari China - tuduhan yang ditolak oleh pejabat UE.
Negara-negara anggota UE sedang berurusan dengan China di berbagai bidang, dari kebijakan luar negeri dan keamanan, hingga ekonomi. Komisi UE menggambarkan China sebagai "saingan sistemik" dalam sebuah laporan tahun 2019 yang dilihat oleh banyak negara anggota sebagai tanda bagaimana UE berurusan dengan pemerintah yang semakin agresif di Beijing.
Komisi Eropa mengatakan Rusia dan China menjalankan operasi pengaruh yang ditargetkan dan kampanye disinformasi di UE, lingkungannya, dan secara global. Sementara tuduhan terhadap Rusia telah dilontarkan pada banyak kesempatan, ini adalah pertama kalinya eksekutif UE secara terbuka menyebut China sebagai sumber disinformasi.
Politisi Prancis sangat marah ketika sebuah situs web kedutaan besar China pada bulan April, masa puncak pandemi di Eropa, mengklaim bahwa para perawat meninggal pekerjaan mereka sehingga banyak warga Prancis yang meninggal.
Diplomat China yang tidak disebutkan namanya juga mengklaim bahwa 80 anggota parlemen Prancis telah menggunakan penghinaan rasis terhadap kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Saya percaya jika kita memiliki bukti, kita tidak boleh menghindar dari penamaan dan mempermalukan," kata wakil presiden komisi Eropa, Vera Jourova.
“Apa yang juga kami saksikan adalah lonjakan narasi yang melemahkan demokrasi kita dan pada dasarnya tanggapan kita terhadap krisis, misalnya klaim ada laboratorium biologi rahasia AS di bekas republik Soviet telah disebarkan oleh outlet pro-Kremlin, serta pejabat dan media pemerintah China," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (10/6/2020).
"Saya sangat percaya bahwa UE yang secara geopolitik kuat hanya dapat terwujud jika kita tegas," cetus Jourova, menyinggung tujuan presiden komisi Eropa Ursula von der Leyen, agar badan tersebut memiliki pengaruh lebih besar di panggung dunia.
Sikap ini menandai perubahan nada dari laporan bulan Maret yang hanya menggambarkan narasi media China, sementara memfokuskan sorotan pada disinformasi dari sumber-sumber yang didukung Kremlin. Itu terjadi setelah anggota parlemen di parlemen Eropa menuduh komisi mempermudah laporan sebelumnya tentang disinformasi di bawah tekanan dari China - tuduhan yang ditolak oleh pejabat UE.
Negara-negara anggota UE sedang berurusan dengan China di berbagai bidang, dari kebijakan luar negeri dan keamanan, hingga ekonomi. Komisi UE menggambarkan China sebagai "saingan sistemik" dalam sebuah laporan tahun 2019 yang dilihat oleh banyak negara anggota sebagai tanda bagaimana UE berurusan dengan pemerintah yang semakin agresif di Beijing.
Lihat Juga :
tulis komentar anda